50

45.3K 2.2K 292
                                    

Jagalah selagi ada.
Karena yang ada belum tentu selamanya disana.

Unknown

Kevan berlari kecil di sepanjang koridor. Padahal ia baru saja sampai ke sekolah, tapi kakinya seakan melangkah begitu saja. Saat ini otak dan hatinya tidak sinkron sama sekali.

Kevan berhenti di ambang pintu kelas 10 IPA 1. Matanya tampak menelisik ke seluruh ruangan. Semuanya ada, kecuali Keyla.

Milia yang melihat kehadiran Kevan berinisiatif untuk mendekati cowok itu. "Kenapa Kak Kevan pagi-pagi kesini?" Milia bertanya sopan.

"Keyla mana?" Kevan balik bertanya membuat Milia bungkam seketika. Cewek itu teringat pesan Keyla tempo hari.

Jangan bilang siapa-siapa, bahkan Kak Kevan sekalipun.

Milia tersenyum lalu ia menggeleng. "Keyla gak masuk Kak," ucapnya.

"Kemana?" Kevan kembali bertanya, Milia semakin mati kutu di tempatnya.

Dian yang sedari tadi hanya melihat akhirnya memilih untuk menghampiri Kevan dan Milia.

"Cari Keyla ya Kak?" Dian bertanya membuat atensi Kevan beralih padanya.

Kevan mengangguk samar. "Mana dia?" tanya Kevan.

"Bundanya meninggal hari Jumat kemarin. Jangan bilang kalo Kak Kevan gak tau?" Jawaban yang diberikan Dian sukses membuat Kevan bungkam. Bunda Keyla meninggal dunia? Ia baru tahu. Kalau saja Dian tidak memberitahunya, mungkin Kevan tidak akan tahu selamanya.

Kevan tak percaya akan kenyataan pahit yang menimpa Keyla. Lihatlah, betapa kuatnya cewek itu sebenarnya.

"Singkatnya sekarang Keyla lagi nenangin diri," lanjut Dian membuat kesadaran Kevan kembali penuh.

"Lo tau dimana dia sekarang?" Dian menggeleng, Kevan tampak menghela nafas mendengar itu.

"Mungkin di rumahnya? Gue aja gak tau Kak," dusta Dian.

"Iya Kak! Mungkin Keyla di rumah!" timpal Milia, cukup meyakinkan.

Kevan hanya mengangguk lalu meninggalkan keduanya tanpa banyak bicara.

Dian berdecak pelan. "Gimana ya Keyla bisa tahan sama cowok itu? Dingin jir," ucapnya jengkel.

Milia terkekeh pelan. "Mungkin dia cuma manis sama orang yang dia sayang?" Milia mulai menarik beberapa kesimpulan.

"Oy!" pekik Shilla diantara kedua cewek itu yang sedang asik berbincang.

"Astagfirullah Shill! Lo kalo mau ngejutin orang, elit dikit napa? Air ludah lo nyembur ke muka gue asaw!" gerutu Dian sedangkan Shilla tampak tertawa dengan tak bersalahnya.

"Kak Kevan ngapain kesini?" tanya Shilla tanpa menggubris cercaan Dian padanya.

"Nyari Keyla, kita bohong tau. Kita bilang Keyla di rumahnya, keren gak tuh," jawab Milia, ia tersenyum bangga.

"Bohong aja belagu lo jing! Tobat nak, tobat! Bumi ini sudah menua," balas Shilla seraya geleng-geleng kepala.

Milia tertawa jahat. "Gue bohong baru kali ini, bukan kayak lo yang udah jadi masternya!" ledek Milia.

Shilla mencebikkan bibirnya dengan manja. "Papa! Milea ngatain Shilla! Hukum mati dia Pa!" Shilla berlari dan langsung memeluk Aron yang sedang bermain game.

Aron hanya mengernyitkan dahinya bingung menatap tingkah dua bocah bodoh di hadapannya saat ini.

"Tidak Papa! Dia dulu yang mulai, Milea cuma bales!" sahut Milia ikut-ikutan.

KEYLASYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang