Special Chapter: 4

3.3K 189 2
                                    

Saat ini aku sedang berada di rumah. Tidak melakukan apa-apa selain makan, minum, keluar masuk kamar, nonton, dan begitu seterusnya.

Huh, ini merupakan libur terpanjangku. Karena apa? Karena saat ini sedang musim penyakit yang menurutku sangat menyeramkan. Bagaimana tidak, hanya dengan bersentuhan tangan saja bisa sampai menular. Jadi, pihak Kampus---mungkin seluruh Kampus menerapkan sistem Kuliah Online.

Rasa bosan, bete, dan semacamnya pasti aku rasain. Tapi, mau bagaimana lagi? Daripada aku tertular. Lagipula Mama melarangku untuk bepergian. Kalau mau sesuatu seperti makan, tinggal masak sendiri.

Huh!

Aku tengah menonton Film Kartun di Netflik, sudah aku lakukan sejak pukul sepuluh pagi tadi. Sekarang pukul satu siang.

Astaga! Aku tidak menyentuh Handphoneku sama sekali.
Aku beranjak dari Sofa empuk itu dan pergi menuju kamar. Mengambil Handphone yang sedang tadi aku charge.

Aku mencabut kabelnya dan Handphoneku menyala. Benar saja, sebuah spam chat dan missed calling hampir berpuluhan itu.

Siapa lagi kalau bukan Dave.

Sudah seminggu aku tidak bertemu secara langsung dengan pacarku itu. Kalau rindu hanya bisa melakukan via Video Call.

Tapi jujur, aku kangen berat dengannya.

Aku mencoba menelepon Dave, harap-harap dia tidak sedang sibuk. Yang aku tahu, Dave selalu membuat tugas yang banyak sekali. Sampai aku sendiri pusing melihat tumpukan kertas itu. Dave yang menunjukkan itu lewat Video Call.

Nghh, halo..” Suara itu terdengar parau, pasti sedang tidur.

“Halo, kamu lagi tidur ya?”

Iya, bosen gara-gara nunggu orang. Di telpon tapi gak angkat-angkat, jadi sampe ketiduran.” Ujarnya di sana. Aku Cuma bisa terkekeh pelan.

“Maaf, maaf. Aku keasikan nonton Film tadi.”

Film apa tuh, kayaknya enak? Kenapa gak ajak-ajak sih?” Gerutu Dave.

“Aku nonton kartun. Jangan mikir macem-macem! HP aku tadi di cas, lagian nonton lewat VC apa enaknya.”

Ih siapa yang mikir macem-macem? Kamu dong yang mesum, hayooo..

“Terserah..” Aku hanya mendengus sinis mendengar jawaban itu. Aku tahu kok maskud dia nanya film tadi, Dave itu kan sangat mesum. “Makan siang Dave, aku tau kamu belom makan.”

Hah? Kok tau??

“Siapa dulu dong, Bintang. Dah ah, makan dulu sana. Aku juga mau makan, bye---“

Etttt, jangan tutup dulu teleponnya.” Ujar Dave.

“Kenapa?”

kamu sore gak kemana-mana kan?” Tanyanya.

“Gak, kenapa?”

Bagus. Jam empat nanti aku telpon kamu lagi, bye sayang..

Tut.. tut..

Aku menatap Handphoneku dengan heran. Lebih heran ke Davenya sih. Tumben banget nelpon harus tentukan waktu.

Aku turun dan berjalan menuju dapur. Aku lapar saat ini.

Aku juga melihat Mama yang sedang memasak sesatu. Setiap hari pasti begitu, Mama selalu masak apa saja---entah itu kue, keripik, makanan orang-orang luar, dan masih banyak lagi. Katanya, menghapus rasa bosan.

“Ma, masak apa lagi?” Tanyaku mendekati Mama.

“Eh sayang.. Ini lho Mama mau coba buat Makanan ala Korea. Nanti di coba ya.” Ujar Mama.

“Tanpa di suruh pun Bintang bakal makan Ma.” Aku tetawa setelah itu. “Bintang makan siang dulu ya Ma.”

Aku sedang makan, sambil memerhatikan Mama masak. Aku sekarang makan sedikit saja, takut kekenyangan karena makanan Mama. Karena, masakan Mama pasti enak.

Huh, lupa. Selamat makan teman!

###

Haii! Aku kembali di chapter ini wkwkk. Wordnya juga dikit kok, gak sampe 1000+

Aku kangen banget sama cerita ini, jadi aku buat sedikit chapter Bintang.

Gak baca juga gak apa-apa kok, aku cuma mau update aja di Cerita ini😂

BINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang