3.

3K 164 0
                                    

"Punya bolpen?" Tanya Dika.
"Ada."
"Pinjem."
Dan setelah tiga hari baru kali ini Dika ngajak aku ngomong. Itu juga karena dia gak punya bolpen. Lagian niat sekolah enggak sih ? Kok ga bawa bolpen.

Dika ini dikelas gak pernah ngomong. Dia pendiem banget. Kalau istirahat dia juga gapernah ke kantin, diem melulu di kelas sambil mainan hp. Dika memiliki tatapan mata yang tajam, parfum maskulin yang tercium hingga menusuk hidungku, pakainya pasti sebotol tuh, dari radius 5km udah bisa kecium baunya.

"Dika, ke kantin yuk." Ajak Susan
"Gak laper, duluan aja."
"Ayolah, kamu belum pernah ke kantin sekolah kan ? Disini pecel gendarnya terkenal enak loh."
"Iyakah ?"
"Serius."
"Boleh deh, tapi kalau ga enak bayarin ya San ?"
"Siappp. Tapi kalau enak, kamu yang bayarin ya ?"
"Deal !"
"Ayuk Si."
Sejak kapan mereka kenalan ? Kok udah tau aja nama Susan, Keira juga udah kaya kenal gitu ? Aku aja yang teman sebangku belum pernah tuh diajak kenalan.

"Kok kempes sih ?" Gerutuku yang mengetahui ban sepeda motorku kempes.
"Kenapa Si ?"
"Ban motor kempes nih."
"Yah kasian, aku kebetulan ga bawa motor. Tadi dijemput sama Doni."
"Susan mana Kei ?"
"Ada rapat osis deh kayaknya, coba ditelpon."
"Nanti deh aku cari. Kamu mau pulang sekarang?"
"Enggak, aku nungguin Doni latian dulu, kan minggu depan ada lomba basket dia."
"Oh iya lupa, sekolah kita tanding sama SMA 78 ya ?"
"Iya Si."
"Hai yank, udah lama nunggu ?" Doni datang."
"Baru sayang."
"Hai Si. Belum pulang ?"
"Ban motorku kempes, rencana mau minta tolong Susan nanti buat anter ke bengkel dulu, tapi dia ada rapat osis kayanya"
"Oalah, yaudah kita duluan gapapa ?"
"Gapapa Don, santai aja kali."
"Kita duluan ya Si."
"Iya Kei, Don."

"Aku antar pulang."
Seseorang dengan suara baritonya berhenti tepan di depanku. Menggunakan motor merah besar dengan mengenakan helm dan jaket tertutup rapat, dan mengenakan celana abu panjang.
"Ini Dika." Ucapnya sambil membuka helm.nya.
Aku melongo. Gak ada panas gak ada hujan tiba-tiba dia datang dan menawarkan bantuannya untuk mengantarkanku pulang.
"Udah gak usah bengong." Dika menarik tanganku agar aku segera naik ke motornya."
"Eh apaan nih ?"
"Kenapa ? Mau gak ? Jangan bikin aku berubah pikiran."
"Lagian siapa yang minta kamu anterin aku ? Ga dianterin sama kamu juga ga masalah ya."
"Trus mau disini sampai maghrib?"
"Ada Susan."
"Susan ada rapat Osis, kemungkinan sampai malam, soalnya mau ngebahas soal promnight anak kelas XII."
"Hah?"
"Gak percaya ? Yaudah aku pergi."
"Eh tunggu ! Motorku ?"
"Aman sama gue. Buruan naik. Urusanku masih banyak ya, gak cuma nganterin kamu."
"Iya. Ini gimana naiknya sih?"
"Makanya jadi orang jangan pendek-pendek, naik motor aja gabisa."
Ini orang ya, kenalan aja belum, mulutnya sadis bener. Ini kalau gak karena motorku kempes ga sudi aku dibonceng sama dia.
"Pegangan."
"Udah."
"Pegangan tuh gini." Dika menarik kedua tanganku dan merapatkannya di perutnya.
Dika menyalakan motornya. Dia melaju dengan cepat tapi tidak ngebut. Jarak antara kami begitu dekat. Hingga parfum khas Dika bener-bener bisa kucium, masih begitu wangi meskipun sudah begitu sore.

girl friend (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang