8

5.8K 441 14
                                    

Beberapa menit aku dan Dave dalam perjalanan menuju ke kosanku, dan akhirnya aku sampai.

"Makasih ya." Ucapku berterima kasih.

Aku melangkah untuk masuk ke kosan, pasti kalian berpikir aku tidak sopan. Tapi inilah aku, jika aku masih kesal terhadap seseorang pasti aku akan menghiraukannya.

"Eh Bintang, tunggu.." Panggil si Dave. Aku berhenti, dengan malas berbalik dan melihatnya yang masih duduk di atas motornya.

"Emm.. Lo mahasiswa baru kan?" Tanyanya yang ku balas dengan anggukan kepala.

"Gue juga sama. Apa lo udah siapin semua bahan untuk Ospek besok?" Tanya Dave lagi.

"Harusnya sih aku mau ke Supermarket yang gak jauh dari Kampus, tapi ada orang yang nabrak aku sampai jatoh. Dan baju aku kotor, gak mungkin kan aku masuk ke Supermarket dalam keadaan kotor begini." Aku menyindir Dave dan bisa kulihat tatapan matanya yang merasa bersalah.

"Ya maafin gue deh sekali lagi." Ujar Dave dengan nada menyesal. "Kalo gitu bareng gue aja belinya gimana?" Tawarnya.

"Gak, terima kasih." Tolakku cepat. Aku kembali melangkah, tetapi si Dave masih memanggilku.

"Daripada lo sendirian, hayoo? Gue tau lo belum ada yang di kenal kan mahasiswa baru di sana. Lebih bagus lo bareng gue." Aku menatapnya. Apa aku terima saja tawarannya?

"Gue anter jemput lo deh." Tawarnya. Lagi.

Kesempatan emas, bisa hemat uang dan paling tidak aku sudah punya orang yang di kenal saat di Kampus dan Ospek nanti.

"Oke, besok kamu jemput aku gimana?"

"Oke, beres." Jawabnya enteng.

"Ya udah, mau nunggu di situ sambil panas-panasan apa masuk ke dalam kosan?"

Dave turun dari motornya dengan cengiran lebarnya. Ya ampun, aku baru sadar jika orang di hadapanku ini sangat sangat tampan. Tapi dia tetap menyebalkan.

Aku masuk yang di ikuti Dave dari belakang. Karena aku harus ganti baju, kalian tahu kan bajuku kotor.

"Tunggu sebentar, aku ganti baju dulu." Perintahku, Dave mengangguk dan duduk di sofa ruang tamu. Bisa kulihat dia sedang meneliti setiap sudut ruangan ini.

Aku masuk ke dalam kamarku, dan meletakkan baju kotorku di keranjang baju yang kotor. Aku hanya mengenakan kaos panjang biasa karena aku cuma belanja beberapa keperluan Ospek besok.

Aku keluar dan tidak lupa mengunci pintu kamarku, aku melihat si Dave tengah bermain dengan handphone miliknya.

"Ayo, kita berangkat."

Dave menatapku sejenak dan melihatku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Apa penampilanku aneh?

"Kenapa kamu liat aku kayak gitu? Aneh?" Tanyaku.

"A-ah, nggak nggak kok. Hehehe.. Lo lucu ya." Kata si Dave.

"Lucu dalam artian apa?" Bisa saja kan Dave bilang lucu karena aku aneh atau semacamnya.

"Lucu, dalam artian.." Dave terdiam seperti berpikir kata yang akan dia ucap. "--imut gitu." jawabnya.

"Dasar aneh. Ayo berangkat." Walaupun tinggiku hanya 165 sentimeter, bukan berarti aku suka dibbilang imut.

Aku melangkah menuju pintu, tiba-tiba Bang Asa masuk ke dalam kosan. Sepertinya dia abis dari Kampus juga.

"Bintang, mau kemana?" Tanya Bang Asa.

"Mau beli perlengkapan Ospek. Aku pergi ya Bang, ayo Dave." Aku menjawab dengan singkat.

Bang Asa menatap Dave, seperti yang di lakukan Dave tadi. Bang Asa menatap dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tetapi dari matanya seperti.. Tidak suka? Ah, itu hanya perasaanku saja mungkin.

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang