35

41.1K 2.1K 39
                                    

Keyla sedang duduk di halte bus sendirian. Kakinya mengayun-ayunkan ke depan dan ke belakang, persis seperti anak kecil.

Bel pulang sekolah sudah dikumandangkan dari 30 menit yang lalu. Namun, ia masih setia menunggu supir bus langganannya.

Jangan tanya Shilla dimana. Kalau kalian ingin tahu, Shilla tadi pulang terlebih dahulu karena kucingnya di rumah akan melahirkan.

Keyla memanyunkan bibirnya sebal. Coba tadi ia menyetujui ajakan Shilla untuk pulang ke rumahnya. Pasti dia tidak akan berakhir disini.

Keyla tampak mengibaskan wajahnya yang gerah. Ah, sialan! Sekarang dia malah kehausan.

"Ya ampun! Gerah banget pake baju sekolah", gumam Keyla seraya mengusap peluhnya.

Keyla menarik nafas panjang berkali-kali. Sepertinya bus tidak akan lewat lagi karena hari sudah sore.

Keyla mulai melangkahkan kakinya menyusuri jalanan ibukota yang masih ramai di waktu senggang. Air mukanya terlihat sangat masam. Alasannya hanya satu, lelah.

Ia terus berjalan tanpa menyadari bahwa ada motor yang berkendara seiring dengan langkah kakinya.

Merasa ketidakpekaan Keyla, sang empunya motor mendengus. "Key!", panggilnya.

Keyla masih bergeming tak memperdulikan orang yang berada di sebelahnya.

"Keyla." Akhirnya Keyla menoleh dan mendapati Adam yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Oh, hai Kak Adam," balas Keyla.

Adam menghentikan motornya saat Keyla juga menghentikan langkah kakinya.

"Lo mau kemana?", tanya Adam.

"Pulang," jawab Keyla seadanya.

Adam menatap Keyla dengan datar. "Kenapa lo gak hubungin gue?"

"Hah? Untuk?" Dahi Keyla mengernyit karena bingung.

"Buat anterin lo pulang lah," ucap Adam.

Keyla malah terkekeh menanggapi. "Gapapa kok, kalo cuma jalan kaki doang mah biasa!"

Hati Adam cukup tersentil mendengarnya. Bayangkan saja, ia sedari dulu sudah diberi fasilitas yang sebenarnya belum dimiliki oleh anak seumurannya. Bahkan saat Adam SD, ia dijauhi semua teman-temannya karena dianggap sebagai anak orang kaya yang sombong, padahal aslinya tidak. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Kevan, Fino, dan Lucas yang sekarang menjadi sahabat seperjuangannya.

"Mau es krim?", tawar Adam saat melihat keringat berceceran di dahi Keyla.

Gadis itu mengangguk dengan semangat. Dengan tatapan berbinar, Keyla segera naik ke atas motor Adam. Sebut saja dia tidak tahu malu. Tapi hey, siapa sangka. Seorang Kevan dan Adam ternyata menyukai sifat kekanak-kanakannya.

"Ayo Kak! Kita ke kedai es krim yang di taman kota!" Keyla menepuk-nepuk pundak Adam dengan sangat semangat. Ah, Adam memang begitu perhatian. Tidak seperti Kevan yang notabene dikenal sebagai cowok cuek.

Adam tersenyum simpul dan mulai melajukan motornya.

Pikiran Adam melayang pada waktu istirahat kedua tadi saat ia dan Kevan memutuskan untuk bertemu.

Flashback on

"Jadi, kenapa lo ngajak ketemuan disini?" tanya Kevan tanpa ekspresi.

Tak berbeda jauh dari Kevan, Adam juga bersikap demikian. Datar dan cuek.

"Lo suka sama Keyla?" tanya Adam to the point.

KEYLASYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang