Pukul dua belas siang tepat, aku sudah berada di kosan yang akan aku tempatkan untuk beberapa tahun ke depan. Tak terasa jika aku sudah memasuki bangku perkuliahan. Perguruan tinggi. Aku mengangkut beberapa barang yang masih tersisa di box mobil.
"Aduh Bintang sayang! Jangan ikut ngangkat barang juga. Biar abang-abangnya aja yang angkat." Ujar Mamaku yang ikut mengantar kepindahanku.
"Mama, terserah Bintang kenapa sih?" Balasku jengah melihat tingkah Mama yang sangat berlebihan.
Oh ya, perkenalkan namaku Bintang. Ananda Bintang Setiawan. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Saudara pertamaku sendiri bernama Satria Langit Pratama, ia sudah menikah dan tinggal di tempat berbeda---Luar kota tepatnya. Aku sendiri baru lulus tahun ini, dan syukurnya aku di terima di salah satu Univeristas Negeri yang cukup terbaik di kota Palembang ini. Aku memilih jurusan Ekonomi Manajemen, karena saat duduk di bangku SMA aku memilih jurusan IPS.
Kalian tahu alasan mengapa aku memilih ngekos di banding tinggal bersama Orang tuaku?
Pertama, aku ingin mencoba hidup mandiri tanpa di manja-manjakan oleh Papa dan Mama. Kalian tahu, sejak kecil hingga sekarang aku selalu di manjakan. Apapun keinginanku selalu terkabulkan. Dan kini, aku ingin menjadi dewasa. Dengan cara tinggal di kosan atau kalau bisa mencari kerjaan yang layak dan halal tentunya. Kalau bisa..
Kedua, aku ingin merasakan hidup susah dan mencari uang hasil dari keringatku sendiri. Bukan maksud tidak bersyukur dengan apa yang sudah aku punya, tetapi ini adalah awal di mana aku harus belajar menjadi seorang mandiri.
Oke, sekarang aku sudah masuk di sebuah kos yang lumayan untuk di huni. Kamarku sendiri terletak paling pojok nomor empat. Kosan ini terdiri empat kamar, dan ruang tamu yang di jadikan satu. Dan tentunya semua penghuni kosan ini laki-laki, tetapi aku belum melihat siapa saja yang tinggal disini.
Aku duduk di sofa yang sudah tersedia, semua barang sudah aku letakkan di kamar. Aku meminum air mineral yang ada di depanku, Mama ikut duduk disampingku.
"Sayang, pokoknya kalo kamu lapar jangan jajan sembarangan! Apalagi beli mie instan. Mama gak suka! Kalo kamu kehabisan uang kamu harus telepon Mama, bla bla bla...." Celoteh Mama panjang lebar yang ku balas dengan anggukan kepala. Mama cerewet itu sudah biasa.
"Pokoknya setiap minggunya Mama akan kirim uang di nomor rekening kamu!"
"Iya Mama. Ih bawel banget, kayak di tinggal jauh aja."
"Sayang, Mama begini itu tanda sayang sama kamu! Dan ingat jangan bergaul sama anak-anak yang gak bener apalagi anak berandalan! Kamu itu putih, bersih, bisa aja kamu di jadiin yang nggak-nggak sama mereka..."
"Iya-iya Mama! Udah ah jangan ngaco ngomongnya, aku udah gede bisa jaga diri kok." Ucapku memotong ucapan Mama.
Tak lama handphone Mama berbunyi tanda panggilan masuk. Mama beranjak dari duduknya dan mengangkat telepon tersebut. Kemudian kembali dengan wajah sedih yang aku yakin dibuat-buat. Dasar Mama, pinter banget aktingnya.
"Mama barusan ada telepon, dan Mama harus berangkat kerja sekarang. Mama tinggal gak apa-apa kan?" Tanya Mama.
"Iya Ma, aku ngekos kan memang gak mau deket-deket Mama. Hihi.." Candaku.
"Eh dasar kamu ya!" Mama mencubit pipiku pelan. "Ya sudah, Mama berangkat dulu ya."
"Iya Ma, hati-hati dijalan!" Aku mencium tangan Mama dan mengantarnya sampai depan pintu kosan. Mama berangkat dengan mobil pribadinya. Dan tinggalah aku sendiri.
Aku kembali masuk ke kamarku dan merapikan barang-barang yang masih didalam kardus. Barang terakhir, yaitu sebuah pajangan fotoku bersama kekasihku yang sudah tiada.
Namanya Fernando.
Kalian menyangka jika nama itu adalah nama seorang pria. Ya, dia memang pria. Aku gay, tetapi cintaku hanya untuknya. Tidak untuk yang lain. Fernando meninggal enam bulan yang lalu di karenakan motor yang ia kendarai melaju dengan kecepatan tinggi, dan ternyata remnya blong. Saat lampu merah ia menerobos dan ternyata di depannya ada sebuah mobil truk besar yang lewat. Dan, ya.. Pasti kalian tahu akhir dari kejadian itu.
Aku meletakkan foto itu di depan meja belajar. Aku sangat merindukannya, tetapi aku tak pernah larut dalam kesedihan.
Biarkan dia bahagia di sana.
Lagi asyik-asyiknya aku memandang foto itu, tiba-tiba perutku berbunyi tanda minta di isi. Aku bangkit dan mengambil dompet yang ada di dalam tasku, aku akan membeli makanan di luar.
Aku keluar kamar dan menguncinya, saat kakiku melangkah keluar pintu tiba-tiba ada seseorang laki-laki bertubuh tinggi tegap masuk kekosan. Ia sepertinya anak kuliahan, dilihat dari dia membawa tas dan beberapa buku-buku yang ada di genggamannya. Aku yakin dia adalah penghuni di antara empat kamar ini.
"Eh, elo anak kos baru di sini ya?" Tanya laki-laki itu. Aku melihatnya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
'Cowok yang ganteng, lumayan cuci mata disini. Hihihi..' Pikirku liar.
"Lah di tanya malah diem." Ucapnya lagi.
"Eh, i-iya Bang. Aku baru pindah hari ini." Jawabku tersadar dari pemikiranku.
"Oke-oke. Kenalin, nama gue Angkasa. Angkasa Putra Wiratama. Sebelahan sama kamar lo itu." Ucapnya memperkenalkan diri.
Aku ber 'wow' dalam hati. Namanya tidak jauh denganku,
Bintang dan Angkasa.
"Halo Bang Angkasa, nama aku Ananda Bintang Setiawan. Panggil aku Bintang."
"Wah, jodoh nih. Namanya bisa gak jauh beda. Hahaha.." Ucapnya bercanda.
"Tapi keren lho, nama kita bisa gitu. Gue Angkasa, lo Bintang. Bakal deket nih kita." Lanjutnya.
"Ya semoga kita deket ya Bang, dan semoga Abang terima aku di sini sebagai penghuni baru." Ucapku ramah.
"Oke-oke, btw lo mau kemana?" tanyanya.
"Oh.. Ini aku mau keluar nyari makan diluar Bang."
"Kalo gitu bareng aja, gue juga laper belum makan. Gue kasih tahu tempat makan paling enak di sekitar sini. Tunggu bentar ya, gue taruh barang-barang dulu." Ucapnya berlalu dari hadapanku. Aku melihatnya dan benar saja, ternyata kamarnya sebelahan dengan kamarku.
Tak lama, ia keluar dan mendekatiku.
"Yok, naik motor gue aja." Ajaknya, dan kami pun keluar bersama dan membeli makanan yang dia maksud.
'Semoga awal pertemuanku dengan Abang Angkasa mejadi baik.' Batinku.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG [END]
Novela Juvenil'Persis seperti nama kita, Bintang dan Angkasa. Kita berada di tempat yang sama, namun tidak untuk bersatu.' (Adegan 18+) Upload: 1 Jul, 2019 -Kiki