Sesampainya di Cafe milik Tyara, aku dan Dave berjalan beriringan masuk kedalam. Keadaan Cafe tidak terlalu ramai—karena sekarang masih pukul enam lewat Sore.
Di tempat bagian pembayaran sudah ada Tyara yang lagi berbincang dengan pegawainya. Dave dan aku mendekatinya.
"Halo Tyara!" Sapaku.
Tyara mendongak dan tersenyum girang.
"Wahh Bintang! Lo kesini lagi. Gue kangen ama lo." Tyara keluar dari tempatnya dan berjalan kearahku dan memelukku. Mendapat serangan dadakan membuatku hampir jatuh. Untungnya tidak jatuh.
"Yeay! Lo kesini mau lihat si Dave nyanyi kan?" Goda Tyara.
"N-nggak kok! A-aku diajak Dave juga." Elakku berbohong—yang sepenuhnya memang tidak berbohong.
Aku kan diajak Dave juga..
"Ra, lo temenin Bintang dulu ya selagi gue cek alat musik didalem sama temen." Ujar Dave, yang dibalas acungan jempol Tyara. "Kamu bareng Tyara dulu ya." Dave mengelus kepalaku, segera aku menepisnya.
'Kan malu..
Tyara mengajakku duduk di meja yang dekat dengan panggung kecil Cafe ini, aku juga memesan Cappucino Ice untuk menemaniku.
"Ciee yang udah jadian.. so sweet banget sih kalian." Goda Tyara. Aku yang malu hanya bisa senyum tidak jelas.
Aku dan Tyara berbicara ini dan itu, mengenai pendidikan kami, cerita masa lalu saat SMA dulu, dan lainnya. Pengunjung mulai semakin ramai dan aku juga bisa melihat Dave sudah duduk diatas kursi panggung bersiap-siap untuk tampil.
Abangnya Tyara—Bang Tyo menghampiri kami dan duduk disamping Tyara.
"Bintang, lo kenal ama Putra ya?" Tanya Bang Tyo tiba-tiba.
Kenapa Bang Tyo bertanya tentang Bang Asa?
"I-iya Bang, kenapa?"
"Dia minta tolong gue buat nyamperin lo, katanya ada yang mau diomongin. Geli gue lihat dia yang kayak malu-malu gitu. Kayak mau nembak orang aja." Ujar Bang Tyo yang entah ingin bercanda atau mengejek Bang Asa.
Aku mengangguk dan berdiri dari tempatku, dengan enggan aku berjalan keluar Cafe untuk menemui Bang Asa. Entah apa yang ingin dibicarakan Bang Asa dan semoga tidak terjadi apa-apa.
Setelah diluar Cafe, aku melihat Bang Asa membelakangiku yang berjarak 5 meter dariku. Aku mendekatinya dengan sedikit gugup.
"B-Bang Asa.." Sapaku duluan, Bang Asa membalikan badannya dan mata kami bertemu.
Bang Asa menatapku dengan senyum lebarnya.
"Dek, Abang kira lo gak mau ketemu gue lagi."
Aku hanya diam dan menatap Bang Asa, menunggu ucapan intinya.
"Ehem! Kita bisa ngobrol di deket kolam sana? Tempat kemarin?"
Aku mengangguk pelan sebagai jawaban, Bang Asa berjalan duluan yang aku ikuti dari belakang. Jujur aku masih deg-degan, tapi entah mengapa rasa deg-degan ini lebih ke arah takut dan cemas.
Takut, karena aku takut bisa merasakan rasa seperti dulu lagi. Cemas, karena aku cemas Bang Asa melakukan hal yang sama seperti siang tadi.
Aku menguatkan hatiku dan selalu mengingat tentang Dave. Ya, Dave lah sekarang yang aku cinta!
Sekarang kami sudah duduk di kursi yang telah disediakan, aku duduk bersampingan dengan Bang Asa.
"Apa kabar, dek?" Ujar Bang Asa basa-basi setelah kami terdiam beberapa saat.
![](https://img.wattpad.com/cover/192513798-288-k645692.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG [END]
Fiksi Remaja'Persis seperti nama kita, Bintang dan Angkasa. Kita berada di tempat yang sama, namun tidak untuk bersatu.' (Adegan 18+) Upload: 1 Jul, 2019 -Kiki