40.

1.3K 89 3
                                    

Hari ini sekolah masuk seperti biasa. Aku kok rasanya deg-degan gini masuk sekolah. Rasanya antara siap ga siap ketemu Dika. Dari pintu masuk sekolah aku lihat Dika masuk sekolah, dia lagi ngobrol sama Keira dan Susan. Seperti tidak ada beban di raut wajah Dika sama sekali.
"Hai Si." Sapa Susan. Aku senyum.
"PR kimia ga lupa dikerjain kan Si?" Tanya Susan. Aku mengangguk.
"Halo Si, tumben baru dateng ?" Tanya Dika. Kutatap wajahnya. Tidak ada sedikitpun raut kemarahan dari wajahnya.
"Iya Dik."
"Udah pada sarapan belum? Laper nih."
"Belum. Makan dulu yuk, masih ada waktu 10 menit nih." Ajak Keira.
"Boleh deh." Susan nyaut.
"Sisi ikut ga ?" Tanya Keira.
"Duluan aja, aku naruh tas dulu." Jawabku.
"Kita duluan ya, yuk Dik." Keira pergi sambil menggandeng tangan Dika disusul Susan dibelakangnya.

###
Sekolah berjalan seperti biasa. Tidak ada yang spesial. Hubunganku sama Dika juga jadi sedikit lebih renggang menurutku. Kita jadi seperti awal kenal. Dika jadi kembali cuek. Jarang ngajak ngobrol kalo ga bener-bener perlu sama aku. Dia jadi lebih deket ke Keira. Mereka jadi lebih akrab. Dan aku merasa iri dengan hal itu.
"Aku latian dulu ya." Pamit Keira.
"Aku juga mau rapat OSIS duluan. Dadaa... Pamit Susan.
Sekarang tinggal aku dan Dika didalam kelas. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari bibir kami. Kulihat dia sedang memainkan ponselnya.
"Si, aku duluan ya." Pamit Dika.
"Oh iya Dika. Tere apa kabar ?"
"Baik, dia udah mendingan. Ini aku mau jemput dia. Pulang rumah sakit dia hari ini."
"Oh."
"Kenapa?"
"Gpp Dika."
"Yaudah aku duluan ya."
Dika pergi. Ada rasa yang menusuk di hati ketika mendengar Dika mau menjemput Tere. Mungkin bener mereka sekarang balikan. Mungkin bener hubungan mereka jadi lebih baik.

###
"Hai." Sapa Ken. Aku memutuskan untuk tidak langsung pulang kerumah. Aku mampir dulu untuk makan dan nongkrong di restoran cepat saji. Sendirian ? Iya.
"Ken? Kok disini?" Tanyaku heran.
"Iya, laper. Pulang sekolah pengen ngemil dulu. Boleh duduk ?"
"Boleh Ken. Duduk aja."
Diam. Kami sama-sama fokus makan dengan makanan kami masing-masing.
"Tere apa kabar ?" Tanyaku membuka pembicaraan begitu makanan kami sama-sama hampir habis.
"Baik. Udah sembuh dia. Udah keluar dari rumah sakit kemarin." Jawab Ken.
"Oh."
"Kenapa ? Dika ga cerita ?"
"Cerita kok, kemarin dia juga yang jemput Tere kan ?"
"Iya. Aku seneng. Seneng karena akhirnya apa yang dimau Tere kewujud. Setelah sekian lama perjuangan dia."
Aku tersenyum.
"Tere juga udah ga dirumahku lagi." Lanjut Ken.
"Trus ?"
"Dibawa sama Dika kerumahnya."
Oh Tuhan ....... Runtuh airmataku. Aku gatau gimana bisa, tapi aku seperti tidak rela jika Dika dan Tere sungguh kembali bersama.
"Kamu kenapa ?" Tanya Ken heran.
"Mereka balikan?"
"Mungkin. Aku ga nanya. Tere juga belum cerita. Aku ga jenguk dia, beberapa hari terakhir juga dia ditungguin terus sama Dika di rumah sakit. Baru semalam dia pamitan kerumah ambil barang-barang dia. Diantar Dika juga."
Kututup wajahku menggunakan kedua tanganku. Kutundukkan wajahku karena tidak mau Ken melihatku.
"Sisi ? Hei ?"
"Mataku kelilipan Ken. Aku toilet dulu." Aku berlari meninggalkan Ken menuju toilet.
"Ini kenapa sih ? Kenapa jadi kaya gini ? Dika maafin aku. Aku mau kamu." Tangisku didalam toilet. 

girl friend (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang