14

4.5K 363 6
                                    

Pagi-pagi aku dan yang lainnya bangun dan disuruh berkumpul di aula kampus. Ya, acara ospek telah berakhir. Aku, Stefan, dan yang lainnya membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menuju aula.

"Hoamm.. Aku masih ngantuk nih.." Stefan melepas kacamata dan mengucek matanya itu. Aku yang melihatnya ber 'wow' dalam hati. Stefan terlihat unyu dan tampan dalam bersamaan. Wajah bangun tidurnya itu tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Bentar aja Fan, kalo udah sampe dirumah lanjut aja tidurnya." Aku berjalan beriringan dengan Stefan yang berada di belakang kelompokku.

Stefan hanya mengangguk dan kembali mengenakan kacamatanya.

Aku dan yang lainnya telah sampai di Mushola, sekedar mencuci muka agar tidak terlihat kusut. Setelah selesai aku menuju bangku tempat kemarin sambil menunggu Stefan. Disaat menunggu, Melody, Milla, Citra, dan teman wanitanya yang lainnya berjalan menuju Mushola. Aku pun menegur mereka.

"Melody!" Sapaku, Melody dan teman yang lainnya menengok kearahku dan tersenyum girang. Ia mendekatiku dan juga teman-temannya.

"Eh Bintang! Kenapa sendiri lagi sih?" tanya Melody.

"Aku nunggu Stefan, lagi ngantri giliran."

"Stefan? Oh, cowok yang pake kacamata itu ya?" Aku mengangguk mengiyakan.

"Emmm, btw soal kemarin. Kamu gak apa-apa kan Bin?" Tanya Melody sedikit ragu-ragu.

Ah, soal kemarin. Melody , Milla, dan Citra kan melihat kejadian itu. Aku tersenyum dan menggeleng tanda aku tidak apa-apa.

"Yang kemarin itu namanya Kenny. Dia itu temen aku SMP. Aku gak tahu kalo dia suka ngebully orang seperti itu."

"Ah gak apa-apa kok. Kalian gih kesana, ntar lama ngantrinya." Aku mengalihkan pembicaraan. Malas juga bahas kejadian kemarin.

"Oke-oke, kami duluan ya Bintang!" Melody dan teman-temannya pergi meninggalkan aku sendiri.

Tak lama, Stefan datang dan kami pun pergi menuju aula kampus.

*****

Akhrinya acara telah usai. Semua penghuni kampus tengah berada diluar aula. Ada yang sedang ngobrol bersama kaka tingkat, dan juga ada yang pulang. Sepertinya aku pulang saja, karena Melody dan Stefan tidak terlihat lagi.

Tetapi aku pulang dengan siapa? Apa aku pulang bersama Dave? Tapi rasanya aku malu, mengingat kejadian kemarin, menangis sambil memeluknya adalah suatu hal yang benar-benar memalukan.

Pulang bersama Bang Asa? Tidak mungkin. Bang Asa pasti pulang bersama pacarnya itu. Oh, mengenai kejadian di taman kemarin-saat Cantika mengejekku homo rasanya aku ingin marah. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Ya, walaupun memang aku gay sih. Tapi, hey! Aku tidak seburuk itu.

Sebaiknya aku menggunakan aplikasi ojek online, karena tidak ada hal yang aku lakukan lagi.

"Bintang, dicariin akhirnya ketemu."

Aku berbalik badan dan menengok kearah Dave mendekatiku. Aduh, kenapa ada Dave sih?

"E-eh, Dave. Kenapa emangnya?" Tanyaku heran.

"Kok kenapa? Ya kita pulang lah. Ayo." Dave menarik tanganku, aku hanya menuruti saja dan mengikutinya sampai keparkiran kampus.

"Aduh, Dave. Apa gak ngerepotin? Kamu udah dari awal sampai hari ini lho anter jemput aku." Rasanya tidak enak kalo Dave selalu mengantar jemput aku. Aku tidak tahu rumah Dave dimana, tapi untuk menjemputku pasti sangat merepotkan.

"Ah santai aja kali Bin. Yuk naik." Dave memerintahkan aku naik keatas motornya, dan aku menurut.

Selama perjalanan, kami hanya diam. Aku masih sedikit malu dan canggung untuk berbicara kepada Dave. Dan, aku tidak mau menanggu konsetrasinya membawa motor.

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang