Sebuah kejutan tanpa kebahagiaan.
***
Shena menyimpan bukunya, melihat Randa yang baru saja masuk dan melepas jasnya, menatap sang istri dengan tatapan yang sebelumnya belum pernah Shena lihat. Gadis itu melongo tidak mengerti, dengan alis bertaut.“Ngapa?”
“Bisnis papa down,” ujarnya setengah lesu, dan mendudukkan tubuhnya di sofa.
Shena menatap Randa. “Jadi? Gimana?”
“Kita harus cari dana yang cukup besar untuk itulah, ada kebocoran di salah satu pegawai administrasi. Membawa kabur uang yang jumlahnya sangat besar,” tutur Randa. Terlihat jelas jika dia sedang stress, Randa memijit hidungnya lalu masuk ke kamar mandi.
Shena terdiam sesaat, kemudian langkahnya keluar dari kamar. Melihat mertuanya sama cemasnya seperti Randa, bedanya Papa Endra jauh lebih tenang daripada Mama Dahlia. Shena memilih ke dapur dan membuatkan jus untuk semua orang, sepertinya malam ini bukan malam yang menyejukkan, tapi memanaskan.
Gadis itu keluar dari dapur sambil membawa nampan, lalu meletakkannya di meja ruang tamu. Di sana hanya ada Endra, Revan dan Dahlia. “Kalian minum dulu ya, aku mau panggil Randa dulu.” Shena meninggalkan mereka.
Dalam keadaan begini, bingung harus melakukan apa. Menghibur? Shena tak tau caranya menghibur orang sedih, karena dirinya jika sedih lebih memilih menangis dan curhat, Randa mana mungkin mau menangis dan curhat di depannya seperti anak kecil.
“Kamu minum jus gih, biar pikirannya sedikit tenang. Tenang aja, semuanya pasti ada jalannya kok.”
“Jangan cemas.” Shena tersenyum. Randa menatap Shena cukup lama lalu pria itu bangkit dan mengangguk.
****
Di ruang tamu tak ada yang membuka suara, sibuk dengan pikiran masing-masing. Shena yang mau membuka pembicaraan pun merasa tidak enak, karena situasinya sangat berbeda.“Jadi gimana kelanjutannya, Pa?” tanya Revan membuka suara.
“Papa sebenarnya banyak kenalan yang bisa diajak kerja sama, cuman masih ragu.”
“Ragu?”
“Ragu, takut apa yang dikerjakan tidak seimbang dengan penghasilan yang kita dapatkan. Bukan Papa maunya lebih, tapi perusahaan sedang kacau sekarang,” ujar Endra.
“Bahkan pegawai di sana, belum Papa gaji. Bagiamana cara mengaji mereka?” tanya Endra sedikit frustasi. Bagaimana pun di antara mereka, Endra lah yang memimpin dia tak boleh menunjukkan kekhawatirannya kepada anak-anak dan istirnya, dia harus kuat.
“Pakai tabungan Shena aja, Pa.” Gadis itu sekarang ditatap oleh semua anggota keluarga.
“Enggak sayang, enggak mungkin. Itu buat kebutuhanmu bersama dengan Randa, untuk bisnis ini biar kami yang urus,” ujar Dahlia.
“Iya, kamu simpan saja uangnya untuk kebutuhan mendadak jika keadaan semakin kacau, Nak.”
“Tabungan Shena banyak kok, bisa dipakai dulu. Walau enggak semuanya ketutup, setidaknya meringankan sedikit kan?” tanya Shena.
“Eng—“
“Ma, Shena anak Mama kan? Anak Papa juga kan?” Shena menghela napasnya. “Kita ini keluarga, harus saling membantu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Love
RomanceFOLLOW BEFORE READING Terpaksa dalam bentuk apa pun, yang namanya paksa, memaksa, terpaksa enggak ada berakhir baik jika kita benar-benar menjalaninya dengan ikhlas. Karena kata ikhlas sudah tentu tidak mengandung paksaan. Cuek di awal, risih di awa...