Aku terdiam di tempat. Oke sepertinya aku harus pergi dari tempat ini daripada mengganggu mereka berdua.
"Eh, lo siapa?" Tanya wanita itu. Chelsea.
"Emm, aku Bintang. Temen Bang Asa." Jawabku.
"Hah? Bang Asa? Maksud lo Putra?"
"Eh gue lupa, kenalin dia Bintang. Adek kosan gue. Dia memang manggil gitu." Ujar Bang Asa.
"Kok beda sendiri sih? Gue juga mau dong panggilan lain." Ujar wanita itu dengan nada manja. Bolehkah aku muntah di tempat?
Mereka kembali ngobrol tanpa menghiraukan aku. Aku bisa melihat dari aura mereka berdua, bahwa mereka sangat senang.
Atau bahagia.
Rasanya aku menyesal telah ikut datang kemari. Lihatlah si pemilik acara, tidak ada sedikit basa-basi untuk memberiku wejangan atau menawarkan aku untuk sekedar mencicipi makanan yang ada disini. Bukan aku lapar, tetapi caranya sangat tidak pantas.
Untuk Bang Asa sendiri, aku jadi kecewa karenanya. Sudah berapa kali ia membuat aku kecewa, dan kali ini ia juga mengecewakan ku. Menghiraukan aku, dan ternyata ia mengajakku hanya untuk menjadikan babu, bersikap manis, jika sudah merasa senang melupakan aku.
Aku melihat Bang Asa dan Chelsea menuruni panggung dan menuju kue ulang tahun yang sangat besar dan tinggi tanpa menoleh sedikitpun kearah ku. Jadi aku mengikuti mereka dari belakang, dan ternyata acara baru dimulai.
Seperti acara ulang tahun biasanya, para tamu undangan bernyanyi untuk Chelsea, meniup lilin dan memotong kue. Terdapat orang tua Chelsea di sampingnya, ia menyuapkan mereka satu per satu. Selanjutnya gadis kecil berumur kisaran 10 tahun, dan selanjutnya..
Bang Asa.
Aku kembali kecewa, sedih, dan kesal. Rasanya benar-benar cemburu melihat wanita itu menyuapkan untuk Bang Asa.
Tapi apa hakku untuk cemburu?
Setelah usai, para tamu di persilahkan untuk menyantap hidangan yang tersedia. Aku melihat Bang Asa masih bersama Chelsea.
Tanpa terasa air mataku turun. Jujur, aku sangat kecewa karena sikap Bang Asa seolah-olah aku adalah suruhannya. Terus pergi bersenang-senang dengan wanita itu tanpa memikirkan aku.
Tanpa pikir panjang aku melangkah keluar dari tempat ini dan menuju gerbang depan rumah Chelsea. Aku mengusap pipiku yang basah dengan kasar. Untuk apa aku menangis seperti ini.
Aku memesan Taksi Online, tak lama taksipun datang dan aku pulang menuju kosan. Ah, tapi apa iya aku akan pulang kekosan? Yang pasti Bang Asa bertanya-tanya dan itu membuatku semakin marah dan kecewa.
Aku memberi tahu supir untuk menuju rumah utamaku. Ya, rumah Papa dan Mama. Aku yakin, jika sudah sampai pasti aku akan menangis sesegukan.
Beberapa puluh menit kemudian taksi ini telah sampai didepan rumahku. Aku membayar sesuai tagihan dan masuk kedalam rumah
"Eh, Dek Bintang pulang toh." Tanya Pak Satpam.
"Hehe, iya Pak. Kangen Papa Mama. Aku masuk ya Pak."
Aku melangkah menuju teras rumah. Dan aku lupa akan satu hal.
Bagaimana aku kuliah besok?
"Bintang pulang! Bintang pulang!" Teriak Birdy yang membuatku kaget.
Sebelum amarahku memuncak, aku langsung masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan Birdy. Membuat aku kesal saja!
"Mama, Bintang pulang!" Teriakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG [END]
Teen Fiction'Persis seperti nama kita, Bintang dan Angkasa. Kita berada di tempat yang sama, namun tidak untuk bersatu.' (Adegan 18+) Upload: 1 Jul, 2019 -Kiki