02

2.6K 158 4
                                    

“Mengikuti pilihan hati lebih sulit, ketika tembok penghalang lebih kuat.”—Randa

Shena baru saja terbangun dari tidurnya, sebuah notifikasi muncul di layar handphonenya membuatnya mendengus dengan kesal. “Lagi-lagi,” gumamnya lalu meletakkan handphonenya.

Dia membereskan tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah mandi, Shena bersiap untuk ke kampus. Mungkin dia akan cepat-cepat agar tidak bertemu dengan Randa. Semoga saja.

Shena dengan rambut yang dikucir kuda melangkah turun dari tangga. Dia melihat Ayah, Bunda, dan kakaknya yang sudah menunggunya di ruang makan. Shena menyimpan tasnya dan menarik satu kursi.

"Telat bangun?" tanya Dara.

Shena menggeleng. "Emang sengaja dilamain, btw ngga ada selai kacang?" Gadis itu mendengus.

"Lupa kemarin kakak belinya, makan yang ada dulu ya. Nanti aku sama bunda ke minimarket abis pulang kampus," ujar Leana.

Shena penyuka selai kacang, setidaknya dirinya harus mendapatkan sesuatu yang membangkitkan moodnya bukan? Sebelum dia harus bertemu seseorang yang menyebalkan, setiap hari.

***

Shena duduk di salah satu meja kantin. Sekarang di depannya seseorang yang sangat membuatnya kesal akhir-akhir ini tapi Shena  memilih untuk cuek, dia risih dengan orang di depannya ini.

Randa menatap Shena membuat Shena mendengus kesal. “Lo bisa enggak? Berhenti natap gue kayak gitu,” ujar Shena.

“Enggak.”

“Ck!” Shena kembali menatap layar handphonenya walau sebenarnya dia hanya men-scroll beranda Instagramnya. Dia sangat bosan, tapi dia harus tetap terlihat sibuk dan acuh di depan Randa.

20 menit berlalu tetap dalam keadaan sama, akhirnya Shena berserah dia menghela napasnya dan menyimpan handphonenya di dalam tasnya. “Oke, lo mau apa sama gue?” tanyanya.

“Enggak ada.”

“Gue pites juga nih pala lo ya, lo emang ngeselin ya. Enggak ada yang ngalahin.” Shena menyelempangkan tasnya dan pergi meninggalkan Randa.

Randa tak ingin mengejar, karena jujur dia juga belum suka dengan orang di depannya tadi. Shena, sebenarnya Putri jauh lebih menarik dari Shena, daripada Randa sibuk mengejar-ngejar Shena hanya karena suruhan orang tuanya sedangkan sudah ada Putri di depan mata. Rasanya begitu percuma.

Randa mengusap wajahnya kasar. “Kok gue jadi goblok gini ya?” monolognya.

Revan datang dan duduk di depan Randa.

“Galau ya? Gue liat dari tadi di sana lo dicuekin sama dia?” tanya Revan.

“Sok tau lo!” ujar Randa.

“Gue liat kali.”

“Lo salah liat,” ujar Randa lagi.

“Beneran? Oh mungkin ya, mata gue lagi ada masalahnya. Kalau memang lo enggak dicuekin, gue minta lo cepat-cepat lamar dia gimana?” tanya Revan menaikturunkan alisnya.

Forced Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang