Aku sekarang tengah rebahan di atas kasur tercintaku sambil memainkan handphone, tengah chattingan bersama Melody, Kak Nathan, juga Bang Asa.
Masih ingat kan kalian dengan Cowok satu itu? Haha. Cowok yang dulu aku sukai, walaupun tak bisa ku miliki.
Bahasanya ampun...
Omong-omong masalah kasur, aku jadi rindu kosanku yang ada di sana. Kosan itu sepertinya sepi di karenakan semua penghuninya pulang ke rumahnya masing-masing.
Setiap hari selalu begini, entah sampai kapan. Sampai bergerak pun aku bosan.
Bosan saja, sampai bosan. Ah, aku pusing sendiri jadinya.
Melody: Gimana kamu ama Dave? Lancar aja kan?
Bintang: Maunya gimana?
Melody: Maunya sih lebih ke tahap serius.
Bintang: Ngaco!
Melody: Ih serius! Apa kalian gak bosen pacaran tanpa melakukan sesatu, kayak... naena gitu?
Oke, Melody mulai ngaco sepertinya.
Belum sempat aku membalas, sebuah dering telepon dari handphoneku. Itu Dave.Aku melirik jam dinding sekejap, dan sekarang pukul empat. Hmmm, dia menepati ucapannya tadi. Aku harus angkat.
“Halo?”
“Halo, sayang...”
“Ya. Kenapa?”
“Kamu di rumah kan?”
“Hooh, ini di kamar. Kenapa sih?”
Tanyaku heran.“Keluar rumah bentar.” Ujar Dave. Aku mengerutkan dahi, keluar rumah. Maskudnya?
“Kenapa keluar rumah?”
“Keluar aja.”
Aku yang sedang berpikir pun langsung melotot kaget. Apa Dave datang kemari? Wah, nekad sekali itu Cowok.
Aku hendak turun dari kasur, tetapi sebelumnya aku membaca pesan dari Melody.
Melody: Kok lama bales? Jangan-jangan udah pernah ya? Awwwwww:*:*
Bodo amat! Walaupun aku sudah melakukannya, tetapi aku tidak mau membeberkan hal ini walaupun teman dekat.
Biarkan Melody berimajinasi.
Aku turun dari kamar dengan berjalan cepat, saat sampai di pintu depan dan membukanya aku bisa melihat Cowok bemakser dan menjinjing ransel besar, yang sedang berdiri di depan Burung milik Papa.
“D-Dave?”
Dave menoleh, lalu melepaskan maskernya itu. senyum cerah yang ia berikan terpakri di wajah tampannya itu. Astaga, aku kaget dan juga rindu.
Dave mendekat dan hendak menyentuhku, langsung saja aku mundur beberapa langkah.
“Kok ngejauh sih? Gak kangen apa.” Ujarnya dengan nada sok sedih.
“Kangen boleh, tapi kamu itu barusan dari jalanan luar. Cuci tangan!” Aku menunjuk keran air yang tak jauh dari teras.
Dave menurut lalu berjalan untuk mencuci tangannya.
“Kenapa kamu nekad kesini sih? Udah tau lagi bahaya-bahayanya, kalo kena kan repot. Lagian, apa kurang VC aja?” Omelku kepada Dave. Iyalah, siapa yang tidak kesal melihat orang di sayangi malah keluyuran.
Aduh, bahasaku. Di sayangi, ehe..
“Ish, baru dateng bukannya di sambut malah di semprot,” Dave yang sudah kelar mencuci tangannya kini mendekat, memasang tampang sedih dan lesu. “Aku tuh kangen banget sama kamu.”
“Ya, tapi kan---”
“Aku mau nginep sini.”
Aku melotot, mencerna ucapannya. Dave mau menginap di sini?
“Aku ke sini bawa Mobil kok, jadi jangan takut.”
Aku menoleh ke arah samping di mana Mobil putih milik Dave terparkir rapi.
“Kok gak ngasih tau sih? Bunda kamu gimana?”
“It’s oke, aku di ijinin kok. Di rumah ada sepupu yang gak bisa pulang kampung. Jadi, dia tinggal di sana.”
Aku mempersilahkan Dave masuk dan berjalan menuju ruang tengah.
“Kalo ada sepupu kenapa malah ke sini sih? Kan kasian mereka.”
“Sepupu aku itu ada tiga dan itu Cewek semua, aku males,” Dave duduk di sofa dan bersandar di sana. Ah, jarak rumahku dan rumah Dave kan memang jauh. “Kok sepi?”
“Mama sama Papa di kamar.”
Dave manggut-manggut, lalu menatapku dengan tersenyum miring.
Aku mengangkat satu alisku. “Apa?”
“Mau main Papa dan Mama di kamar gak? Buat sesuatu..”
Aku yang mendengar itu langsung menatap tajam Dave, setelah itu melempar bantalan sofa tepat di wajahnya.
“Gak ada otak kamu ya! Aku mau ke kamar, mau makan atau minum ambil sendiri!” Aku bangkit dan berjalan menuju kamar.
“Bi..”
“Gak!”
“Kamu jahat ya..”
Aku menghiraukan ucapan itu.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG [END]
Teen Fiction'Persis seperti nama kita, Bintang dan Angkasa. Kita berada di tempat yang sama, namun tidak untuk bersatu.' (Adegan 18+) Upload: 1 Jul, 2019 -Kiki