Sesampainya di depan pagar pembatas rumah, Dave mengklakson agar membuka pagar rumah. Penjaga rumahku membukanya, Dave dan aku masuk memarkirkan motornya didepan garasi rumah.
"Ini beneran rumah kamu?" Tanya Dave setelah membuka helmnya.
"Bukan, punya Pak satpam depan itu." Jawabku asal dan menunjuk Pak Satpam yang tengah menjaga.
Dave memutar matanya "Ck. Maksud aku, ini rumah kamu? Kenapa harus ngekos?" Tanya Dave heran.
"Ya gak apa-apa sih. Aku mau ngerasain hidup mandiri aja." memang tujuan aku ngekos agar tidak selalu bergantung pada Mama dan Papa.
"Ya sudah yuk masuk. Pasti Mama sudah nunggu." aku berjalan dan disusul oleh Dave.
Sedikit perincian, rumahku memang sangat besar. Memiliki dua lantai dan juga halaman rumah yang sangat luas. Ditengah halaman rumah, memiliki kolam Ikan koki. Karena Papa sangat menyukai Ikan. Walaupun rumah kami besar, kami juga memelihara Ayam. Ada juga Burung Kakak tua yang sangat cerewet. Bayangkan saja, setiap apa yang orang bicarakan pasti Burung Kakak tua itu akan menyahut. Dan juga Mama menyukai Kucing Persia, Kucing yang memiliki hidung sangat pesek. Kucing itu bernama 'Lia', berjenis kelain perempuan, memiliki bulu tebal dan halus juga berwarna putih gading. Ya, rumahku sama persis seperti kebun binatang.
Aku menuju teras rumah, saat aku mengucapkan salam Burung Kakak tua yang berada tidak jauh dariku menyahut.
"Halo, selamat siang! Selamat siang!"
Burung itu bernama 'Birdy', entah mengapa Papa memberi nama itu. Bulunya berwarna merah terang, dengan ekor berwarna pelangi. Burung ini cantik, tapi cerewet.
"Halo, siapa nama lo?" Dave mendekat kearah Birdy.
"Halo, gue Bintang. Gue Bintang!" jawaban Birdy membuat Dave tertawa.
Dengan kesal aku mendekat dan menggebrak sangkar Birdy.
"Tolong, gempa! Gempa!"
"Hahahaha.. Burung kamu udah kayak pelawak aja. Cerewet banget."
"Gue gak cerewet! Gak cerewet!" sahut Burung itu membuatku kesal.
"Berisik kamu! Diem gak?" Aku menatap tajam Birdy, yang ditatap malah asyik makan makanan miliknya.
"Dikira orang mau marah-marah gitu? Itu Burung, Bintang." Ujar Dave tertawa lagi.
"Kapan-kapan aku tangkap kamu! Aku bakar, inget itu!" Entah, Birdy memang sangat mencari gara-gara denganku. Bukan kali ini saja, bahkan selama aku tinggal dirumah aku selalu memarahinya.
"Tolong Abang ganteng, tolong!" Astaga, Burung pun bisa centil.
"Hahaha, tuh lihat! Burung aja bisa jujur kalo aku ganteng. Kamu gak mau mengakui ke-ganteng-an aku, gitu?" Dave tersenyum sombong dan memainkan kedua alisnya.
"Iya, Abang ganteng." Aku memutar kedua mataku, dan pergi dari situ untuk masuk kedalam rumah.
Dave mengekoriku, Rumah sepi dan ada beberapa pekerja rumah. Aku mendekatinya untuk bertanya dimana Mama berada.
"Bibi, Mama ada dimana?" Tanyaku.
"Eh, aden sudah pulang. Itu, Nyonya lagi masak. Katanya, masak untuk aden."
Aku tersenyum, Mama tahu saja cara menyambut kedatangan anaknya.
Aku menuju dapur, tak lupa mengajak Dave. Awalnya Dave menolak dengan alasan tidak mau menganggu, tapi aku tetap menarik tangan Dave. Dan disinilah aku, berada didapur yang tengah melihat Mama serius memasak. Sangking seriusnya, Mama tidak menyadari kedatanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG [END]
Teen Fiction'Persis seperti nama kita, Bintang dan Angkasa. Kita berada di tempat yang sama, namun tidak untuk bersatu.' (Adegan 18+) Upload: 1 Jul, 2019 -Kiki