Selesai aku bersiap-siap mengganti pakaianku, aku keluar kamarku dan tak lupa menguncinya. Aku jadi penasaran, kemana Bang Asa akan mengajakku pergi. Tetapi dimanapun itu, jika bersama Bang Asa aku mengikuti saja. Hehe.
Bang Asa pun keluar dari kamarnya yang hanya mengenakan baju dan jaket boomber army-nya. Apapun pakaian yang digunakan Bang Asa pasti terlihat keren.
"Kita mau kemana sih Bang?" Tanyaku dengan nada penasaran.
"Ngikut aja deh." Bang Asa menarik pundakku pelan agar keluar dari kosan.
"Bang, pamit dulu sebentar ke Kak Nathan."
"Hahaha, ya udah Abang ke depan duluan ya."
Aku mengangguk, sedikit heran dengan nada bicara Bang Asa. Bang Asa terlihat lebih lembut dan juga ada sedikit perbedaan dalam pengucapannya, dia memanggil dirinya 'Abang'.
Aku mengetuk pintu kamar Kak Nathan, dan terbukalah pintu kamar Kak Nathan dengan wajah kusutnya.
"Kak, kamu gak apa-apa kan?" Tanyaku.
"Gak apa-apa Bin. Aku lagi pusing buat tugas presentasi. Aku gak ngerti, minta tolong Bang Aldi dianya lagi ngambek." Jawab Kak Nathan sedih.
"Kenapa ngambek?"
"Hmmmm..." Kak Nathan terlihat berpikir, sedetik kemudian wajahnya memerah entah karena maluatau apa. Kak Nathan sehat kah?
"Gak apa-apa! Kamu mau apa Bin? Hehe.."
"Aku pamit pergi keluar dulu ya Kak, bareng Bang Asa." Pamitku.
"Cieee, masa pendekatan nih." Goda Kak Nathan.
"Apaan sih Kak," Ujarku sedikit malu. "Ya sudah, aku pergi dulu ya Kak. Bye~"
Aku menuju pintu depan yang terbuka, Bang Asa sudah duduk diatas motornya sambil menungguku.
"Ck, pamit aja harus lama gitu ya." Ujar Bang Asa dengan nada kesal.
"Hehe, maaf. Aku tadi dengerin keluh kesah Kak Nathan." Aku tertawa memikirkan wajah malu Kak Nathan tadi. Pasti ada sesuatu yang buat Bang Aldi marah. Pasangan yang lucu.
"Emangnya kenapa?"
"Ih kepo aja. Yuk ah berangkat sekarang." Aku naik diatas motor Bang Asa bersiap-siap untuk pergi.
"Ini siapa yang bawa motor sih?" Gumam Bang Asa yang bisa aku dengar.
*****
20 menit berselang, aku dan Bang Asa pergi ke suatu tempat yang entah dimana. Disini terlihat banyak pepohonan, walaupun ada beberapa rumah, kedai dan juga tempat makan tapi rasanya sangat menyeramkan.
"Bang, ini dimana sih? Serem banget tempatnya." Tanyaku.
"Ikut Abang aja. Lihat sebelah kiri kita, ada jalan kan? Yuk kesana."
Aku menurut dan berjalan disamping Bang Asa, aku tidak mau dibelakang atau didepan karena aku takut.
Kami berjalan memasuki pepohonan yang sangat lebat, jalanannya sedikit mendaki seperti puncak. Apa iya ini puncak? Sesampainya di penghujung aku melihat langit malam dengan taburan bintang yang sangat indah, juga tak lupa cahaya bulan sangat terang.
"Bang, ini tempat apa? Cantik banget." Aku menatap sekitar, ternyata ditempat ini ada lapangan rumput yang sangat luas ditambah pepohonan lebat yang menurutku seram tetapi tidak seseram itu.
"Bener dugaan Abang, pasti lo suka tempat ini. Yuk kita duduk diatas batu gede itu." Bang Asa menunjukkan batu yang sangat besar yang ada tangga yang dibuat oleh tangan manusia.

KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG [END]
Teen Fiction'Persis seperti nama kita, Bintang dan Angkasa. Kita berada di tempat yang sama, namun tidak untuk bersatu.' (Adegan 18+) Upload: 1 Jul, 2019 -Kiki