Aku terbangun saat jam wekerku berbunyi, aku meng-off suara jam tersebut dan bangun dari tidurku. Sekarang pukul tujuh pagi. Aku merenggangkan pinggangku dan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahku dan sikat gigi. Aku mandinya nanti setelah sarapan, karena pasti Papa dan Mama lagi ada dimeja makan.
Aku turun dari kamar menuju ruang makan, ya disana ada Papa yang tengah memainkan tabletnya sambil menunggu Mama menyiapkan semua sarapan. Hebatnya Mama itu, walaupun sibuk kerja Mama tidak menyewa pegawai untuk memasak. Semua kegiatan memasak Mama yang buat, karena kata Mama ingin membuat Papa makin cinta karena masakannya. Hmm, aku geli sendiri sih tapi itu memang benar. Itu kenapa aku bisa memasak, karena hobi Mama menurun pada diriku.
"Eh sayang udah bangun." Sapa Mama, Papa yang tengah memainkan tabletnya menatapku dan tersenyum senang.
"Anak Papa sudah bangun. Gimana kuliahnya? Lancar kan?" Aku mendekati Papa dan mencium tangan dan kedua pipi Papa. Jangan ejek aku anak manja ya!
"Semua lancar Pa, seperti belajar biasa." Aku menarik kursiku dan duduk.
"Untuk kosan? Semua yang tinggal disana baik-baik kan?"
"Semua baik, Pa. Cuma mereka lebih sering beli makan siang diluar, jadi Bintang beli semua bahan makanan biar mereka gak makan sembarangan. Gak apa-apa kan?"
Papa tersenyum dan mengangguk "Ya boleh. Lebih bagus uang kamu habis untuk buat makanan yang enak supaya Kakakmu di kosan senang. Daripada untuk berfoya-foya."
Aku mengangguk, Papa memang sangat baik. Papa tidak membeda-bedakan baik yang tua ataupun yang muda.
Oh ya, untuk memasak dikosan aku tetap melakukannya. Semarah apapun aku kepada Bang Asa, aku tetap memasak untuknya, untuk Abang Aldi, dan Kak Nathan. Karena aku sudah berjanji pada diriku agar mereka tidak makan sembarangan diluar.
Kami sarapan nasi goreng spesial buatan Mama. Kenapa spesial? Kata Mama ia membuatnya dengan 'cinta', jadi harus dilabelkan dengan kata spesial. Mamaku yang unik.
"Oh iya, nanti malam Bintang mau kecafe punya temen Bintang Ma, Pa." ujarku meminta izin kepada mereka.
"Iya, jangan kemaleman pulangnya. Nanti dianter supir Mama ya." Jawab Papa.
"Nggak usah Pa, nanti ada temen Bintang yang jemput kerumah."
"Siapa?" Tanya Mama.
"Dave, itu yang kemarin Mama goda itu." Jawabku memberi cengiran ke Mama.
"Eh, iya Pa! Kemarin Bintang ngajak temennya main kerumah. Mama baru tahu lho kalo Bintang punya temen bule ganteng banget." Ujar Mama tidak menyadari perubahan wajah Papa. Papa menatap Mama cemberut.
"Ganteng Papa atau temen Bintang itu?" Tanya Papa dengan nada sebal.
"Ya ganteng temen- eh, ganteng Papa kok." Mama senyum tidak jelas.
Aku hanya tertawa dan kembali makan nasi gorengku.Pagiku dimulai dengan celotehan Mama dan ngambeknya Papa.
*****
Malam harinya, aku sudah siap untuk pergi. Dave memberi pesan lewat 'Line' akan datang menjemput aku. Aku juga mengajak Stefan dan Melody. Stefan berkata iya dan akan datang, tetapi tidak untuk Melody. Ia harus menjaga adiknya yang lagi sakit karena Papa dan Mamanya sedang berada diluar kota.
Aku tengah berdiri di cermin lemariku. Aku mengenakan sweater putih berlogo 'Peace' dibagian tengahnya. Dipadukan celana chino hitam bermotif kotak-kotak, tidak lupa sepatu sneaker senada dengan warna sweaterku, putih. Aku menyemportkan parfume dan aku sudah siap pergi. Pukul 7 lewat malam, aku pun turun dari kamarku dan menunggu di ruangan tengah.
![](https://img.wattpad.com/cover/192513798-288-k645692.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG [END]
Teen Fiction'Persis seperti nama kita, Bintang dan Angkasa. Kita berada di tempat yang sama, namun tidak untuk bersatu.' (Adegan 18+) Upload: 1 Jul, 2019 -Kiki