6

5.2K 457 3
                                    

Setibanya di kosan, Aku langsung membawa belanjaanku ke dalam. Dan untungnya ada Kak Nathan yang mau membantu aku, ia sendiri tengah duduk di ruang tamu sambil menonton TV.

"Banyak banget kamu belanjanya, Bin." ujar Kak Nathan sambil menenteng belanjaanku.

"Iya Kak, sekalian beli bahan makanan untuk kosan ini. Biar Kakak dan yang lainnya gak perlu lagi beli makanan di luar."

"Kamu mau masakin kami gitu?" Tanya Kak Nathan yang ku balas dengan anggukan kepala.

"Ya ampun, baik banget kamu Bintang. Makasih banyak, lho."

"Iya, sama-sama Kak."

Aku membawa masuk semua belanjaanku. Setelah aku meletakan barang untukku kuliah nanti di dalam kamar, aku menaruh semua belanjaanku tadi di dalam lemari es. Dan untungnya kosan ini menyediakan lemari es.

Kelar merapikan belanjaanku, aku kembali ke ruang tamu dan membawa sebotol minuman dingin karena hari ini cukup panas. Aku menenggak minuman itu sampai habis.

"Haus banget kayaknya, coba kamu ajak aku tadi Bintang. Jadi gak capek-capek belanja sendirian." Ujar Kak Nathan yang berada disampingku.

"Hehe.. Aku tadi bareng Bang Asa kok, Kak."

"Bareng Putra? Kalo bareng dia terus kenapa kamu pulang naik taksi? Dianya kemana?"

Aku menghela napas pelan, sebelum aku berbicara. Hari ini sangat panas, dan aku harus menceritakan kejadian tadi kepada Kak Nathan---sungguh membuat hatiku makin panasss.

"Harusnya sih tadi pulang bareng. Eh tiba-tiba ada pacarnya disana. Ya, jadinya aku naik taksi deh." Jawabku.

"Lho? Si Putra nganterin pacarnya gitu? Dasar gak tanggung jawab banget itu orang." Kak Nathan berbicara dengan raut wajah kesalnya. Aku terkekeh melihat tingkah Kak Nathan.

"Kok ketawa?" Tanyanya.

"Hahaha.. Gak papa kok, Kak." Aku menyudahi tertawaku. "Lagian, itu kan pacarnya Bang Asa. Ya jelas dia milih pacarnya ketimbang aku."

"Ya tapi gak bisa gitu dong, Bin." Ujar Kak Nathan masih nampak kesal.

"Udah ah, biarin aja. Aku juga gak papa, kok."

Kak Nathan menghela napas dan mengangguk tanda mengerti.

"Menurut kamu, pacarnya Putra gimana? Aneh ya, Hihihi.." Kak Nathan tertawa sambil menutup mulutnya, mirip anak kecil.

"Ah, Kakak. Gak boleh gitu." Ujarku mau tak mau ikut tertawa. Ya, memang sih cantik, tapi dandanannya itu tidak sesuai umur. Di tambah pakaian minim memperlihatkan lekuk tubuhnya. Aku jadi kepikiran, kenapa Bang Asa memperbolehkan pacarnya itu menggunakan pakaian tak layak seperti itu.

Obrolan kami terus berlanjut, sampai akhirnya aku menyudahi karena aku merasa lelah dan mengantuk. Aku masuk ke kamar dan waktunya tidur siang.

*****

Malam harinya, aku, Kak Nathan, dan juga Bang Aldi makan bersama di ruang tamu. Karena sore sebelum malam datang aku mencoba memasak Cumi-Cumi asam manis yang sudah lama tak aku buat.

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang