Minggu kedua di bulan Juni telah datang menyapa dengan cuaca cerah mengawali pagi. sinar mentari masuk tanpa permisi melalui celah jendela kaca kamar Sesya ditemani dengan suara kicauan burung peliharaannya membuat tidur si empu kamar jadi terusik.
Tangan Sesya menjulur keluar dari balik selimut yang menyelimuti seluruh tubuh, meraba-raba nakas yang terletak di sebelah tempat tidur untuk mematikan bunyi beker yang juga ikut mengusik tidurnya.
Dengan mata memicing, terlihat jam baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Nyawa masih belum terkumpul seutuhnya. Namun, mau tak mau Sesya harus bangun. Mengingat di kamar sebelah ada Filo, anaknya dan bukankah seorang ibu selalu bangun pagi untuk mempersiapkan sarapan.
Meski belum terbiasa dengan status Filo sebagai anaknya, tetapi keberadaan lelaki itu membuat hari-hari Sesya menjadi lebih bewarna. Sembari bersenandung kecil, ia berjalan dengan kaki telanjang menuruni satu per satu anak tangga, menuju dapur yang berada di bagian belakang.
"Eh?" Mata Sesya membulat lebar kala melihat punggung lebar yang dibalut dengan kaos putih tengah berdiri di depan kompor. "Kamu ngapain di situ?"
Filo menoleh sekilas sembari menyungging senyum lebar. "Hai, Ma. Good morning."
"Kamu ngapain?" ulang Sesya sambil mengisi tempat kosong di sebelah Filo. "Wah, kamu bisa masak juga ternyata."
"Iya, kan Mama yang ajarin aku," jelas Filo singkat.
Sesya manggut-manggut paham. "Tahu gitu mending aku tidur lagi, padahal aku bangun cepat karena mau masakin kamu makanan. Kalau gini, sih jadinya kamu yang bapak dan aku yang anak."
Mendengar itu, Filo hanya tersenyum tipis penuh arti lalu mematikan kompor. Sarapan pagi ini sudah jadi, nasi goreng seafood seadanya, hasil ia mengobrak-abrik isi kulkas Sesya. Kepulan asap dari atas nasi goreng membuat perut Sesya berbunyi.
Filo terkekeh pelan. "Ayo, makan! Ini masakan yang sering Mama masakin setiap pagi."
"Oh," Sesya manggut-manggut paham, "oh jadi kak Dana suka makan nasi goreng pagi-pagi, ya? Soalnya aku lebih suka makan roti."
Seperkian detik Filo sempat terdiam setelah mendengar ucapan Sesya lalu dia terkekeh kecil dan berkata, "karena ayah dan aku lebih suka makan nasi goreng."
"Oh ya? Berarti aku harus belajar masak nasi goreng dari sekarang biar nanti kalau udah jadian tiap hari aku bisa kasih bekal nasi goreng buat kak Dana," sahut Sesya sembari menghayal.
Filo tertawa renyah. "Katanya suka, masa gak tahu apa-apa tentang dia."
"Huh! Aku kan cuma suka, bukan agen asuransi. Ya mana tahu semua tentang dia," omel Sesya lalu memasukkan sesendok penuh nasi goreng ke dalam mulutnya, mengundang tawa kecil dari Filo yang tidak bisa mengalihkan pandang dari gadis itu.
***
Dua piring yang sebelumnya berisi penuh nasi goreng kini habis tak bersisa. Sepasang ibu dan anak itu telah berubah posisi ke halaman depan sebelum mentari semakin tinggi. Di depan rumah, berbagai jenis bunga bewarna-warni tertata rapi di sana.
"Ini semua siapa yang tanam?" tanya Filo sembari mengedarkan pandang ke setiap sisi.
"Iya, gimana? Bagus gak?" sahu Sesya sambil mengibas rambut bangga.
Filo mengangguk setuju. "Bagus banget."
"Jelas, dong kan aku istri-able banget. Sini, deh ikut aku!" Sesya menarik pergelangan tangan Filo, mengitari halaman depan dan menunjukkan berbagai macam bunga yang ia tanam bersama ibunya. "Tahu gak? Dari kecil aku udah diajarin untuk tanam dan merawat bunga, katanya biar aku bisa belajar kasih sayang dan bertanggung jawab. Bunda juga ngajarin filosofi bunga, lho. Kamu mau aku ajarin juga gak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Gratia
Novela JuvenilApa yang akan kamu lakukan jika ada seorang lelaki datang dan mengaku jika dia adalah anakmu dari masa depan? Awalnya Sesya tidak percaya, tetapi setelah Filo menunjukkan bukti yang telah ia siapkan perlahan membuat Sesya percaya mengatakan dan lulu...