Tap! Tap! Tap!
Bunyi derap sepatu Sesya yang tengah berlari masuk ke dalam apartemen. Gadis itu lalu duduk di atas sofa panjang bewarna maroon yang berada di lobi utama. Ia lalu menatap arloji di pergelangan tangan kirinya, jarum jam menunjukkan pukul 9.45.
Lima belas menit lagi Sesya akan pergi bersama Edo. Semalam lelaki itu mengirimi pesan dan mengajaknya untuk melihat band-nya latihan di kafe tempat pertama kali Sesya melihat Edo.
Sesya mengambil napas dalam lalu menyisir rambut yang terurai dengan jari-jarinya.
"Halo, cantik!" sapa Edo.
Kepala Sesya mendongak, menatap Edo berdiri di depannya. Kemeja biru langit serta celana jeans bewarna hitam yang membalut tubuh, membuat lelaki itu semakin mirip dengan Filo.
Di punggung Edo terdapat case gitar yang terbuat dari kayu. Aroma wooden menyeruak masuk ke dalam indera pembau Sesya. Kali ini berbeda dengan Filo yang tak suka memakai parfum, sama sepertinya.
"Gombal!" sahut Sesya seraya memajukan bibir bawah.
Edo terkekeh kecil. "Just kidding, tapi kamu beneran cantik hari ini."
"Hari ini aja? Kemarin-marin aku gak cantik?" tanya Sesya.
"Okay, aku ngalah." Edo mengangkat kedua tangannya ke atas. "Pertanyaan kamu terlalu menjebak."
Kali ini giliran Sesya yang terkekeh. Satu hal lagi yang membedakan Edo dan Filo adalah sikap mereka yang lumayan kontras. Filo terlihat dewasa dan bijak sesuai umur, sedangkan Edo memiliki sifat childish yang mirip dengan Sesya.
"Katanya mau ajakin aku ketemu anggota band kamu, makanya aku pakai baju yang bagus supaya gak malu-maluin kamu," jelas Sesya.
"Aku gak akan malu, justru khawatir kalau kamu tampil cantik begini," ucap Edo.
Dahi Sesya mengernyit. "Khawatir? Khawatir kenapa?"
"Khawatir kamu digodain temanku. Apa lagi?" Edo mendengkatkan bibir ke daun telinga Sesya kemudian menyingkirkan rambut yang menutupi. "Mereka semua jelmaan buaya, kan gawat kalau aku saingan sama buaya."
Pupil mata Sesya melebar bersamaan dengan rona merah jambu yang muncul di kedua belah pipi gadis itu. Sontak ia mundur ke belakang, memangkas jarak di antara mereka berdua.
"Kan gombal lagi!" seru Sesya dengan bibir bawah maju ke depan.
Tawa Edo pecah. "Just kidding, tapi aku serius kalau teman-temanku buaya semua."
"Aku tahu, kan anak band emang kayak buaya semua. Cewe mana pun bakal digombalin. Kayak kamu tadi," ledek Sesya.
Edo menggeleng-gelengkan kepala. "Kecuali aku."
"Masa, sih?" tanya Sesya dengan nada mengejek.
"Iya, aku bisa jamin pakai garansi soal itu. Kamu bisa tanya ke temenku yang lain atau ke Biru, kalau aku belum pernah pacaran," ungkap Edo menyombongkan diri.
"Aku gak bisa percaya sama kamu," ucap Sesya.
"Kamu sering banget ditipu cowok kayaknya," terka Edo.
Tepat sasaran! Dan tanpa Edo sadari jika orang yang membuat Sesya susah percaya dengan kaum laki-laki adalah sosok dirinya di masa depan.
"Enggak, kok," elak Sesya.
Edo manggut-manggut. "Iya, iya. Kalau kamu sendiri gimana? Pernah pacaran?"
"Um ... itu sebenarnya aku juga gak pernah pacaran, sih," sahut Sesya.
Sebenarnya hampir pacaran dengan Dana, tapi siapa sangka jika Dana sudah punya perempuan yang akan ia temani sepanjang usia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gratia
Ficção AdolescenteApa yang akan kamu lakukan jika ada seorang lelaki datang dan mengaku jika dia adalah anakmu dari masa depan? Awalnya Sesya tidak percaya, tetapi setelah Filo menunjukkan bukti yang telah ia siapkan perlahan membuat Sesya percaya mengatakan dan lulu...