3

7.3K 566 31
                                    

Malam harinya, aku berada di dalam kamar kosan. Aku tengah duduk di meja belajar dan mencatat semua keperluanku untuk ke depannya.

Tercatat seperti buku tulis, alat tulis---pensil, pulpen, penghapus, penggaris, serutan, tipe x, dan lain sebagainya---, kalkulator, peralatan kebersihan untuk kamarku, dan juga beberapa bahan makanan untuk aku masak nanti. Ya, untuk urusan dapur bisa di katakan aku lumayan ahli. Karena Papa dan Mama memiliki hobi memasak, dan hobi tersebut menurun ke dalam diriku. Beda halnya dengan Abangku yang sudah menikah. Jangankan memasak, merebus telur saja gagal.

Selesai mencatat keperluan untuk besok aku belanja, aku melihat jam yang berada di dinding kamar. Pukul tujuh lewat malam, ku putuskan untuk keluar kamar bergabung dengan Abang-abang baruku. Hehe.

Aku keluar kamar, di sofa ternyata ada Bang Nathan yang asyik menonton TV. Aku mendekatinya dan duduk di sebelahnya.

"Asyik banget Bang nontonnya." Ucapku mengawali percakapan.

"Eh Bintang. Gak juga ah, hehe.." Jawabnya sambil tertawa.

"Eh Bin.."

"Iya Bang?"

"Kamu panggil aku Kakak aja dong, jangan Abang. Aku gak suka dengernya. Haha.."

"Ohh.. Kirain apa, ya udah deh. Kak Nathan."

"Nah gitu dong, kan enak dengernya." Ujar Bang---Ralat, Kak Nathan.

"Eh Kak, Kakak kuliah dimana?"

"Oh, aku kuliah di Universitas Swasta ***. Gak jauh dari sini kok."

"Oh di sana. Prodi apa Kak?"

"Ekonomi Manajemen Semester 3."

Seketika mataku berbinar, sebuah keberuntungan untukku karena Kak Nathan ternyata mengambil program studi yang sama seperti aku.

"Beneran Kak? Wah seneng banget, aku juga ambil prodi Ekonomi Manajemen."

"Yah! Kita sama!" Sorak Kak Nathan.

Kami kembali bercerita ini dan itu, tetapi tatapan mataku beralih ke pintu kamar Bang Asa. Kemana dia?

"Kak, Bang Asa ada di kamarnya?" Tanyaku.

"Oh, lagi ngapelin pacarnya. Biasa, bucin." Ucap Kak Nathan santai.

(Bucin: budak cinta).

Entah mengapa aku sedikit tidak suka saat Kak Nathan bicara bahwa Bang Asa sedang bersama pacarnya. Dan ternyata Bang Asa sudah mempunyai pacar. Itu sudah pasti, siapa orang yang tidak suka kepada Bang Asa. Dia sangat tampan, memiliki tubuh tegap tinggi dan hampir sempurna. Dan aku yakin pasti buka perempuan saja yang menyukainya, mungkin laki-laki pun juga. Ya, termasuk diriku.

"Lah, kok diem aja? Mikirin Putra ya?" tanya Kak Nathan menggodaku.

"Ah, apaan sih Kak? Gak lah. Hahaha.." Sergahku.

"Iya deh iya, eh kamu laper gak?" tanya Kak Nathan.

"Gak juga sih, kenapa? Kakak laper ya?"

"Iya hehe.. Temenin aku keluar yuk Bin. Nyari makan."

"Oke-oke, aku kekamar dulu ya Kak ambil jaket. Dingin nih.."

Aku pun beranjak dari dudukku dan melangkah masuk kedalam kamar. Aku mengambil jaket, dan sepertinya aku harus bawa dompet. Mungkin ada barang atau makanan yang ingin aku beli.

Aku keluar, tetapi aku melihat seorang laki-laki yang entah siapa lagi ngobrol bersama Kak Nathan. Aku mendekati mereka, Kak Nathan menoleh ke arahku dan tersenyum.

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang