29

42.2K 2.2K 168
                                    

Kring! Kring! Kring!

Keyla segera berlari keluar kelas dengan kocar-kacir tidak jelas. Bahkan Winda yang masih belum sempat keluar hanya menganga tak percaya. Hey, murid macam apa itu? Pikir Winda.

"Aduh! Kalung Keyla mana sih?" Mata Keyla terus melihat ke bawah, berharap benda yang ia cari sedari tadi dapat ditemukan.

Keyla berhenti sejenak kemudian mencoba menerawang dimana terakhir kali dia meletakkan kalung liontinnya. "Pagi tadi Keyla masih pake kalung. Pas di perpus juga masih. Pas jam istirahat pertama Keyla sempet ke toilet. Hm, mungkin disana kali ya?" Keyla bermonolog lalu melangkahkan kakinya menuju toilet.

"Keyla!" Suara cempreng lagi keras itu seakan menggema ke segala pelosok koridor.

Keyla menolehkan kepalanya menatap orang-orang yang telah memanggilnya. "Hm, ada apa ya?", tanya Keyla. Ia cukup merasa asing dengan wajah banyak perempuan yang sedang berada di hadapannya kali ini.

Mereka tersenyum hangat lalu terkekeh pelan. "Boleh minta foto gak? Kita nge fans banget sama lo", ucap salah satu dari mereka.

Keyla mengerjapkan kedua bola matanya lucu, membuat mereka secara refleks mencubit gemas pipi Keyla. "Yok foto" Keyla menyetujui ajakan mereka.

Mereka mengekik kegirangan lalu dengan cepat berselfie ria, bersama Keyla sang idola mereka.

"Makasih banyak ya, Key! Lo keren tau jadi model", ujar salah satu dari mereka lagi.

"Cocok banget!", timpal yang lainnya.

Keyla tersenyum seraya mengucapkan terimakasih. Setelah itu, Keyla pamit pergi dan kembali melangkahkan kakinya menuju toilet.

Saat telah sampai di depan toilet, Keyla dengan refleksnya mendobrak pintu menggunakan kaki kanannya. Beruntung tak ada satu pun orang yang berada di dalam sana. Biasanya, Keyla akan merasakan ketakutan saat berada di tempat sepi sendiri, tapi kali ini tidak. Entahlah, ia rasa kalung itu punya kejutan besar di waktu mendatang.

"Duh! Kalung Keyla mana ya?! Kalo bunda sampe tau kalung Keyla ilang, pasti Keyla bakal diomelin", celoteh Keyla sembari mengecek di sekitar wastafel.

Keyla masih ingat betul bahwa bundanya dulu pernah mengatakan "Itu kalung jangan sampe ilang ya. Percaya sama bunda, kalung itu kalung keberuntungan". Saat Hannah mengatakan itu, Keyla tak sepenuhnya yakin dan hanya mengiyakan saja. Menurutnya, hal-hal semacam itu tak ada di dunia, yang penting ikuti alur yang telah Tuhan rancangkan saja, itu lebih baik.

"Whoa! Disini ternyata! Aduh, Keyla shock banget tauk", pekik Keyla girang lalu mengambil kalungnya yang ternyata terselip di sela-sela wastafel. Ia mengenakan kalung itu kembali ke lehernya, entah kenapa tadi bisa terlepas. Ia pun tak tahu.

"Ekhm" Dehaman lembut namun tegas itu sukses membuat bulu kuduk Keyla meremang.

Keyla membalikkan badannya namun masih dengan kepala menunduk. "Kamu setan ya? Jangan sentuh Keyla! Kalo kamu sentuh Keyla, entar Tuhan marah" Keyla mengatakan semua itu dengan sendirinya. Ia merutuki mulutnya yang selalu berbicara asal-asalan.

Sedangkan orang yang berdeham tadi hanya diam, masih dengan ekspresi datarnya.

"Minggir" Satu kata dari orang itu sukses membuat Keyla memberanikan diri untuk menatap sang empunya suara.

"Tiar, Milea", gumam Keyla sangat pelan, namun masih bisa terdengar jelas karena situasi sedang sepi sekarang.

"Minggir", ulang Tiar lagi. Ia menatap malas Keyla lalu membuang pandangannya.

"I-iya" Nyali Keyla seketika menciut mendengarnya. Ia bergeser sedikit namun masih enggan pergi.

"Ngapain lo masih disini?", tanya Milia dengan wajah nyalang.

KEYLASYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang