Chapter-1 : Hi, Mama!

2K 230 200
                                    

Sebagai seorang introvert, pindah sekolah adalah hal yang paling tidak menyenangkan bagi Sesya Ornella, gadis jangkung yang akrab dipanggil Sesya, sebab ia harus memulai kehidupannya dari awal dan menghabiskan banyak energi untuk berkenalan dengan teman-teman barunya. Namun, semua tidak terasa begitu melelahkan saat manik cokelat miliknya menatap Dana, sang bintang sekolah yang sedang bermain basket.

Berbeda dengan sekolah lain, SMA Bina Bangsa merupakan satu-satunya sekolah di Bengkulu di mana para murid memiliki akses untuk pergi ke atap. Dan di sanalah Sesya duduk, menyantap roti bekal makan siangnya sembari menonton Dana bermain basket. Melihat tubuh jangkung yang dibalut seragam basket bewarna oranye serta peluh yang menetes dari jidat membuat tingkat ketampanan Dana semakin tinggi.

Beruntung tidak banyak murid yang suka pergi ke atas. Pasalnya sinar matahari sangat menyengat di atas sana. Jadi Sesya bisa lebih leluasa mengisi energi di atas sana sembari mencuci mata.

Manik mata Sesya sama sekali tidak bisa lepas dari Dana, lengkapnya Radana Arkatam. Lelaki betubuh atletis itu adalah senior sekaligus bintang di SMA Bina Bangsa. Berkat keterampilannya bermain basket dan paras yang terukir sempurna serta lesung pipit di kedua sisi pipi menjadikannya sosok pujaan tiap siswi. Termasuk Sesya yang telah jatuh terperangkap ke dalam pesona seorang Dana sejak pertama kali mereka bertemu di kantin.

"Huh, kenapa dia ganteng banget, sih?" gumam Sesya pelan sembari menggigit roti tawar yang diolesi mentega.

"Sesya."

Tubuh Sesya mendadak membeku saat daun telinganya tiba-tiba menangkap sebuah suara halus yang memanggil-manggil namanya.

"Sesya."

Suara itu kembali terdengar. Sesya mempertajam pendengaran sembari melihat ke sekitar atap. Namun, tidak ada siapa-siapa di sana. Gak mungkin ada hantu di zaman modern gini, kan?

Rasa penasaran membuat tubuh jangkungnya beranjak bangun lalu melangkah menuju sumber suara. Sesya mengedarkan pandang ke seluruh arah. Namun, ia tidak menemukan siapa pun di atas sana. Sontak hal itu membuat bulu kudunya naik.

Keep cal, Sya! Ya ka-

"Hai!"

"HAAA!"

Tubuh Sesya terlonjak kaget saat sebuah tangan menyentuh pundaknya. Sontak ia berputar ke belakang dan roti tawar-yang di tangannya-terbang dan tepat mengenai wajah lelaki si empu tangan.

"Eh? M-maaf, sumpah aku gak sengaja," ucap Sesya diliput merasa bersalah.

Tunggu sebentar! Sesya baru menyadari satu hal. Lelaki itu tidak memakai seragam putih abu-abu sepertinya. Dari perawakannya juga terlihat jauh lebih tua dari Sesya.

"Eh, Pak maafkan saya. Saya beneran gak sengaja." Kali ini Sesya bahkan tidak berani mengangkat kepalanya.

Alih-alih marah, lelaki itu malah ketawa terbahak-bahak. "Aku bukan guru, kok."

"Eh? Kalau bukan guru apa, dong?"

"Gimana kalau kita berkenalan dulu," tawarnya sambil mengulurkan tangan.

Sesya menatap ragu sebelum menyambut uluran tangan itu. "Namaku Sesya Ornella, murid baru di kelas sebelas IPA satu. Bapak siapa?"

"Aku Filo Arkatam, anakmu dari masa depan."

Sesya manggut-manggut paham sambil melepas uluran tangan. "Oh anak-EH? ANAKKU? TADI BAPAK BILANG BAPAK ANAK AKU?"

Lelaki itu mengulas senyum lebar kemudian menganggukkan kepala. "Halo, Ma. Aku Filo, anakmu dari masa depan."

Bola mata Sesya membulat lebar dengan mulut yang ikut menganga saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut lelaki itu. "Gimana ceritanya aku punya anak udah tua kayak kamu, padahal aku masih enam belas tahun!"

GratiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang