37.

1.2K 86 3
                                    

Aku melihat Dika dari balik pintu ruangan dimana Tere dirawat. Kulihat dari luar pintu gimana cemasnya wajah Dika. Tangannya menggenggam erat tangan Tere yang terkulai lemah di tempat tidur.
Kata Ken, Tere mau pulang ke Semarang. Tere bilang sama Ken kalau dia udah putus asa buat ngeyakinin Dika buat balikan sama Tere. Tadinya Ken mau antar, tapi Tere gamau, yaudah trus akhirnya Tere kecelakaan.
"Sedih ya?" Tanya Ken memecah keheningan.
"Harusnya aku yang disana, bukan Dika. Tapi sayangnya bukan aku yang Tere harapkan." Lanjut Ken.
"Ken ..... "
"Buatku asalkan Tere bisa tersenyum aku bahagia."
"Meskipun harus melihat Tere sama Dika?"
"Aku kenal lama sama Tere. Aku jadi seperti ini karena Tere."
Diam sejenak.
"Aku tau Tere sama Dika disaat aku baru pertama kali belok. Tapi Tere yang terus mendampingi aku, mensupport aku, menguatkan aku untuk memilih jati diriku. Tere yang merubahku untuk menjadi seperti ini, yang kupikir bisa menarik perhatian Tere, ternyata tidak sama sekali."
Ken duduk dikursi tunggu luar kamar. Aku menyusul di belakangnya. 
"Tere bisa secinta itu sama Dika. Dia tidak pernah bisa membuka hatinya sedikitpun untukku."
"Kamu ga nyoba cari yang lain ?"
"Udah. Aku pernah pacaran sama feme anak solo juga. Anaknya cantik, baik, lebih lembut dari Tere, tapi tetep gabisa bikin aku move on dari Tere."
"Karena kamu belum pernah nyoba Ken. Coba dibuka hati kamu, biar kamu ga terus-terusan berharap sama Tere."
"Ga mudah Si."
"Sisi, plis. Tinggalin Dika."
"Maksudnya ?"
"Kamu semakin dekat sama Dika, Tere makin sakit."
"Aku kenapa ? Apa salahku ?"
"Kamu gatau apa pura-pura gatau sih Si ?"
"Aku gatau maksud kamu Ken."
"Kamu sedih ga lihat Dika seperti itu sama Tere ?"
Aku terdiam. Aku berdiri dan kembali berjalan ke depan pintu kamar dimana Tere dirawat. Kali ini kulihat Dika membelai lembut rambut Tere. Sesekali kulihat dia menyeka air matanya. Bahkan Dika juga mencium tangan Tere. Entah kenapa hatiku sakit. Sakit sekali. Kututup mulutku melihat pemandangan itu.
"Sisi." Ken membuyarkan lamunanku.
"Dika suka sama kamu."
Kutatap wajah Ken, seolah tak percaya apa yang dia katakan.
"Hanya Dika tak pernah berani menyatakan perasaannya ke kamu."
"Bohong!"
"Aku kenal Dika. Aku pernah menjadi sahabat Dika. Aku tau bagaimana Dika itu."
"Dika ga pernah bilang itu."
"Mungkin karena Dika takut kamu menjauh dari dia."
"Kamu bohong."
"Tunggu. Suatu saat pasti Dika akan bilang sendiri ke kamu. Tapi kumohon, jangan pernah terima Dika. Biarkan dia dengan Tere. Aku bener-bener gamau melihat Tere seperti ini."
"Ini gila!" Aku kembali melihat Dika. Kali ini kulihat dia mencium kening Tere. Dan entah kenapa hatiku luka melihatnya. Air mataku tiba-tiba mengalir begitu saja. Dan aku memutuskan untuk pergi dari sini.

girl friend (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang