28

4K 306 9
                                    

Pagi ini aku sudah bersiap-siap untuk berangkat kekampus. Aku melirik jam tanganku, pukul tujuh lewat pagi, masih ada waktu lima belas menit untuk aku pergi ke kampus.

Oh ya, mengenai keadaan Bang Asa. Bang Asa sudah sembuh dan sekarang telah pergi berangkat ke kampus duluan. Karena jadwal Bang Asa lebih awal daripada aku.

Aku masih teringat kejadian dua hari yang lalu, saat aku merawat Bang Asa yang sedang demam, membantunya agar tertidur, dan menyuapinya makan.

Aku tidak tahu jika Bang Asa memiliki sifat manja saat sedang sakit, dan aku menyukainya. Wajar sih kalau Bang Asa cari perhatian dan manja seperti itu, karena Bang Asa hanya seorang diri di kota ini dan ia juga belum memiliki pacar. Tidak mungkin juga membawa seorang wanita ke dalam kosan, yang ada jadi bahan ghibah-an orang.

Aku juga masih teringat saat Bang Asa berkata padaku.

'Dek, jangan bikin Abang cemas kayak kemarin ya. Kalo lo marah, lo boleh deh pukul Abang. Tapi jangan sampai hilang kabar, buat Abang cemas tahu gak. Lo udah Abang anggep kayak adek sendiri.'

Ucapan Bang Asa itu membuatku sedih. Tapi apa yang aku harapan dari pria straight seperti Bang Asa? Aku bahkan tidak mengungkapkan perasaanku kepadanya. Jika aku berkata jujur, aku yakin Bang Asa akan shock dan menjauh dariku.

Tetapi, belum dicoba mana tahu hasilnya..

Tok tok tok..

Bunyi ketukan pintu membuatku tersadar, ah.. ternyata aku sedang asyik melamun. Aku bangkit dari dudukku dan menuju pintu depan, dan tamu itu adalah Dave.

"Eh Dave, tumben pagi-pagi dateng kesini?" Tanyaku.

"Kamu mau berangkat ke kampus kan?" Tanyanya balik.

"Iya, ini aku mau pesen ojek online juga."

Kulihat Dave tengah berdecak lidah, seperti kesal.

"Ck, untuk apa aku kesini kalo kamu mau naik ojek online? Ayo, berangkat bareng aku."

Oh, ternyata Dave kesini menjemputku. Anak yang baik.

"Iya deh makasih, tapi plis jangan pasang wajah cemberut gitu. Gak cocok di wajah kamu." Aku terkekeh pelan melihat wajah Dave yang terlihat cemberut.

Aku dan dan Dave berangkat bersama. Jika Dave pergi bersamaku, tandanya ia memiliki jadwal mata kuliah yang sama seperti aku.

*****

Aku sudah sampai di parkiran kampus, setelah menitipkan helm di pos satpam penjaga aku berjalan yang diikuti Dave dari samping.

"Bintang, siang nanti kamu pulang sendiri gak apa-apa kan? Mata kuliah hari ini lebih lama, jadi aku gak bisa pulang bareng." Ujar Dave.

"Ya gak apa-apa Dave. Aku bisa pulang sendiri kok. Btw, mata kuliahnya susah-susah ya?" Tanyaku penasaran. Aku juga suka melihat Bang Asa yang selalu mencoret-coret kertas. Bahkan sampai larut malam.

"Ya gitulah, namanya belajar ada susahnya juga ada yang gampangnya. Kebanyakan sih hitung-hitungan, praktek, dan juga gambar gitu."

Aku mengangguk mengiyakan, untungnya aku mengambil jurusan yang mudah aku pahami. Tetapi, semua orang mempunyai cara untuk memahami pelajaran masing-masing.

"Ya sudah aku duluan ya Dave. Kelas kamu masih jauh kan?"

"Iya, ya udah bye." Ujarnya melambaikan tangannya. Akupun pergi meninggalkan Dave.

"Eh, tunggu." Ujar Dave, aku pun menoleh dan selanjutnya Dave mencubit pipiku. Aw, sakit.

"Dave! Sakit!" Ujarku marah, tetapi Dave telah pergi dan bisa kudengar ia tertawa. Dasar kurang ajar!

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang