56

42.9K 2.1K 210
                                    

Pagi ini, para Rheilando sedang menjalankan aktivitas rutin yaitu sarapan bersama. Banyak hal yang mereka bahas, namun dengan satu topik yang sama. Keyla.

Adam sama sekali tidak memberitahu keluarganya. Tapi keluarganya lah yang mengetahui sendiri. Adam tidak heran, karena ia sendiri juga sering diawasi diam-diam.

"Kamu jangan sekolah dulu, Key. Bahaya! Nanti kamu diganggu lagi," ucap Adel memberikan peringatan.

Annisa yang berada di sebelahnya mengangguk menyetujui. "Biarin detektif kita cari dulu siapa pelakunya. Kalo udah ketemu, baru kamu bisa kembali sekolah dengan tenang," timpalnya.

Keyla menggeleng pelan. "Keyla mau sekolah, Kak, plis," rengek Keyla memelas.

Almeta menghela nafas pelan. "Tapi masalah pot kemarin hampir buat nyawa kamu malayang, Mama takut kamu kenapa-napa, Sayang," balas Almeta khawatir.

"Untuk masalah pembullyan kamu di sosmed juga bukan masalah kecil. Nama kamu tercemar, dan Papa pasti akan menemukan pemilik akun itu," sambung Abiansyah tak kalah khawatir.

Andrew memandang putri bungsunya dengan hangat. "Jangan sekolah dulu ya? Kita gak tau senekat apa orang yang udah berani teror kamu," Andrew mengelus rambut Keyla mencoba membuat gadis itu mengerti.

Namun Keyla tetaplah Keyla yang berada pada pendiriannya. "Keyla mau sekolah. Keyla ada ulangan, Keyla gak mau ulangan sendiri di ruang guru. Sepi, Keyla takut," balas Keyla dengan sangat memohon.

Aretha menghembuskan nafasnya lembut lalu menoleh pada Adam yang selalu diam. "Bang, kamu harus jagain Keyla! Mami gak mau tau!" tegas Aretha akhirnya membuat Keyla melega.

"Ke kantin temenin, ke kelas anterin, kalo bisa ke toilet juga!" Itu suara Annisa. Terdengar sangat menyebalkan.

"Gak begitu juga kali, Kak!" protes Keyla tak terima. Apa-apaan itu? Masa buang hajat juga diawasi?

"Papa bakal kirim bodyguard sebanyak-banyaknya untuk jagain kamu di sekolah," ucap Abiansyah tak terbantahkan.

Keyla menjatuhkan rahangnya. Tentu saja ia akan menolak dengan tegas. "Gak perlu, Pa. Keyla bakal nempel terus sama Bang Adam, jadi Papa gak usah khawatir!" sergah Keyla cepat.

"Tap—"

"Udahlah Pa, siapa sih yang gak risih diawasin banyak pasang mata dari kejauhan? Mau ngapain aja, rasanya gak bebas," ujar Adel mengerti betul apa yang dirasakan Keyla. Karena seperti Adam, ia juga sering diperlakukan demikan, selalu diawasi dari kejauhan.

Abiansyah menghembuskan nafas kasar. Lelaki paruh baya itu menyerah. Putri bungsunya memang keras kepala. "Yaudah, tapi kalo terjadi sesuatu sama kamu, Papa akan bertindak tegas sama pelakunya. Kamu juga jangan sendiri di sekolah, harus ada yang nemenin," tegas Abiansyah disambut anggukan patuh dari Keyla.

Suara decitan kursi di sebelah Keyla menghentikan perbincangan saat ini. Dalangnya adalah Adam. Cowok itu terlihat sedang mengenakan tas ke pundaknya yang lebar. "Ayo berangkat," ajak Adam, Keyla mengangguk semangat. Mereka berdua memberikan ciuman dan salam kepada para Rheilando yang lain.

"Kita pergi dulu, assalamualaikum," ujar Keyla seraya menyusul Adam yang sudah berjalan meninggalkan dirinya.

"Waalaikumsalam, hati-hati!"

Setelah memberikan anggukkan yang meyakinkan, Keyla berlari kecil menuju halaman depan dimana Adam sudah berdiri di sebelah mobil sport miliknya.

"Ayo, Bang!" seru Keyla langsung masuk dan duduk di samping setir kemudi. Pagi ini wajah Keyla terlihat sedikit lebih cerah. Padahal kemarin ia terus mencekam di dalam kamar dan menolak untuk keluar.

KEYLASYA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang