39 (18+)

7.1K 327 17
                                    

Aku sudah berada di rumah—lebih tepatnya dalam kamar bersama Dave. Dave memintaku untuk menginap disini, dengan senang hati aku mengiyakan.

Aku sedang membuka aplikasi Instagram di handphoneku, melihat meme dan video lucu. Aku menggunakan akun privasi baru yang hanya diketahui teman dekat saja. Juga Dave.

Akun Instagram Dave juga ada di handphoneku, aku sempat iri—dikit saat melihat followersnya yang sudah mencapai 45k lebih, aku bahkan tidak tahu ternyata Dave itu terkenal, baik di dunia maya maupun dunia nyata.

Aku juga sempat membaca Dirrect Massage dari orang-orang yang mem-follow ya, memuji wajah tampan Dave. Dave juga memiliki satu foto bertelanjang dada, memamerkan tubuh atletis beserta tatto di bagian dadanya. Komentar kagum dan pujian untuk Dave yang kubaca membuatku minder.

Apa Dave cocok denganku?

"Hei, ngelamun aja." Suara Dave membuatku sadar, Dave barusan mandi dan ternyata sedang di hadapanku dengan keadaan setengah telanjang, ia hanya menggunakan handuk menutupi bagian intimnya.

Ya ampun, godaan banget sih.

"Iya nih, abis baca komentar foto kamu. Banyak yang muji ganteng lah, keren lah. Semuanya dari cewek—juga cowok. Aku mah apa atuh." Kataku sok sedih.

Dave terkekeh dan duduk disampingku, mengacak pelan rambutku.

"Aku ganteng milik siapa, hmm?"

"Milik Bintang." Kataku sambil menatap Dave yang sedang tersenyum menawan.

Ya ampun, ciptaan Tuhan indah banget.

Dave mendekatkan wajahnya, aku yang tahu maksud Dave hanya memejamkan mata. Setelah itu aku merasakan sapuan lembut di bibirku, Dave menciumku lembut. Menghisap pelan bagian bibir bawah dan atasku bergantian, setelah itu lidahnya masuk kedalam mulutku dan bermain dengan lidahku. Just info, Dave adalah orang kedua yang sudah merasakan ciumanku setelah Fernando. Mantanku yang sudah tiada.

Dave menyudahi ciumannya, dan mengusap pipiku dan bibirku pelan.

"Tadi Kak Putra nemuin aku lagi, Bi." Ujar Dave yang masih memegang pipiku.

Aku hanya diam, tidak tahu ingin berkata apa. Dave yang melihatku diam hanya menghela nafas pelan.

"Masih mau menghindar?"

Aku menggeleng ragu. Setelah diberi pencerahan oleh Stefan, tidak ada yang harus aku hindari dari Bang Asa. Toh itu juga bukan salah Bang Asa sepenuhnya, aku juga yang terlalu kekanakan.

Tapi...

Saat melihat Bang Asa, entah mengapa aku belum siap. Huh, bagaimana ini?

"Bi, lihat aku." Perintah Dave, aku menurut dan menatap tepat dimata Dave.

"Kamu beneran kan cinta sama aku?" Tanya Dave.

"Iya, aku sudah cinta sama kamu. Hanya kamu." Oke, aku merasa jijik dengan kata alayku barusan.

"Kamu masih nganggep aku pacar kan?"

Aku mengangguk mantap. "Kenapa?"

"Kalo begitu turuti kata aku." Ujar Dave. "Jangan pernah memendam benci kepada siapapun, termasuk dengan Kak Putra. Orang yang pernah kamu cintai. Kamu tahu, dengan kamu membencinya, semakin kuat kamu memikirkan semua kejadian masa lalu yang pernah kalian buat." Ujar Dave yang sama persis seperti Stefan. Sekarang aku yakin, memang tidak harusnya aku membenci, bahkan menghindar dari Bang Asa.

"Iya Dave, aku... nggak harusnya aku menghindar kayak gini. Mulai sekarang.. aku gak bakal benci—juga menghindar dari Bang Asa." Kataku pelan.

Dave tersenyum lembut dan mencium pipiku pelan. Dave juga langsung memeluk tubuhku dengan erat. Bisa aku rasakan nafas Dave menerpah bagian telingaku, rasanya sangat geli.

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang