Tidak terasa sudah hampir seminggu sejak kedatangan Filo ke tahun ini. Dan sejak itu juga hubungannya dengan Sesya semakin dekat sebab ada banyak kesamaan antara mereka berdua. Mulai dari makanan hingga kehidupan serba canggih di masa depan. Ya, namanya juga ibu dan anak.
Teett! Teet! Teet!
Bel pulang telah berbunyi, bertanda jika jam pelajar terakhir sudah usai. Setelah memasukkan buku-buku ke dalam ransel, Sesya langsung bergegas naik ke atap untuk menemui Filo. Tempat di mana Filo selalu setia menunggunya.
Hari ini Sesya berencana mengajak lelaki itu untuk makan siang bersama di warung kecil di belakang gedung sekolah. Tempat di mana gadis berhidung lancip itu sering menghabiskan uang demi beberapa porsi siomay.
Pintu besi yang mengarah ke atap berderit kala tangan Sesya membuka daun pintu itu. Di sana, terlihat Filo sedang berbaring dengan mata terpejam. Angin berembus pelan, membuat rambut hitam lelaki itu bergoyang ke sana dan ke mari.
"Filooo!"
Kelopak mata Filo terbuka saat daun telinganya menangkap suara Sesya. Ia pun beranjak bangun. "Kenapa? Ada yang ketinggalan?"
"Bukaan!" Sesya menggelengkan kepala. "Aku ma ajak kamu makan siang part dua. Mau gak? Aku traktir, lho," tawarnya sambil menaik-turunkan alisnya.
"Makan apa?"
"Makan siomay punya donga(1) Has-eh di masa depan masih ada siomay gak, ya?" tanya Sesya sambil mengetuk-ngetuk dagu.
Seulas garis tipis muncul di bibir tipis Filo. "Ada, di masa depan Mama sering masakin aku siomay. Kata Mama itu makanan enak yang wajib dilestarikan," jawabnya diakhiri kekehan kecil.
"Oh, ya?" Mata Sesya berbinar takjub mendengarnya. "Wah, ternyata aku keren banget, ya di masa depan. Kak Dana pasti bangga banget punya istri yang keren kayak aku," ucapnya sambil menyibak rambut bangga.
Melihat mata Sesya yang berbinar-binar dengan bibir tipis yang melengkung ke atas membuat Filo tersenyum tipis, menatap gadis itu lama kemudian menghela napas berat. "Ayo, Ma! Perutku lapar lagi, nih."
"Eh, iya. Ayo!" Sesya menarik pergelangan tangan Filo kemudian menyeretnya, menuruni satu per satu anak tangga menuju warung kecil yang berada di belakang gedung sekolah.
Sepanjang jalan, mulut Sesya tidak berhenti mengoceh, menceritakan kisah hidupnya. Meskipun hidup gadis itu sangat monoton, tetapi ada saja yang diceritakannya pada Filo. Mulai dari hal-hal lucu hingga hal yang memalukan.
Seperti biasa, Filo menanggapi ocehan Sesya dengan senyuman lebar. Tidak banyak menanggapi, tetapi daun telinga menyimak dengan baik cerita gadis kecil yang merupakan ibu kandungnya.
"Oh ya, kak Dana suka siomay gak, ya?" tanya Sesya sambil mengetuk-ngetuk dagu.
Filo terdiam sejenak lalu mengangguk pelan. "Suka, makanya Mama sering masak siomay di rumah. Kenapa? Mama mau beliin dia siomay juga?"
"Maunya, sih begitu," Sesya mengerucutkan bibir, "tapi bicara aja gak pernah. Aku mana berani beliin siomay untuk kak Dana. Selama ini aku cuma perhatiin kak Dana dari jauh, lagipula dia kan bintang sekolah. Orang biasa-biasa saja kayak aku mana bisa dekatin dia."
Filo mengusap puncak kepala Sesya sembari mengulum senyum tipis. "Tenang saja, Ma. Aku datang ke sini untuk membantu Mama mewujudkan mimpi-mimpi Mama yang Mama tulis di buku diary."
"Ih, masih aja bahas soal diary." Sesya menutup rapat kedua daun telinga dengan tangannya kemudian mempercepat langkap menuju warung kecil milik donga Hasan yang sudah berada di depan mata.
Warung kecil itu terbuat dari papan kayu yang dicat bewarna putih. Ukurannya tidak terlalu besar dan terdapat jendela besar yang langsung mengarah ke arah dapur. Warung ini tidak terlalu ramai, tetapi kualitas rasa tidak perlu diragukan dan yang paling penting adalah harga yang murah, ramah di kantung pelajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gratia
Fiksi RemajaApa yang akan kamu lakukan jika ada seorang lelaki datang dan mengaku jika dia adalah anakmu dari masa depan? Awalnya Sesya tidak percaya, tetapi setelah Filo menunjukkan bukti yang telah ia siapkan perlahan membuat Sesya percaya mengatakan dan lulu...