60

55.3K 2.4K 237
                                    

Ceklek.

Keyla kembali membuka pintu rooftop dan menemukan Kevan yang sedang duduk bersandar pada sisi tembok. Bisa Keyla lihat bahwa Kevan saat ini sedang memejamkan matanya. Cowok itu terlihat jauh lebih tenang sekarang.

Keyla menghembuskan nafasnya pelan-pelan lalu ia berjalan menghampiri Kevan sembari menenteng sebuah kotak P3K yang ia pinjam dari salah satu pegawai hotel. Perlahan Keyla mendudukkan dirinya di sebelah Kevan yang masih memejamkan matanya dengan tenang.

Keyla menatap cowok di depannya ini dengan jengkel. Kevan ini pura-pura tidur atau bagaimana? Lihatlah, bahkan cowok itu tidak bergerak sedikitpun.

"Sini tangannya," ucap Keyla. Perlahan Kevan mulai membuka matanya dan langsung menatap fokus pada wajah Keyla yang sangat dekat dengan wajahnya.

Merasa tak mendapatkan respon apapun, Keyla dibuat kesal. "Sini tangannya, biar aku obatin." Mendengar itu membuat Kevan terdiam sejenak. Namun tak lama kemudian, cowok itu perlahan mengangkat tangannya dan menyodorkannya pada Keyla.

Keyla tersenyum lalu ia meraih tangan Kevan untuk mulai ia obati. Namun saat Keyla bersiap membersihkan luka Kevan, cowok itu malah menarik kembali tangannya sehingga tanpa sengaja wajah Keyla jatuh tepat di perut Kevan. Beruntung tangan Keyla masih berhasil menumpu di kedua sisi tubuh Kevan.

Hening sejenak. Keduanya sama sekali belum mengeluarkan satu patah kata pun. Sedangkan masih di posisi yang sama, Keyla dibuat malu setengah mati. Tubuhnya bahkan terasa kaku sekedar kembali duduk tegak seperti sedia kala.

Menyadari hal itu, Kevan dibuat tersenyum tipis. Perlahan tangannya terangkat untuk menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang daun telinga Keyla.

"Pedih," ucap Kevan.

Keyla menahan debaran jantungnya yang semakin menggila saja. "Yaudah, biar aku obatin," Keyla memberanikan diri untuk membalas.

Kevan tersenyum tipis lalu ia mengambil salah satu tangan Keyla kemudian meletakkannya tepat di dada. "Disini. Pedihnya disini," ujar Kevan sambil menatap lamat wajah Keyla.

Keyla membeku merasakan denyut jantung Kevan yang menderu. Lalu ia menatap balik mata Kevan. "A-ayo aku obatin luka Kakak," Keyla cepat-cepat melepaskan tangannya karena salting.

Perlahan cewek itu mulai duduk normal dan memegang tangan Kevan untuk ia obati. "Kamu kenapa pake nonjok tembok segala sih, Kak?! Jangan cari penyakit deh," omel Keyla masih sempat-sempatnya.

"Maaf." Hanya itu yang Kevan ucapkan.

Keyla menatap Kevan dengan kesal. "Maaf buat apa? Kamu gak salah," gerutu Keyla.

Kevan menggeleng kecil. "Gue jahat," balas Kevan tenang. Emosinya lenyap begitu saja hanya dengan melihat wajah Keyla.

"Jangan ngomong macem-macem deh. Aku lagi fokus obatin luka kamu," ujar Keyla lalu ia mencari sebuah plester yang ada di dalam kotak obat. Setelah menemukannya, Keyla bergegas menempelkannya pada luka Kevan yang sudah ia oles dengan sedikit betadine.

Sementara itu Kevan hanya memperhatikan apa yang Keyla lakukan dengan cermat. Kevan tersenyum saat Keyla meniup-niup lukanya yang sudah ditempel dengan plester.

"Selesai," Keyla tersenyum puas melihat kondisi punggung tangan Kevan yang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Kevan tidak menyahut. Ia malah asyik memandang wajah Keyla dari dekat. "Kenapa gue baru tau?" tanya Kevan datar.

Keyla mengerjap bingung, ia tak mengerti. "Tau apa ya Kak?" Keyla bertanya balik.

"Lo adeknya Adam, dan gue baru tau," jawab Kevan tenang.

KEYLASYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang