25

4K 310 7
                                    

Sekitar pukul 6 sesudah Maghrib, aku sudah siap untuk pergi bersama Bang Asa.

Sekarang aku mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan garis merah hitam di sekitar dada. Celana Chino hitam motif kotak-kotak dan sneakers putih senada dengan bajuku. Bisa kalian bayangkan betapa tampan dan manis penampilanku? Maafkan aku narsis teman.

Mengenai kejadian tadi siang, Bang Asa cemberut dan tidak mau bicara denganku. Tapi kan itu bukan salahku sepenuhnya! Bang Asa asal main gelitik tubuhku yang jelas-jelas itu bagian sensitif. Bang Asa pun keluar dari kamar ku dengan mata sedikit merah. Ya, aku juga tahu sih bagaimana rasanya milikkuditentang oleh orang lain. Pasti sangat sakit.

Tok tok tok..

Bunyi ketukkan pintu dari luar dan aku segera membukanya. Tubuh Bang Asa terpampang jelas di depanku. Bang Asa berpenampilan sangat kasual, dengan kaos putih polos bertulisan 'Peace' di padukan Jaket levis berwarna hijau army. Celana jeans hitam yang terlihat pas namun tidak ketat, dan sepatu sneakers hitam. Astaga, Bang Asa sangat keren hari ini. Di tambah aroma tubuh yang segar seperti biasanya membuatku tidak berpikir jernih.

"Ayo berangkat sekarang." Ujar Bang Asa dengan wajah cemberut tanpa melihatku. Ia melihat kearah yang lain.

Apa Bang Asa masih marah denganku?

Bang Asa berjalan menuju pintu depan, aku pun mengikutinya dan tidak lupa helm baruku. Jangan sampai helm pink sialan itu aku pakai lagi. Ew.

Saat aku sudah di depan Bang Asa, wajahnya masih cemberut dan melihat kearah yang lain. Aku jadi gemas sendiri.

"Bang Asa, Abang masih marah ya sama aku?" Tanyaku.

"......." Bang Asa hanya diam tetapi matanya begerak sepeti orang gelisah.

"Bang?" Panggilku lagi, tetapi masih tidak ada jawaban.

Oke, kalau Bang Asa sendiri masih marah denganku untuk apa aku ikut bersamanya. Aku jadi bad mood.

"Oh, kalo masih marah ya udah! Aku gak jadi ikut pergi, Abang aja kesana. Aku mau masuk."

Dengan kesal langsung saja aku membuka pinti kosan, tetapi tanganku ditahan oleh Bang Asa.

"Ck! Ngambek aja jadi orang. Gue gak marah." Ujar Bang Asa

"Kalo gak marah kenapa aku di cuekin? Bikin males aja." Aku mencoba melepaskan genggaman tangan Bang Asa tetapi sangat sulit.

"Gue gak marah."

"Ya terus kenapa?"

Bang Asa seperti berpikir mencari jawaban, entah pemikiran saja atau memang Bang Asa seperti salah tingkah?

"I-itu, anu.." Bang Asa diam sejenak, aku menunggu kelanjutannya.

"Lo manis."

Aku kaget. Sedikit. Bang Asa dari tadi diam karena dia ingin mengucapkan kata itu. Apa boleh aku malu sekarang?

"Ck! Aneh gak sih kalo gue muji cowok?"

Aku menggeleng tanda tidak setuju.

"Bagus deh. Cuma lo cowok yang gue puji kayak tadi. Gue ngomong jujur, lo memang manis." Lanjut Bang Asa.

Aku diam tidak menjawab, terlalu senang dan malu karena Bang Asa memujiku.

"Ciee, baru gue puji aja udah merah gitu mukanya. Gimana kalo gue tembak?" Canda Bang Asa.

"Kalo Abang tembak, aku mati." Aku memegang pipiku agar warna merahnya menghilang.

"Ya udah, yok kita berangkat sekarang." Ajak Bang Asa.

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang