27.

1.3K 93 3
                                    

"Diminum dulu."
Dika membawakan aku segelas teh hangat. Dika membawaku pulang kerumahnya. Sejujurnya aku sungguh sakit hati dengan ibu tiriku. Jika bukan karena Dika yang mencegahlu sudah kucakar wajah operasinya seperti saat dulu saat pertama kali dia menjadi istri papaku.
"Setiap hari begitu?" Tanya Dika.
Aku mengangguk. Kutarik nafas panjang sebelum siap untuk bercerita panjang lebar ke Dika.
"Aku memang tidak pernah cocok dengan ibu tiriku yang memang notabennya seumuran denganku."
"Ya tapi kan dia ibu kamu sekarang."
"Aku ga perduli. Dia yang udah bikin keluargaku hancur. Aku benci dia Dik. Benci banget."
Aku menelangkupkan wajahku pada kedua kakiku. Rasanya hati ini sakit sekali. Kenangan tentang kebahagiaan keluarku dulu kembali berputar dalam otakku.
"Menangislah. Aku akan ada disini. Buat kamu." Dika memelukku. Dia memelukku begitu erat. Rasanya nyaman sekali berada di pelukan Dika.

###
"Bisa billyard ?" Tanya Dika.
Setelah aku menangis meluapkan amarah dan kekecewaanku tadi Dika mengajakku keluar. Kata dia jalan-jalan biar aku ga sedih lagi. Dia ajak aku ketempat billyard. Disana kita disambut oleh teman-teman Dika. Mungkin teman-teman sejenis Dika, karena rata-rata semuanya mesra.
"Enggak bisa Dik." Jawabku.
"Aku ajarin mau?"
Aku mengangguk. Dika mengajariku bermain billyard. Entah kenapa berada dekat dengan Dika seperti ini jantungku berdegup dengan kencang. Aku bisa melihat wajah Dika dari dari jarak yang begitu dekat, sangat dekat hingga aku bisa merasakan setiap hembusan nafasnya.
"Woy ! Pacaran melulu!" Kaget. Tiba-tiba ada teman Dika yang menghampiri kami.
"Hai bro! Apa kabar lu? Lama ga nongol ?" Tanya Dika sambil melepaskanku dan berjalan ke arah temannya.
"Baik. Kemarin sibuklah, biasa kerjaan banyak."
"Siap bosku. Haha"
"Pacar baru?"
"Ini ?" Tanya Dika kepada temannya sambil menunjukku.
"Iyalah, siapa lagi ?"
"Bukan. Ini temenku. Temen sekolah dia. Kenalin namanya Sisi. Sisi kenalin, ini temenku, panggil aja Vero."
"Halo... Vero."
"Hai, Sisi."
"Cantik broo." Bisik Vero pada Dika, tapi aku bisa mendengarnya.
"Hahaa, cuma temen sekolah kok. Serius."
"Oke deh percaya. Yaudah dilanjut, aku muter dulu."
"Siapppp !"
"Bye Sisi."
"Bye."
Vero pergi meninggalkan kami.
"Laper ga ?" Tanya Dika.
"Heem."
"Mau makan apa? Diluar apa disini ?"
"Disini boleh, kan katanya mau diajarin billyard?"
"Oke aku pesenin. Kamu mau makan apa?"
"Nasi goreng ati ya? Yang pedess."
"Minumnya ?"
"Jus wortel."
"Yaudah, kamu tunggu dulu disini, aku pesen makanan ya."
"Okee."
"Sambil belajar. Biar bisa. Kita tanding nanti."
"Iya. Hehe"
Dika pergi. Aku mencoba memutar ke kanan dan ke kiri mencari cara bagaimana caranya bikin bola bisa masuk kedalam lubang dengan sekali tembak.
"Dika itu emang gampang bikin cewek-cewek nyaman kalau di dekat dia."
Aku terkejut. Kaget ketika tiba-tiba melihat Ken sudah berdiri di depan meja billyardku.
"Ken ?"
"Jangankan feme, cewek normal kaya kamu juga bisa dibikin nyaman sama Dika."
"Maksud kamu apa sih ?"
"Aku cuma mau ngingetin kamu kalo ati-ati aja, jangan terlalu deket sama Dika kalau gamau kemakan omongan sendiri."
"Ken, tolong aku lagi gamau ya ribut sama kamu."
"Aku ga ngajak ribut. Hanya ngasih tau. Ingat kata-kataku, buktikan kalau kamu emang ga suka dan ga tertarik sama Dika."
Ken pergi. Segala ucapan dia sungguh membuat moodku kembali berantakan kali ini.

girl friend (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang