Author POV
Angkasa telah berusaha membujuk dan meminta maaf kepada Bintang, tetapi anak itu seperti batu yang tak memiliki telinga. Bintang menghiraukan permintaan maafnya.
Pada hari pertama ia ingin meminta maaf, Angkasa berada di ruang tamu sedang menonton pertandingan bola. Tiba-tiba pintu kamar Bintang terbuka dan ia keluar dengan wajah mengantuk, ia merasa ingin membuang air kecil. Saat itu pukul 1 lewat pagi, Angkasa mendekati Bintang dengan wajah bantalnya mencoba untuk minta maaf.
"Bintang, tunggu!" Panggil Angkasa membuat Bintang stop.
"Bintang, Abang minta maaf soal kemarin. Abang gak ada maksud ngomong gitu ke elo. Maafin Abang ya dek. Maaf!" mohon Angakasa.
Bintang menatap wajah Angkasa dengan pandangan mengantuk, ia melirik jam dinding yang berada diatas televisi.
'Nggak elite banget minta maaf pas orang kebelet pipis!' Pikir Bintang.
Bintang melenggang pergi menuju kamar mandi meninggalkan Angakasa yang tengah memandang tubuh Bintang menjauh.
"Huh, sabar Angakasa!" Ia mengelus dadanya untuk bersabar. Ia mengerti posisi Bintang sekarang. Anak itu sedang menahan pipisnya, jadi ia tidak memperdulikannya.
Selang beberapa saat, Bintang kembali dan ingin masuk kekamarnya. Saat itu juga Angkasa memegang tangan Bintang.
"Bintang, maafin Abang yah! Abang gak ada maksud ngomong gitu. Maaf–"
"Lihat jam." Ujar Bintang melepas cengkraman tangan Angkasa, sejurus kemudian, ia masuk kekamar.
Angkasa membuang nafas lelah, sepertinya sangat sulit untuk meminta maaf kepada anak itu. Angkasa akan berusaha sampai ia bisa mendengar kata maaf dari Bintang, ia tidak mau berlalut dalam rasa bersalah.
Ya, besok ia bisa akan meminta maaf kembali.
*****
Sudah terhitung satu minggu Angkasa meminta maaf pada Bintang, tetapi hasilnya nihil. Ada saja alasan agar Bintang tidak berbicara padanya.
Sekarang ia berada di sebuah cafe milik temannya, Tyo dan ketiga teman lainnya. Reki, Rizal, dan Dido. Angkasa dan teman-temannya bolos bersama karena hari ini adalah mata kuliah yang sangat ia hindari, karena dosen yang mengajar sangat membuatnya bosan dan mengantuk.
"Kenapa lo, Put? Banyak pikiran?" Tanya Tyo memegang sepuntung rokok dan menghisapnya.
Angkasa pun menghisap rokok itu dan menghembuskannya. "Gak apa-apa. Lagi banyak pikiran gara-gara tugas."
"Yah, gue yang o'on gini santai aja." Jawab teman Angkasa, Reki dengan rambut gondrongnya.
"Hidup lo memang gitu-gitu aja, kebanyakan nyantai. Gak lulus bari tau rasa." Timpal Rizal dengan rambut ala-ala Korea.
Angkasa mengedarkan pandangannya ke penjuru cafe, ia melihat ke jendela luar. Ia melihat seorang wanita yang tidak asing baginya, dan ia bersama seorang pria.
Merasa ada yang aneh, Angkasa meminta izin kepada teman-temanya untuk pergi dengan alasan menuju ke toilet. Ia berjalan kearah luar cafe, terlihat jelas wanita itu didepan matanya. Ya, dia Cantika. Pacarnya.
Cantika yang tidak sadar kehadiran seseorang, dengan santainya begelayut manja pada lengan pria itu. Posisi cafe ini memang dekat dengan Mall, dan Angkasa yakin Cantika ingin memasuki tempat itu. Karena memang itu tempat favoritnya.
Angkasa geram dan marah, saat pria itu mencium punggung tangan Cantika. Bahkan Cantika tidak menolaknya. Jadi ini alasan mengapa Cantika berubah, ternyata ia telah dikhianati dan ditusuk dari belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG [END]
Ficção Adolescente'Persis seperti nama kita, Bintang dan Angkasa. Kita berada di tempat yang sama, namun tidak untuk bersatu.' (Adegan 18+) Upload: 1 Jul, 2019 -Kiki