37

3.7K 313 14
                                    

Aku memberi baju yang sudah aku pilih untuk Dave. Aku sedikit gugup dan menunduk saat berhadapan dengan Dave. Itu lho, badannya sangat keren.

"D-Dave, aku gak ada celana dalam yang pas buat kamu. Gimana nih?" Tanyaku masih menunduk. Tapi wajahku di angkat oleh tangan Dave ke atas dan berhadapan dengan wajah Dave.

'Ya ampun gantengnyaa..'

"Kenapa kamu nunduk? Malu ya?" Tanya Dave menggodaku. Aku hanya menggeleng.

"Hahaha, jangan malu ah. Sama-sama cowok juga. Untuk celana dalam, aku gak pakek juga gak apa-apa kok."

"Eh? Jangan dong! Masa iya udah besar gak pake celana dalam." Sergahku. Ya, aku tidak bisa membayangkan saja Dave saat tidak menggunakan celana dalam.

'Kok jadi bahas celana dalam sih? Gak penting banget.' Batinku.

"Nanti aku suruh Bibi di bawah, biar beli—"

"Gak-gak, malu-maluin aja nyuruh Bibi. Aku gak mau." Tolak Dave mentah-mentah.

Aku mengangguk, seketika mataku terfokus pada dada bidang Dave. Dave memiliki tattoo?!!

"Dave, kami pake tatto?" Tanyaku sedikit tidak percaya.

"Oh, ini tatto udah lama banget. Pas aku masih jadi anak berandalan. Inget kan pertama kali kita ketemu penampilan aku kayak apa?"

Iya sih, saat di pesta Tyara aku memang tidak sengaja menabrak tubuh orang yang gayanya terlihat seperti preman. Padahal itu masih anak SMA, dan aku tidak menyangka jika dulu Dave seperti itu. Jauh dengan sekarang.

"Kenapa harus buat tatto? Jelek-jelekin tubuh aja." Kataku kesal, aku tidak suka melihat seorang merokok. Apalagi bertatto.

"Ya maaf deh, kan udah lama juga. Kalo di ilangin nambah jelek kulit akunya."

"Ya udah pakek gih. Aku mau turun, pasti Mama lagi masak buat aku juga kamu." Aku memberi bajuku kepada Dave.

Saat hendak melangkah, tanganku ditarik paksa oleh Dave. Aku hendak protes tetapi Dave menarik tubuhku hingga badanku menempel di tubuhnya yang setengah telanjang itu. Dave ternyata menciumku. Ciuman bibir.

Aku yang kaget masih mencerna kejadian ini. Dave menciumku lembut dan sekarang ia menggunakan lidahnya. Aku yang sedari tadi diam ikut bermain dimulutnya. Aku membuka mulutku dan dengan cepat lidah Dave masuk ke dalam mulutku, bermain dengan lidahku.

Saat ciuman ini berlangsung, aku merasakan sesuatu di bagian bawah Dave tegak berdiri. Merasa dalam mode 'warning', aku mendorong tubuh Dave dengan kuat. Bisa kulihat bagian yang tertutupi oleh handuk itu sedang berdiri.

"Dasar mesum! Aku mau turun! Jangan sampai aku di perkosa oleh kamu." Aku merengut dan berjalan keluar kamar dengan kesal.

"Hehehe maafin dedek aku ya, Bi." Ujar Dave cengengesan.

"Cepat pake baju, terus turun!"

*****

Author POV

Pukul 4 sore, Nathan yang baru pulang dari kampus karena mengikuti kegiatan organisasi diharuskan ikut serta karena ia adalah sekretaris dari organisasi itu. Sempat menolak karena pekerjaan itu lebih ke wanita, tetapi tatapan tajam ketua membuatnya ciut.

Nathan sampai di depan kosannya dan melihat mobil pengangkut barang datang. Ia melihat banyak kotak kardus di depan kosan.

'Siapa yang pindah?' Pikir Nathan.

"Bang, ini siapa yang pindah?" Tanya Nathan kepada salah satu tukang yang mengangkut barang.

"Oh, ini di suruh oleh Nyonya saya. Katanya den Bintang gak ngekos sini lagi." Ujar Abang tersebut.

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang