Sudah terhitung dua minggu aku menjadi mahasiswa resmi disini. Aku berada dikantin kampus bersama Melody, Milla, Citra, dan juga Stefan. Kalian tahu kalau Stefan itu sangat tertutup, dan Melody seorang yang pemaksa. Jadi saat pertama masuk kelas Stefan mengajakku kekantin, tetapi disampingku juga ada Melody, jadi Melody berinisiatif untuk pergi bersama. Stefan merasa tidak nyaman bersama mereka, tetapi lambat laun ia mulai terbiasa walaupun menanggapi ucapan Melody dan temannya dengan seadanya.
Oh, mengenai kejadian antara aku dan Dave. Ia bersikap kepadaku seperti tidak terjadi apa-apa, ya aku sebenarnya penasaran apa maksud dari ciuman pipi yang ia berikan waktu itu. Tetapi, aku tak ambil pusing. Jika ia memang sengaja menciumku, biarkan saja. Karena itu sekedar ciuman biasa.
Dave kadang mengantarku pulang, tetapi tidak begitu sering. Karena yang aku tahu anak Teknik memiliki mata pelajaran yang cukup banyak, dan aku juga sebenarnya tidak enak karena selalu diantar pulang olehnya. Tetapi perlu diingatkan,
Dave adalah orang yang pemaksa.
"Guys, kalian pada mau kemana sudah ini?" Tanya Melody sambil menyeruput jus Melonnya.
"Aku kayaknya langsung kekosan deh, Mel. Hari ini aku mau pulang kerumah asli aku." Ya, hari ini aku berencana pulang. Karena besok hari Sabtu, waktunya untuk mahasiswa libur.
"Oh, ya sudah deh. Kalian girls? Shopping gimana?"
"Oke deh. Aku juga mau beli something." jawab Milla, Citra hanya mengangguk tanda ia ikut.
"Ya sudah, kami duluan ya Bintang. Bye Stefan, sering-sering ngomong dong ganteng." Ujar Melody berusaha mencubit pipi Stefan, langsung saja ditepis olehnya sambil menatap tajam Melody. Mereka pergi dan tertawa.
"Kamu mau kemana Stef sudah ini?"
"Pulang, mungkin. Atau nggak kerumah sepupu. Boring juga sih kalo dirumah sendirian."
Aku hanya mengangguk, pernah sekali aku berkunjung kerumah Stefan. Rumahnya sangat-sangat besar dan luas. Wajar jika Stefan bosan, karena penghuni rumah hanya beberapa orang. Orang tuanya yang bekerja, Stefan sendiri, dan beberapa para pekerja rumah tangga.
"Kalo gitu aku duluan ya." Aku bangkit dan berjalan keluar kantin.
Saat melewati koridor kampus, dari jauh aku bisa melihat pacarnya Bang Asa, Cantika tengah berdiri seperti menunggu seseorang.
Ah, mengenai Bang Asa. Bang Asa selalu berusaha meminta maaf padaku, tetapi selalu aku abaikan. Seminggu terhitung Bang Asa mengucapkan kata yang sama, yaitu 'maaf', dan entahlah. Hati ini rasanya keras untuk menerima permintaan maafnya. Setelah itu, Bang Asa tidak lagi mengatakan apapun, kadang aku melihat wajahnya sangat sedih saat ia masuk kedalam kamarnya. Jahat sih, tapi aku memang keras kepala.
Dan ngomong-ngomong, ada seorang pria membawa motor besarnya dan berhenti dihadapan Cantika. Aku menyipitkan mata untuk melihat, dan Cantika mencium pipi pria itu. Astaga, kenapa ia bisa melakukan hal itu? Bahkan semua orang melihatnya.
Cantika naik keatas motor pria tersebut dan memeluk erat perut pria itu. Uh, pria itu sangat tampan. Tetapi mengapa ia bisa menyukai wanita seperti Cantika yang jelas-jelas sudah memiliki kekasih.
Wait, mengapa aku harus mengurusi urusan orang? Seharusnya aku menuju kosan untuk bersiap-siap untuk pulang kerumah.
Aku melangkah beberapa langkah, tetapi seseorang mencolek pinggangku. Aku merasa geli, dengan kesal aku berbalik menatap siapa gerangan yang menjahiliku.
Ternyata itu Dave dengan senyum mengembangnya.
"Buru-buru amat sih neng?"
Langsung saja aku memukul perutnya dengan sedikit keras, dia berbicara sembarangan!

KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG [END]
Подростковая литература'Persis seperti nama kita, Bintang dan Angkasa. Kita berada di tempat yang sama, namun tidak untuk bersatu.' (Adegan 18+) Upload: 1 Jul, 2019 -Kiki