"Kalian kapan sih kenalan sama si Dika ?"
"Kenapa Si?"
"Jangan bilang kamu belum kenalan ?"
"Emang belum, lah dia gak ngajak kenalan."
"Yaelahh, dia kan teman sebangku kamu Si? Bisa gitu ga saling ngobrol ?"
"Nyatanya bisa. Aturan dia yang ngajak aku kenalan, kan dia yang murid baru, bukan aku."
"Kebiasaan deh Sisi kalo sama anak baru emang gitu."
"Ajak ngobrol, ajak kenalan, Dika baik kok."
"Baik darimana ? Jutek gitu. Sombongnya amit-amit."
"Ya karena kamu belum kenal aja, nyatanya sama kita dia asik-asik aja lho Si."
"Lagian kamu kamu kan teman sebangkunya Si, ga ada salahnya lagi memulai ngajak ngobrol duluan."
"Ah enggak deh, males. Aku ga kenal dia juga gak rugi, toh kan aku masih punya banyak temen."
"Eh jangan gitu Si, Dika kelihatannya aja cuek, tapi aslinya dia baik banget. Buktinya kemarin dia loh yang benerim motor kamu yang kempes."
"Hah ? Seriusan ?"
"Tanya sama Susan."
"Beneran San?"
"Iya Si, kemarin pas pulang rapat aku ngelihat dia bawa motor kamu, trus dititipin satpam sekolah gitu, trus aku samperin, aku tanyain kok motor Sisi ada dia, katanya tadi kempes, trus dia bawa tu ke tukang tambal ban, trus dititipin ke sekolah sama satpam."
"Tuh, baik kan si Dika ? Untung aja dia cewek, kalo cowok udah ku sikat. Cueknya itu loh."
"Heh ! Inget Doni !"
"Hahahah sama Doni aku selalu inget San, lagian kan ini kita ngebahas si Dika, dia cewek, santai kali San."
"Seriusan Dika yang benerin motor aku ? "
"Kapan sih aku bohong sama kamu ?"
"Tapi kemarin dia anterin aku pulang."
"Hah ? Dika anterin kamu pulang ? Eeebusett padahal rumah Dika kan belakang sekolah sini, trus nganterin kamu dulu gitu ? Trus masih benerin bam motor kamu juga ?"
"Heem."
"Gila ! Udah fix Dika baek bener. Cowok aja belum tentu kaya gitu lho."
"Keira ?"
"Nah bener loh San, udah dibaekin gitu sama Dika, masih aja si Sisi ngata-ngatain Dika."
"Udah Si, sana bilang makasih sama Dika, dia udah nolongin kamu loh."
"Dika dimana ?"
"Dikelas sih kayanya, soalnya tadi aku ajak ke kantin gakmau."
"Aku pergi dulu."
"Eh minumanku ?"
"Kamu mesen lagi aja, ini mau ku kasih ke Dika dulu."Aku berlari membawa minuman Susan yang masih utuh untuk ku kasih ke Dika. Kayanya emang aku harus bilang minta maaf plus makasih ke Dika deh, udah mikir yang enggak-enggak ke dia, gataunya dia baik banget sama aku.
"Dika."
"Hmm."
"Makasih ya ?"
"Buat?"
"Kemarin kamu udah nganter aku pulang, dan benerin ban motor aku."
"Sama-sama."Ih sumpah demi apa nih orang ? Dari tadi aku ngomong di cuekin, mata ga pindah dari hapenya dia, padahal aku udah ajak ngomong dia baik-baik loh.
"Ini buat kamu." Ku serahkan minuman yang kuambil dari Susan tadi.
"Nyogok ?"
"Hah ?"
"Aku ga haus."
"Ya diminum nanti kan bisa."
"Aku ga suka jus."
"Trus sukanya apa ? Biar aku belikan."
"Buat apa ? Emang aku minta ?"
"Ya enggak sih, tapi aku kan mau ngucapin terimakasih."
"Kan tadi udah."
"Ya tapi kan ini sama kubeliin minum sebagai tanda terimakasih."
"Tapi aku gasuka jus."
"Ya makanya aku tanya kamu sukanya apa ? Biar aku belikan."
"Kan aku bilang ga haus"
"Ih ! Nyebelin !"Heran ! Kaya gitu dibilang baik ? Aku tarik kembali kata-kataku yang bilang dia itu baik. Karena pada kenyataannya MENYEBALKAN !
KAMU SEDANG MEMBACA
girl friend (GxG)
Teen FictionDika bilang dia suka sama aku, tapi sikapnya sama sekali tidak menunjukkan kalau dia menyukaiku. Disisi lain ada Ken yang masih menungguku, tapi hatiku terlanjur terkunci untuk Dika. Aku bingung, disatu sisi Tere masih mengharap agar bisa kembali...