35

3.9K 324 39
                                    

Aku terbangun saat alarm berbunyi di handphoneku, aku mematikan alarm dan melihat jam di handphoneku. Pukul 7 lewat pagi, aku lupa membuat sarapan.

Aku bangun dan mengambil handuk dan juga shampoo. Aku keluar kamar karena mau mandi, hari ini ke kampus pukul setengah 9, karena hari ini hanya 1 mata kuliah.

Selesai mandi, aku menaruh kembali handuk dan shampoo di kamar dan menuju dapur. Aku akan membuat roti bakar biar cepat.

"Eh elo dek, semalam Abang cariin kok gak ada? Lo kemana?"

Aku menoleh dan mendapati Bang Asa berada di dapur. Astaga, melihat wajah Bang Asa membuatku sakit hati dan juga teringat kejadian semalam.

"Pulang duluan." Jawabku singkat, aku mengoles roti dengan mentega. Suaraku terdengar seperti orang sinis.

"Waduh jutek banget mukanya. Lagi marah nih yaa?" Goda Bang Asa.

Bang Asa mencoba mencolek pipiku, tapi aku tepis tangan Bang Asa.

"Dek, lo kenapa?" Tanya Bang Asa.

Aku hanya diam dan kembali melanjutkan memanggang roti. Terdengar helaan nafas Bang Asa, dan Bang pergi menuju kamar mandi.

Maaf Bang Asa, bukannya aku dendam atau benci. Aku masih tidak percaya jika orang yang aku cintai telah memiliki kekasih, bahkan mereka mengatakan cinta tepat di hadapanku.

Kak Nathan keluar dari kamarnya dan kami sarapan bersama. Bang Aldi sudah berangkat pukul 7 tadi.

"Udah baikan?" Tanya Kak Nathan.

"Hmm, udah Kak." Kataku mencoba tersenyum walaupun aku masih sedih karena melihat wajah Bang Asa tadi.

Bang Asa muncul dan sudah terlihat rapi, ia mendekati kami dan duduk di sampingku. Aku mencoba tetap tenang dan menggeser agar sedikit menjauh.

"Nih sarapan Put." Ujar Kak Nathan memberi roti bakar yang aku buat.

"Yang buat ikhlas gak nih? Kan bukan lo yang buat Nat." Ujar Bang Asa yang aku tahu untuk diriku

"Makan aja, aku duluan ya. Aku mau pergi ke kampus nih." Kataku dan berdiri.

Sekilas aku melihat wajah Bang Asa, ia melihatku dengan lekat. Tetapi aku tidak peduli dan masuk ke dalam kamar. Aku bersiap-siap untuk pergi ke kampus karena aku tidak mau berlama-lama dikosan.

Handphoneku berbunyi, aku mengambil handphoneku yang berada di meja dan ternyata itu Dave.

"Halo, Dave?"

"Halo. Kamu di kosan atau udah pergi ke kampus?" Tanya Dave di seberang sana.

"Aku masih di kamar. Kenapa?"

"Oh syukurlah.. Aku ada di depan kosan kamu nih. Biasa jemput."

"Astaga kamu repot-repot aja Dave. Ya udah tunggu bentar ya."

Aku memutuskan teleponku dan segera mengambil tas.

Aku keluar kamar dan tidak lupa menguncinya. Terlihat Bang Asa masih duduk di sofa ruang tamu, tetapi tidak ada Kak Nathan. Mungkin keluar.

Aku berjalan menuju pintu depan tanpa melihat Bang Asa, tetapi Bang Asa memanggilku.

"Dek, lo kenapa? Kok lo jutek banget ke gue? Gue ada salah?" Tanya Bang Asa heran.

"Nggak ada, aku pergi ya. Udah di tunggu Dave." Kataku sambil membuka pintu, tetapi Bang Asa sudah berdiri dan memegang tanganku. Bisa ku lihat Dave sedang duduk di atas motornya.

"Gue nanya bener kenapa lo cuek banget? Jangan kayak anak kecil gini!"

Aku kaget, Bang Asa marah dan membentak kepadaku. Baru kali ini aku melihat Bang Asa semarah itu.

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang