Special Chapter: 2

3.8K 245 4
                                        

Hari ini adalah hari dimana aku da Dave harus pergi ke desa tempat Nenekku tinggal. Nenekku tinggal di dareah Jawa Tengah tepatnya di Tegalrejo, Tambi, dan apalah itu aku pun lupa. Yang pasti tempat Nenekku tidaklah jauh dari kebun Teh daerah sana.

Dave dengan senang hati tentu ikut bersamaku, selain ia ingin menjagaku¾yang seharusnya tidak perlu melakukan itu. Dave juga ingin berlibur bersamaku dan ingin tahu desa tempat Nenekku tinggal, juga ingin tahu kebun teh yang aku maksud.

Aku berada di dalam mobil menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin 2 yang diantar oleh supir Mama, sambil menatap luar jendela dengan perasaan senang dan juga gembira. Siapa yang tidak gembira saat kamu mudik bersama pacar kamu? Pasti senang, 'kan?

"Ngelihat apa Bi?" Tanya seseorang dari sampingku, siapa lagi kalau bukan Dave.

"Lihat Ayam nyengir. Ya lihat jalanan Dave." Jawabku bercanda.

"Bisa ya kamu sekarang." Dave yang ingin memegang pinggangku langsung saja aku hentikan. Aku melotot dan memberi kode bahwa disini ada Pak supir. Dave hanya nyengir tidak jelas dan duduk manis kembali.

"Disana cuma ada Nenek sama sepupu aku aja. Namanya Bunga." Ucapku memberi tahu Dave.

"Mereka tinggal berdua aja Bi? Kakek kamu?"

"Kakek udah meninggal 4 tahun lalu. Tapi aku gak cemas sih, soalnya sepupu aku¾Bunga itu baik dan bisa diandalkan."

Aku memberi tahu Dave tentang sepupuku Bunga. Bunga itu sepupu dekatku yang sekarang tinggal bersama Nenek. Umur kami berbeda 3 tahun, aku yang lebih muda. Bunga itu sangat cantik, ia bisa memasak, nurut apa yang dikatakan Nenek, tidak banyak ulah, dan rajin. Jadi aku tidak begitu mencemaskan Nenek karena aku yakin Nenek pasti sehat ditangan Bunga.

"Terus orang tuanya?" Tanya Dave yang sepertinya kepo berat.

"Dia udah yatim piatu sejak umur 5 tahun, kata Mama sih celakaan. Kurang tahu juga."

Aku dan Dave bercerita ini dan itu tentang tempat tinggal Nenek, kebun teh, dan lain semacamnya. Sampai tak terasa aku sudah sampai Bandara. Yeay! Akhirnya mudik!

*****

Sekarang aku dan Dave menggunakan taksi yang akan mengantarkan menuju rumah Nenek. Akhirnya selama beberapa jam perjalanan kami sampai juga. Aku yang sangat lelah bersandar di pundak Dave, dan Dave juga tidak mempermasalahkan itu.

"Capek banget ya?" Tanya Dave. Aku hanya mengangguk.

"Tapi kamu jangan tidur ya, aku gak tahu rumah Nenek kamu." Ujar Dave terkekeh pelan.

Taksi yang kami gunakan berjalan dengan lancar, beberapa puluh menit kami sudah sampai dirumah nenek yang yang sederhana namun sangat nyaman. Rumah Nenek dekat dengan jalanan dan juga ditumbuhi pepohoan tinggi dan juga rimbun. Membuat suhu disini sangat dingin.

Aku mengangkat tas milikku sedangkan Dave mengangkat tas miliknya dan juga koper milikku. Maafkan aku Dave, tapi itu semua maumu hehe.

"Nyaman banget ya disini, Bi. Udaranya seger, rumah Nenek kamu juga keren." Ujar Dave yang berada disampingku. Apa yang dikatakan Dave benar.

"Iya nyaman banget, tapi coba kamu cek sinyal handphone kamu."

Dave merogoh saku celananya mencari handphone miliknya. Saat matanya menatap layar handphone wajahnya seketika mencari cemberut.

"Anjir, gak ada sinyal sama sekali." Gerutu Dave.

Aku terkekeh melihat reaksi Dave dan lanjut berjalan menuju pintu rumah Nenek. Rumah Nenek tidak besar namun juga tidak kecil. Rumahnya sangat asri dan dikelilingi pagar yang terbuat dari tanaman, entah apa itu namanya kau pun lupa.

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang