5

5.8K 461 8
                                    

Tak butuh waktu lama, aku telah sampai disebuah Supermarket yang tidak jauh dari jarak kosanku. Setelah Bang Asa memarkirkan motornya, aku dan Bang Asa langsung memasuki Supermarket tersebut.

"Bang, gak apa-apa nih ikut aku belanja? Lama lho." Ucapku memastikan.

"Yah santai aja kali, selama apapun gue temenin," Jawab Bang Asa santai. "Lagipula gue free, gak ada kerjaan. Ya, ngikut lo aja gak apa-apa kan. Kali aja ada barang yang mau gue beli." Lanjutnya.

"Iya deh, iya. Kita ke toko alat tulis dulu ya."

Aku dan Bang Asa melangkah menaiki tangga eskalator menuju lantai dua di mana tempat peralatan tulis dan lainnya. Setelah mengambil keranjang, aku memilih-milih barang yang aku inginkan. Aku mengambil buku tulis, kotak pensil, pensil, serutan, penghapus, dan lain sebagainya. Tak terasa keranjang yang aku bawa telah penuh terisi.

Bang Asa mengikutiku dari belakang layaknya bodyguard. Haha, tapi tak apa. Karena itu kemauannya sendiri. Ia berjalan dan sesekali bermain dengan handphone miliknya. Mungkin chattingan bersama pacaranya.

Di rasa sudah cukup, aku membawa semua barangku menuju kasir. Dan Wow, semua belanjaanku hampir menuju angka lima ratus ribu. Dan itu hanya lima belas barang.

Setelah kelar berbelanja peralatan untuk kuliah, aku menitipkan barang tersebut di tempat khusus penitipan barang dan menuju pusat perbelanjaan sehari-hari. Aku mengambil troli, mungkin aku akan membeli banyak belanjaan.

"Dek, lo udah hampir setengah lho belanja tadi. Dan lo mau belanja lagi?" Tanya Bang Asa dengan raut tak percaya. Mungkin.

"Aku belanja banyak gini kan cuma sekali aja, Bang. Dan itu semua untuk aku kuliah. Sekarang, aku mau belanja bahan-bahan masakan. Biar irit, dan Abang-abangku yang ada di kosan gak perlu jajan diluar lagi." Terangku.

Bang Asa tersenyum lembut kepadaku yang entah mengapa membuat hatiku makin tidak karuan. Oh tidak, hanya senyumannya saja bisa buat aku meleleh seperti ini.

"Beruntung banget gue punya adik kos kayak lo. Terima kasih banyak ya, Dek."

Aku mengangguk tersenyum. Entah mengapa hatiku sedikit tidak suka saat Bang Asa menyebut diriku sebagai 'adik'. Hei, sadar Bintang! Apa yang kamu inginkan dari Bang Asa. Pacar? That's immposible.

Aku kembali berjalan sambil mendorong troli, tetapi tanganku seketika di tepis pelan oleh Bang Asa. Aku menatapnya dengan tanda tanya.

"Biar gue aja yang dorong, dan lo pilih aja barang yang mau lo beli." Ujar Bang Asa se akan mengetahui isi otakku.

"Oke."

Aku bekeliling, memilah-milih semua bahan makanan dan produk makanan yang aku beli. Di mulai dari sayuran, daging segar, bumbu-bumbu, saos, kecap, minyak sayur, dan masih banyak lagi.

"Masih ada lagi dek?" Tanya Bang Asa, bisa di lihat dari raut wajahnya jika ia kelelahan.

"Hmm, kayaknya sudah deh."

"Ah... Syukurlah."

"Kok syukur? Oh.. Abang capek ya?" Tanyaku memastikan.

Bang Asa nyengir menampilkan deretan giginya dan menggaruk kepala yang aku yakin tidak gatal.

"Hehehe.. Pegel juga dek kelamaan berdiri. Supermarket nya sih kebesaran."

"Lah, nyalahin supermarket. Hahaha.. Ya udah, ini udah kok belanjanya."

Aku dan Bang Asa menuju kasir dan meletakkan semua belanjaanku di hadapan mbak-mbak kasir. Dan total semua belanjaanku? Ah, lupakan. Tidak perlu di bahas. Aku tidak ingin sombong untuk sekarang. Hehe.

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang