Chapter-5 : Oh, Hai!

1K 151 62
                                        

Sesuai dengan misi yang telah diberikan Filo kemarin, saat bel istirahat berbunyi Sesya langsung buru-buru pergi menuju perpustakaan. Tentu saja tidak lupa membawa kotak bekal berisi sandwich selai stoberi yang ia buat pagi-pagi buta dengan serpihan cinta.

Kaki jangkung Sesya melangkah memasuki area perpustakaan yang mulai ramai. Maklum, SMA Bina Bangsa adalah sekolah unggulan di mana hampir semua muridnya senang menghabiskan waktu dengan membaca buku di perpustakaan.

Sesuai petunjuk Filo, Sesya langsung berbelok ke bagian kanan menuju dua buah kursi di dekat jendela yang langsung menghadap ke lapangan.

Dari mana dia tahu, ya? batin Sesya bertanya sambil melirik ke luar jendela.

Namun, Sesya tak mau ambil pusing. Toh, anaknya datang dari masa depan dan punya banyak alat dengan teknologi tinggi. Bisa saja dia tahu dari salah satu alat canggih yang dia bawa dari masa depan.

"Oh, hai?"

Sesya menoleh ke belakang saat mendengar suara baritone yang menyapa.

"Hai?"

Bola mata Sesya sontak membulat lebar kala mendapati laki-laki yang menyapa adalah Dana, si bintang sekolah.

"Kenapa?" Alis Dana naik keduanya melihat ekspresi Sesya.

"Eh? Gak apa-apa, Kak," sahut Sesya setelah menetralkan raut wajah.

"Sorry, aku gak niat bikin kaget," ucap Dana sembari menjatuhkan bokong di atas kursi kosong di sebelah Sesya. "Biasa aku duduk sendiri di sini, tapi pas lihat kamu aku sengaja sapa. Mana tahu kita bisa jadi teman."

Sesya tahu kalau Dana laki-laki yang ramah, tapi dia tidak tahu kalau Dana seramah ini. Dan membuat jantung gadis itu berdetak tak karuan.

"I-iya, Kak."

"Apanya iya?" tanya Dana terkekeh kecil.

"Eh, enggak, Kak," sahut Sesya tidak bisa menyembunyikan fakta jika saat ini ia sedang salah tingkah.

"Biasanya bangku ini kosong, karena kalau matahari mulai tinggi bagian sini bakalan panas. Makanya aku kaget pas lihat ada yang mau duduk di sini, padahal di bagian lain ada yang masih kosong," cerita Dana.

Sesya manggut-manggut paham, tapi ini maksudnya Filo mau bikin dia kepanasan?

"Eh, itu aku um ... suka di dekat jendela, bisa lihat langit jadi gak bosan," jelas Sesya dengan alasan yang tiba-tiba melintas di kepala.

"Kamu gak takut kepanasan?" tanya Dana.

Sesya menggeleng. "Enggak, Kak. Kebetulan aku suka matahari."

"Ada-ada aja kamu," Dana tergelak mendengar jawaban Sesya, "tapi serius panas banget. Tahu sendiri, kan matahari Bengkulu panasnya gak main-main."

"Iya, Kak, tapi Kakak kenapa milih duduk di sini?" tanya Sesya balik.

"Oh itu karena aku sambilan pantau anak-anak udah ngumpul di lapangan atau enggak, jadi sebelum matahari naik biasanya aku udah turun ke bawah," jelas Dana.

Sesya manggut-manggut paham dan tidak membuka suara lagi sebab sudah kehabisan topik. Padahal semalam ia sudah berlatih dengan Filo, tapi saat dihadapkan langsung dengan Dana mendadak semua hasil latihan semalam menghilang.

"Nah, itu lihat!" seru Dana sambil menunjuk lapangan. Di lapangan para anggota basket yang wajahnya familiar sudah berkumpul di lapangan. "Mereka udah kumpul. Aku juga harus turun, nih."

"Eh, i-iya, Kak," sahut Sesya meski dalam hati menanggung kecewa sebab waktu mereka berduaan seperti ini hanya sebentar.

"Aku duluan, ya," pamit Dana sembari beranjak bangun.

GratiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang