15

4.5K 364 6
                                    

Author POV

Angkasa mengantarkan Cantika pulang. Sebenarnya ia sangat malas, tetapi mendengar rengekkan dari wanita itu mau tidak mau ia harus mengantarnya.

Angkasa merasa seperti ada yang berubah pada wanita ini. Ia tahu bahwa Cantika wanita centil dan sangat cerewet, tetapi saat pertama kali ia bertemu wanita ini sangatlah baik walaupun cerewet memang sudah ada dalam dirinya sejak dulu.

Cantika yang sekarang sangat berbeda. Maksudnya, ia begitu peduli pada penampilan -bahkan lipstick pun ia bawa lebih dari empat. Cantika sendiri sangat jarang membalas sms, WhatsApp atau mengangkat teleponnya. Dan berakhir kata 'maaf' pada mulut wanita itu.

Sesampainya di rumah Cantika yang bisa dibilang sederhana-karena rumahnya tidak besar dan tidak kecil, berbeda dengan Cantika berpenampilan modis bak wanita kaya.

"Aku pulang ya." Pamit Angkasa singkat. Ia rasanya sangat lelah setelah mengurusi kegiatan ospek.

"Iya." Jawab Cantik singkat. Ia sangat cuek jika hanya berdua, tetapi sangat manja jika berada di depan umum. Itulah yang membuat Angkasa merasa aneh.

Cantika masuk kedalam rumahnya tanpa memberi basa-basi pada pacarnya itu untuk sekedar mampir. Tetapi Angkasa tidak perduli, ia melajukan motornya menuju kosannya.

Sesampainya dikosan, ia melihat sebuah motor terparkir didepan kosannya. Ia mengerutkan dahinya, siapa gerangan yang bertamu?

Angkasa memarkirkan motornya tepat disamping motor itu, dan membuka pintu kosan yang tidak terkunci. Tetapi diruang tamu tidak ada siapa-siapa.

'Jadi itu motor siapa?' batin Angkasa bertanya pada dirinya sendiri.

Angkasa kaget, mendengar teriakan dan tertawa besar dikamar sebelahnya. Ya itu kamar Bintang. Buru-buru Angkasa melangkah mendekati kamar itu, tetapi Angkasa menegang ditempat. Ia mendengar suara pria lain, dan itu suara Dave.

Angkasa mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar Bintang. Hatinya bertanya-tanya, apa yang sedang mereka lakukan sampai mereka bisa tertawa seperti itu.

Angkasa merasa kesal, ia berpikir yang tidak-tidak sekarang. Entah mengapa ia bisa kesal dan ingin marah.

Tak lama pintu terbuka, dan keluarlah Dave dengan keadaan bertelanjang dada. Dan itu membuat Angkasa kaget. Apa dugaannya benar?

Ia menatap tajam Dave, tak berapa lama Bintang keluar dengan ekspresi terkejutnya. Ya, semua yang ada disitu kaget. Angkasa dengan pemikirannya yang tidak-tidak, Dave dan Bintang merasa cemas karena Angkasa pasti salah paham.

*****

Bintang POV

"Kalian sedang apa? Kenapa lo buka baju gitu?" Tanya Bang Asa dengan nada dingin.

"B-Bang, itu tadi Dave kepanasan, jadinya dia buka baju."

"Dengan teriak-teriak dan tertawa keras? Kalian lagi buat yang macam-macam?" Tanya Bang Asa kembali. Sudah aku pastikan, Bang Asa pasti salah paham.

"Maaf bro kalo mengganggu, tapi kami tidak seburuk itu. Apa yang lo pikir sekarang? Kami bercinta didalam kamar? Haha, lucu." Jelas Dave, tapi aku melihat Bang Asa seperti emosi. Ini tidak bisa dibiarkan.

"Enak banget lo ngomong ya!" Bang Asa maju mendekati Dave dengan tangan terkepal kuat.

"Dave, sebaiknya kamu pulang aja. Makasih ya udah anter aku sampe kosan." Aku menepuk pelan tubuh Dave, ia mengangguk dan menatap tajam Bang Asa sekilas.

Dave keluar setelah mengenakan pakaiannya, tinggal lah aku dan Bang Asa. Aku masih takut dan cemas. Karena aura Bang Asa sangat menakutkan.

"Gue mau tanya, ada hubungan apa lo sama anak itu?" Tanya Bang Asa.

"Maksud Bang Asa?" Tanyaku bingung. Sebenarnya aku mengerti, tetapi aku hanya ingin Bang Asa mengucapkan lebih jelas.

"Lo pacaran sama dia?"

Aku kaget, tebakan Bang Asa benar-benar mengejutkan.

"Kenapa Bang Asa bisa ngomong kayak gitu?"

Bang Asa tertawa, tetapi jenis tawa meremehkan. "Gue bisa lihat kalo cara dia melihat lo beda. Dia suka sama lo, dan dengan kalian berada dikamar tadi itu sudah menunjukkan kalo kalian sudah berbuat macam-macam. Apa pelayanan anak itu sangat memuaskan?" tanya Bang Asa membuatku sakit hati. Bang Asa benar-benar keterlaluan.

Tanpa sadar aku menampar wajahnya. Entahlah, hanya itu yang bisa aku lakukan saat mulut itu menyakiti perasaanku. Aku pun menangis.

"Dengar ya Bang, aku nggak tahu pernah salah apa ke Abang sampai Abang bisa berkata jahat seperti itu. Aku homo, ya aku akui itu!" aku menatap tajam Bang Asa, ya dia kaget saat aku berkata jujur.

"Tapi, demi Tuhan! Aku bukan orang sehina itu sampai harus mau disetubuhi sembarang orang! Aku nggak percaya kalo Bang Asa bisa ngomong kayak gitu!" Aku menutup pintu kamar dengan sangat kuat.

Aku menangis, apakah semua orang memandang diriku begitu rendah? Apakah memiliki wajah seperti perempuan harus dihina? Atau memiliki orientasi seksual menyimpang patut untuk digunjing? Aku bahkan tidak pernah memikirkan kelemahan orang lain agar aku merasa lebih dari mereka. Sedangkan mereka? Tanpa perasaan menghakimi aku tanpa alasan yang jelas dan bukti yang tepat. Aku benar-benar tidak menyangka jika Bang Asa bisa berpikir seperti itu. Dan mengapa aku bisa jatuh cinta pada pria itu.

Lambat laun aku merasa lelah, dan entah. Semua menggelap, aku tertidur karena pikiran dan hatiku yang sangat lelah.

*****

Author POV

Angkasa terperanjat. Bukan karena tamparan yang diberi oleh Bintang, tetapi sebuah kenyataan bahwa Bintang seorang gay. Anak itu menangis karena ucapannya.

Angkasa sangat menyesal, entah mengapa ia bisa berkata seperti itu. Yang ia rasakan saat ini ialah kesal dan marah. Tetapi ia juga bingung harus kesal dan marah karena apa.

Melihat wajah manis itu menangis, Angkasa benar-benar merasa bersalah. Ia ingin mengetuk pintu itu, tetapi ia yakin pasti Bintang tidak akan membukanya. Mungkin memberi anak itu waktu akan membuatnya tenang. Angkasa akan meminta maaf pada Bintang jika ia sudah keluar dari kamarnya.

Angkasa masuk kedalam kamarnya, pikirannya campur aduk. Melihat Dave keluar dari kamar Bintang dengan keadaan telanjang dada, saat Bintang memeluk Dave saat berada ditaman kampus, dan wajah itu memerah saat asyik mengobrol bersama Dave membuatnya kesal. Angkasa tidak bodoh untuk mengartikan semua rasa yang ia rasakan. Ia cemburu, tetapi ia mengelak. Tidak mungkin ia bisa suka pada Bintang, ia yakin ia masih normal.

Tetapi, Angkasa juga tidak suka melihat Bintang berdekatan dengan Dave.

Angkasa menggeleng kepalanya, berusaha menghilangkan pikiran anehnya itu. Mungkin dengan tidur ia bisa merilekskan pikirannya. Karena ia lelah, setelah kegiatan ospek dan juga..

Kejadian dia bersama Bintang tadi.

TBC...

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang