"Cemburu?" Tanya Ken memecah keheningan malam ini.
Aku tidak langsung pulang kerumah. Ken masih menemaniku, dia mengajakku pergi ke stadion yang memang bagian halaman luarnya sering digunakan sebagai tempat untuk nongkrong anak muda.
"Maksudnya?"
"Cemburu melihat Dika duet sama Kei."
"Enggaklah. Ngapain coba cemburu ?"
"Trus ngapain tiba-tiba pergi dari acara ?"
"Aku...... " Aku gabisa jawab. Kalau dipikir kembali benar juga pertanyaan Ken, kenapa aku harus pergi, padahal mereka berdua kan cuma nyanyi.
"Aku kesel aja lihat Dika sama Keira, ya kan Keira anak baik-baik, aku takutnya kalau dibikin baper sama Dika, apalagi Kei habis putus sm Doni. Kan bisa aja tuh terjadi." Jawabku ngasal. Iya sungguh sangat ngasal kalau ini sih.
"Yakin ?"
"Iyalah. Aku sama Kei itu temenan udah lama Ken. Dari SMP loh. Kan sedih juga kalau sampai cuma gara-gara Dika trus Kei harus menyimpang dengan menjadi seorang lesbian."
Diam. Sunyi. Kulirik sedikit Ken yang duduk di sampingku. Kupikir kembali kata-kataku, sepertinya ada yang salah. Aku takut menyinggung perasaan Ken, mengingat bahwa Ken juga seorang lesbian.
"Dika itu diam aja bikin orang baper lho Si."
"Masak ?"
"Intinya gini, kalau kamu bisa bikin Dika kembali sama Tere, temen kamu Keira pasti aman. Kamu gamau kan kalau Dika merusak sahabat kamu Keira ? Mumpung semua belum terlanjur Si. Ingat baik-baik kata-kataku ini."Ini sesuatu yang salah. Jujur perkataan Ken terus mengiang di telingaku. Bahkan aku tidak bisa tidur dibuatnya. Apa iya aku harus membuat Dika biar kembali kepada Tere ? Biar Dika tidak bertambah membuat Keira semakin baper ?
###
"Sisi !" Dika memanggilku. Tapi aku terus menghindarinya. Entahlah aku sedang tidak ingin berbincang dengannya. Aku masih tidak suka melihat dia kemarim satu panggung dengan Keira.
"Sisi tunggu !" Dika menangkapku. Dia menarik tangan kananku.
"Apaan sih Dik ?"
"Kamu kenapa sih ?"
"Kenapa apanya ?"
"Aku ada salah sama kamu ?"
"Enggak."
"Trus ?"
"Ya gak terus."
"Kamu kemarin ga datang promnight kah ?"
"Dateng kok."
"Sama siapa ?"
"Ken."
"Tapi aku cari ga ada. Aku tanya Susan katanya kamu ada urusan. Kenapa ?"
"Bukan urusan kamu."
"Sisi kamu kenapa sih ?"
"Aku gasuka kamu sama Keira!" Ups ! Ngomong apa aku ini. Aku segera menutup mulutku.
"Kamu marah karena aku duet sama Keira kemarin ?"
"Enggak."
"Cemburu ya ?"
"Enggaklah."
"Masak sih ?"
"Apaan sih Dik ? Udah ah aku mau ke kelas."
"Eh tunggu. Dengerin aku. Aku cuma sebatas nyanyi aja. Ga ada hubungan apa-apa sama Keira. Sumpah."
"Bodo amat."
"Yaelah, jangan marah dong. Percaya sama aku. Yaudah deh besok-besok duetnya sama kamu aja. Aku seneng loh kamu jeles gini."
"Eh Dika, denger baik-baik ya, jangan baperan jadi orang. Aku marah bukan karena cemburu sama kamu, tapi marah karena ga suka kalau kamu ngejerumusin Keira ke pergaulan kamu yang salah itu. Kamu kalau mau rusak, silahkan sendiri. Tapi jangan pernah ajak Keira. Dia itu temenku, sahabatku. Kamu sana sama Tere yang jelas-jelas ngejar kamu, sama-sama menyimpang, jangan malah merusak orang lain. Ngerti kamu !"
Dika diam. Dia menatapku. Terus menatapku begitu dalam. Hingga aku tidak tau bagaimana aku harus bertingkah. Sepertinya apa yang aku katakan sungguh keterlaluan.
"Oke. Sorry!" Dika pergi. Dan aku masih mematung dengan rasa bersalahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
girl friend (GxG)
Подростковая литератураDika bilang dia suka sama aku, tapi sikapnya sama sekali tidak menunjukkan kalau dia menyukaiku. Disisi lain ada Ken yang masih menungguku, tapi hatiku terlanjur terkunci untuk Dika. Aku bingung, disatu sisi Tere masih mengharap agar bisa kembali...