47.

1.2K 79 2
                                    

"Sisi. Lihat mataku." Pinta Dika. Dia memegang tangaku.
Jantungku berdegup kencang. Aku takut pertahananku luntur kalau kaya gini. Tatapan mata Dika benar-benar menusuk jantungku. Aku ga berani melihatnya.
"Sisi, hei ?"
"Gamau ah." Aku menunduk.
"Kenapa ? Cuma lihat doang kan ?"
"Ya gausah dilihat."
"Aku mau ngomong sama kamu."
"Yaudah ngomong aja. Ga usah pakai tatap-tatapan kan bisa."
Dika melepas genggamannya. Dia kembali menyeruput minumannya.
"Sisi ini terakhir. Setelah ini aku ga akan lagi meminta atau memohon sama kamu."
Deg deg deg .....
"Aku suka Si sama kamu." Diam. "Aku pengen kamu sama aku. Jadi pacar aku, lebih dari sekedar teman wanita." Lanjutnya.
"Aku janji aku ga akan nyakitin kamu, selingkuhin kamu, ataupun bohongin kamu dalam hal apapun. Karena aku tidak suka dibohongin, diselingkuhin, disakitin, makanya aku gamau juga nglakuin itu sama pasangan aku." Dika kembali menyeruput minumnya.
"Aku tau aku salah, aku tau tidak seharusnya aku mengajakmu untuk masuk kedalam duniaku, makanya aku tidak akan memaksamu untuk menerimaku. Kamu mau sama aku, aku pasti bahagia banget. Kalaupun gamau ya gpp, yang penting alasan kamu gamau bukan karena takut akan jadi seperti Tere. Karena tidak semua orang belok itu punya penyakit seperti Tere." Diam. Hening. Dika mengeluarkan sepuntung rokok dan menghisapnya.
"Dika, Tere udah cerita semuanya ke aku. Cerita saat dia bersama kamu, sifat-sifat kamu, dan segalanya saat kalian bersama maupun saat kalian udah putus. Tapi satu hal yang harus kamu tau, aku gabisa nerima kamu. Aku takut orang akan menganggapku buruk. Dan jujur aku hanya menganggapmu sebagai temen biasa. Gak lebih."
Dika menghisap dalam rokoknya sebelum akhirnya dia mematikan rokoknya. Dia kembali menatapku. Aku terlalu takut melihat mata Dika. Aku kembali menunduk. Aku yakin jawabanku sudah yang terbaik. Meskipun jujur aku juga suka sama Dika. Tapi, aku sudah punya keputusan untuk keluar dari lingkaran ini.
"Udah selesai makannya ?"
Aku mengangguk.
"Yaudah, pulang yuk. Udah hampir subuh. Besok kamu bisa telat kesekolah."
Kami pulang. Dika mengantarku pulang sampai rumah sebelum akhirnya dia pergi. Kupikir Dika akan marah. Tapi salah, Dika justru bersikap biasa aja, tidak sedikitpun dia marah padaku.
Jaket Dika masih tertinggal di badanku. Aku lupa mengembalikannya. Kupeluk jaketnya, wangi parfum Dika sungguh terasa, seperti Dika disini memelukku.

####
Aku terlambat datang kesekolah karena bangun kesiangan. Alhasil aku gabisa masuk ke kelas dulu. Aku dapat hukuman membersihkan lorong barat dan timur.
"Telat juga?"
"Dika ? Kamu ?"
"Telat, gara-gara kesianga bangun. Sama ya ?"
Kita ketawa. Ternyata kita berdua sama-sama telat dan dihukum membersihkan toilet berdua.
"Duh, maaf ya Dika, gara-gara aku kamu jadi ikutan dihukum gini."
"Santailah, cuma kaya gini doang ga masalah. Hehehe... Aku beliin minum ya, kamu haus kan ?"
"Gausah, ngrepotin."
"Gpp. Kamu tunggu disini dulu ya."
Ini entah kebetulan atau gimana ceritanya bisa bareng kaya gini dihukumnya. Tapi jujur, aku seneng bisa dihukum bareng gini sama Dika. Yaa meskipun harus bau kamar mandi.
"Minum dulu nih." Dika memberikan segelas jus tomat untukku.
"Makasih." Aku langsung menyeruputnya. "Kok tau aku suka jus tomat?"
"Jangankan kesukaan kamu, hal yang paling kamu ga suka aja aku tau."
"Oya ? Apa emang ?"
"Kalau makanan gasuka sama yang berbau menyengat, kaya jengkol, pete, durian. Gitu kan ?"
Aku tersenyum.
"Kalau hal lainnya sih kaya dibohongi,   menunggu, pelajaran kimia, kecoak, cicak, gitu kan ?"
Aku ketawa. Ternyata Dika gak bohong. Dia bener tau apa yang aku suka dan ga suka.
"Dika, jaket kamu masih aku bawa. Tadi lupa bawa."
"Gpp, buat kamu aja. Sering-sering dipakai, biar kamunya inget aku terus. Hehe"
"Apaan sih?" Aku malu.
"Ga pacaran boleh. Tapi temenan ga masalah kan?"
Aku tersenyum, mengangguk, sambil menyeruput jus tomat pemberian Dika.

girl friend (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang