Seperti biasa, Kevan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sakit milik keluarganya. Ana sudah dipindahkan kesini dari seminggu yang lalu. Alasannya karena fasilitas rumah sakit keluarganya jauh lebih memadai. Lagipula kondisi Ana sudah lebih baik, walaupun masih koma.
Kevan masuk ke dalam ruangan dan mendapati Alena sedang tertidur di samping brangkar Ana. Kemarin, Mamanya itu sempat dirawat di rumah sakit lantaran penyakit jantungnya, namun kali ini ia bersikeras untuk menemani Ana saja.
Tangan Kevan terangkat untuk menyentuh pundak Alena. "Ma, bangun," Alena menggeliat pelan.
Matanya perlahan terbuka. "Kenapa Bang?" tanya Alena, ia menguap sebentar.
"Mama makan dulu, ini Kevan beli makanan," jawab Kevan, ia menyerahkan sekantong plastik berisi makanan berserta lauknya.
Alena menerima sodoran Kevan sembari tersenyum teduh. "Papa kamu mana? Perasaan tadi disini," ujar Alena.
"Papa balik ke kantor, meeting," jawab Kevan, cowok itu mengambil langkah untuk duduk di sisi kanan Ana.
"Apa Ana ada kemajuan Ma?" Kevan bertanya seraya memandang wajah pucat adiknya.
"Alhamdulillah Bang, jari-jarinya udah mulai gerak, walaupun gak jelas gitu. Kata dokter, itu tandanya dia akan segera siuman," jawab Alena senang. Wanita paruh baya itu mulai menyantap makanannya.
Kevan hanya diam tak memberi respon. Tiba-tiba ia teringat pada Keyla, cewek yang telah ia abaikan. Ia sungguh merasa bersalah, tapi posisinya saat ini tidak memungkinkan karena perkara Ana.
Alena yang menyadari ekspresi Kevan seketika berdeham. "Kamu kenapa Bang?" Alena bertanya lalu ia meminum segelas air putih.
Kevan menggelengkan kepalanya pelan. "Gapapa Ma."
"Keyla ya Bang? Kamu udah putusin dia kan?" Alena bertanya santai.
Kevan menoleh dengan wajah yang sedikit jengkel. "Bukan Ma," elak Kevan.
"Lagipula kan ada Luccy, Bang. Dia ternyata baik, Mama suka. Emang ya dulu, kenapa Mama segitu gak sukanya sama Luccy?" kekeh Alena.
Kevan mendatarkan rautnya. "Kevan sama Luccy cuma temen Ma, gak lebih," ucap Kevan malas.
"Tembak dong Bang! Mama lebih setuju kamu sama Luccy, bukan Keyla," balas Alena, lagi-lagi dengan teramat santai.
Jujur, Kevan tidak suka saat Alena mengatakan itu. Biar bagaimanapun juga, Keyla adalah cewek yang ia cinta.
Namun perhatian Kevan tiba-tiba saja tertuju pada jari Ana yang bergerak, namun pergerakannya kali ini tidak samar, melainkan memang sangat jelas.
"Ma, jari Ana gerak," ucap Kevan mengambil atensi Alena.
Dengan cepat Alena memencet bel, hingga tak lama kemudian, datang seorang dokter.
"Kalian boleh keluar dulu, saya akan memeriksa Ana," ucap dokter itu, Kevan dan Alena mengangguk kemudian keluar dari ruangan.
Alena harap-harap cemas sekarang. Tangannya tak berhenti untuk meremas ujung baju yang ia kenakan. Bibirnya tak berhenti bergerak menciptakan sebuah doa. Sedangkan Kevan tampak tenang dan hanya duduk diam di kursi.
Tak lama dari itu, pintu terbuka dan menampilkan sosok dokter tadi dengan wajah berserinya.
Alena mengambil langkah untuk mendekati sang dokter. "Gimana keadaan anak saya dok?" Alena bertanya dengan wajah yang seketika panik.
"Alhamdulillah Bu, Ana sudah siuman. Kalian boleh masuk," jawab sang dokter lalu pamit.
Air muka Alena berubah bahagia. Dengan cepat ia masuk ke dalam ruangan dan diikuti Kevan dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYLASYA STORY
Ficção AdolescenteHanyalah kisah dari seorang gadis cantik nan lugu bernama Keylasya Arsyla Reine. Sang pemeran utama adalah anak dari seorang wanita sederhana berjubah malaikat tak bersayap. Keyla sendiri memiliki hati bak kapas selembut sutra sehingga mudah sekal...