39.

1.2K 87 2
                                    

Udah hampir 3 jam lebih aku mengurung diri dikamar. Aku nangis. Iya aku nyesel udah ngomong kaya gitu ke Dika. Padahal aku ga ada niat sama sekali buat menghina Dika. Dika baik sama aku, selama ini dia ga pernah nyakitin aku. Dia ga pernah bikin aku kesel. Dika cuma jujur soal perasaannya, dia juga ga bikin aku rusak. Bukan rusak lebih tepatnya menyimpang dari jalan lurus. Seharusnya aku bisa sedikit lebih bijak dalam menjawab pertanyaan Dika.
Aku ambil kunci motorku, kuputuskan untuk meminta maaf sama Dika. Tiba-tiba segala kenangan manis saat bersama Dika kembali terkenang di kepalaku. Dari saat kita pertama kenal sampai kemarin sempet tinggal bareng. Dika yang selalu ada waktu buatku. Yang selalu menghiburku saat aku sedih. Pernah waktu malam-malam habis aku nangis saat tau mama bersama brondongnya itu Dika bawain aku coklat segede piton, kata Dika biar ga nangis lagi. Pernah aku bikin status 'lapar' di story whatsappku, tiba-tiba sekitar pukul jam 11 malam dia telpon kalo udah didepan rumahku bawain aku nasi goreng.

Aku pergi kerumahnya, sepi. Dika tidak ada dirumah. Aku pergi mencarinya ke tempat billyard, kucari di setiap sudut ruangan Dika tetap tidak ketemu.

"Dika ..... Maafin aku." Aku bicara pada diriku sendiri.

Aku baru ingat jika Dika pasti dirumah sakit. Aku meluncur ke rumah sakit. Aku ragu. Ragu untuk memasuki gedung bertingkat itu. Entah kenapa, aku takut melihat Dika ada didalam. Aku takut melihat Dika bermesraan lagi dengan Tere seperti tadi malam.

Aku berjalan pelan menuju ruangan dimana Tere di rawat. Diluar tak kulihat ada tanda-tanda kehadiran Ken. Aku berjalan semakin mendekat kearah kamar rawat Tere. Kulihat dari balik pintu dan ternyata aku melihat Dika dan Tere sedang berciuman.

Aku menutup mulutku tak percaya dengan apa yang kulihat. Setelah tadi pagi Dika datang padaku dan dia mengatakan seluruh perasaannya padaku, sekarang kulihat dia berciuman dengan orang lain yang kata Dika dia tidak mungkin balikan sama Tere.

"Sisi ?" Ken. Dia berdiri dibelakangku.  "Kamu kenapa ?" Tanyanya melihatku yang sudah berlinang air mata.

Aku tak menjawab pertanyaan dari Ken. Aku pergi berlari meninggalkan Ken dari tempat itu. Aku benci sama Dika. Pembual. Brengsek dia.

####
"Kamu serius ?" Tanya Keira.
"Untuk apa aku bohong ?"
"Yah...... Hilang deh kesempatan gue buat jadian sama Dika." Kulihat kekecewaan muncul dari wajah Keira begitu dia tau kalau Dika berciuman dengan Tere di rumah sakit. Aku memang bercerita semua pada Keira, kecuali yang pas bagia Dika bilang dia suka sama aku.
"Padahal menurutku, Tere ga cantik-cantik amat lho. Kok bisa sih si Dika balikan ?" Lanjut Keira.
"Mungkin gak ya kalau Tere sengaja pura-pura kecelakaan biar bisa balikan sama Dika ?"
"Ya mana mungkin Kei. Ngaco deh." Jawab Susan.
"Bisa aja San, secara Tere kan udah kehabisan cara buat biar bikin si Dika balikan sama dia, tapi Dika gamau. Trus Tere pura-pura kecelakaan biar Dika balik lagi sama dia ?"
"Kamu kebanyakan nonton sinetron Kei."
"Eh, tunggu, gue jadi heran."
"Kenapa Kei ?"
"Si, kenapa kamu jadi nangis heboh gini sih nyeritain si Dika sama Tere ? Apalagi pas kamu tau mereka ciuman ? Jangan-jangan ?"
"Apaan sih Kei ? Dika kan temen kita, wajar dong kalo aku nangis."
"Alasannya ? Toh kan emang Dika sama Tere mantan. Secara kalao mantan bisa aja balikan. Kenapa jadi mellow gini?"
Okeee .... Aku gabisa jawab pertanyaan Keira. Kalo dipikir-pikir bener juga sih, untuk apa aku menangis ? Dika sama Tere itu mantan, perjuangan Tere buat ngedapetin Dika lagi juga berat, bisa aja mereka balikan. Tapi kenapa aku yang harus nangis gini ?

girl friend (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang