12. Siapa Yang Marah

512 107 13
                                    

Tanpa pikir panjang Naira langsung berlari untuk menyelamatkan diri. Libra yang melihatnya sampai terheran-heran.

"Woi, mau ke mana lo?" seru cowok itu.

Namun Naira tak menoleh karena sudah kehabisan akal. Ia terus berlari menjauhi antrian kendaraan agar tak dipergoki oleh Zaki. Langkah Naira baru mau berhenti setelah melihat tanaman rimbun di sepanjang pagar tembok, dekat jalan keluar pom bensin. Ia menyisipkan badan di antara tanaman itu sambil mengawasi keberadaan Zaki di kejauhan.

"Huffhh," Naira meniup napasnya yang naik turun tak karuan. Ia takut sekali, rasanya sampai ingin menangis. Bagaimana mungkin ia jadi seperti sedang menyelingkuhi Zaki begini? Ini semua gara-gara Bunda dan Kelly, pikirnya kesal. Naira sudah punya firasat dari awal jika pulang dengan Libra hanya akan menimbulkan kekacauan.

"Dia lagi ngapain sih?"

"Nggak tau, tuh. Nyari semut kali. Hihi."

Dua cewek lewat melihat Naira jongkok di dekat tanaman dengan pandangan aneh, bahkan menertawakan. Namun Naira tak peduli. Saat ini matanya hanya tertuju pada Zaki yang ikut antri di deretan yang sama dengan Libra. Beruntung ada dua pengendara lain yang sudah lebih dulu tiba, sehingga Zaki tak langsung mendapat urutan tepat di belakang cowok yang dimusuhinya itu.

"Plis, jangan noleh, Lib. Jangan...," bisik Naira kala motor Libra sedang diisi. Sementara tak jauh di antrian berikutnya, Zaki tampak sibuk membuka tutup tangki sembari menunggu gilirannya tiba.

Ada begitu banyak pom bensin di dunia ini, tapi mengapa Zaki harus mengisi di tempat yang sama dengan Libra? kecamuk Naira dalam hati. Andai saja waktu berhenti, Naira akan langsung pergi dari tempat ini. Maka begitu melihat Libra meluncur menuju tempatnya sembunyi, Naira bergegas menampakkan diri.

"Lo barusan kencing di situ?" Libra melotot waktu Naira langsung naik memboncengnya.

"Sembarangan!" Naira menyemprot, tak terima dituduh begitu rupa. "Lo pikir gue apaan kencing di tempat begini? Ah, udah. Mending lo buruan anter gue pulang. Lo harus ngebut, Lib. Bunda udah nungguin kita sekarang."

Meskipun muka masih keheranan tapi Libra menuruti Naira kali ini. Ia melajukan motornya dua kali lebih kencang dibanding sebelum masuk pom bensin. Dan saat mereka tiba, Bunda maupun Kelly benar-benar sudah menunggu mereka di teras rumah.

"Kenapa sih tu anak?" Bunda kebingungan melihat Naira pulang-pulang main lari ke dalam. Tegurannya saja sampai diabaikan.

"Dia kebelet," dari atas motor Libra menjawab.

"Masih kesel kali," Kelly yang sebelumnya duduk di bangku teras berkomentar.

"Ah, palingan juga mau ke kamar mandi," Bunda menanggapi.

Sesungguhnya dugaan mereka semua salah sebab Naira buru-buru masuk rumah karena merasa kehausan. Ketegangannya akan kemunculan Zaki membuatnya nyaris pingsan, tubuh seperti kehilangan banyak cairan.

"Tenang, ayo kita tenang," Naira mengintruksi dirinya sendiri, seperti yang diajari Keira jika panik melanda. Usai meletakkan tas dan menghabiskan segelas air putih, ia keluar lagi karena tak mendapati Bunda maupun Kelly ada di dalam.

"Kalian ngapain lagi, sih? Kok masih pada di luar?" Naira berseru kala melewati ruang tamu. Terpaksa ia kembali ke depan untuk menyusul ibu dan kakaknya. Namun baru juga selangkah keluar dari pintu, kaki Naira tiba-tiba tak bisa digerakkan lagi. Sebuah pemandangan di halaman membuat tubuhnya terpaku.

Rupanya Zaki sudah tiba, di saat Libra belum sempat angkat kaki dari sana. Ini benar-benar suatu bencana.

"Permisi, Tante," Libra yang memang telah bersiap pergi berpamitan pada Bunda, tak sedikitpun menghiraukan pandangan tajam Zaki.

Princess Pink's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang