28. Cuma Lagi Lewat

511 86 18
                                    

"Gue perhatiin, muka lo sumringah amat dari kemarin. Ada berita baik apa, nih?" tegur Bima, yang pagi itu baru saja keluar dari gedung olahraga.

"Berita baik apaan maksud lo?" Zaki memandang anak itu sekilas. Keduanya kini tengah berjalan bersisian untuk mengganti kaos dengan seragam, meninggalkan beberapa anak lain di belakang karena mereka sudah lebih dulu penilaian.

"Ya apaan, kek. Misalnya lo balikan sama Naira gitu," celetuk Bima membuat Zaki tertawa ringan. "Tuh, kan?" Bima menunjuk wajah Zaki dengan curiga. "Jadi bener nih kalian balikan?"

"Nggak," Zaki menggelengkan kepala. "Maksud gue... nggak tahu juga kalau ke depan," lanjutnya pelan.

"Elah, ngaku aja susah amat lo. Kalau masih sayang ajak balikan, dong," Bima mulai membujuk. "Entar keburu diambil orang, lho."

Zaki yang biasanya langsung membantah kali ini hanya diam. Sebab ia telah membuktikan sendiri bahwa apa yang beberapa hari lalu diomongkan Choki dan Dylan benar. Mereka tak sekedar bercanda perihal cowok-cowok yang coba mendekati Naira sejak diketahui putus darinya.

"Bim," sebut Zaki ketika keduanya menaiki tangga. "Menurut lo, apa Naira sama gue bisa balikan?" katanya masih dengan suara pelan.

Sambil menahan cengiran Bima menatap Zaki. "Kenapa nggak?" ucapnya santai. "Ya tapi semua balik lagi ke alasan lo berdua bisa putus, sih. Kalau lo atau Naira kira-kira udah bisa ngatasin apa yang bikin hubungan kalian bermasalah, gue yakin kalian bisa sama-sama lagi. Malah mungkin lebih harmonis."

Walau hanya sedikit tapi seulas senyum tetap saja kentara di wajah Zaki. Ia yang merasa tak rela melihat Naira didekati cowok lain seketika sadar bahwa usahanya melupakan cewek itu hanya berbuah percuma. Sejak Sabtu sore lalu Zaki memang merasa semakin bimbang saja. Hatinya tak bisa dibohongi jika Naira adalah satu-satunya cewek yang mampu membuatnya bahagia hanya dengan pulang bersama. Terlebih melihat sikap malu-malu dan salah tingkahnya. Zaki jadi berpikir, mungkinkah Naira juga masih menyimpan perasaan yang sama?

Zaki masih ingat benar dulu waktu awal-awal ia mendekati Naira. Anak itu selalu menghindar darinya. Jelas apabila pada mulanya Naira tak terlalu suka kepadanya. Apalagi saat Naira masih dianggap orang lain akibat dandanan ala rocker dan wig pirangnya, membuat siapapun terutama Zaki tak akan mengira itu dirinya.

Mulanya memang Zaki merasa terganggu semenjak Lukas membawa Naira turut serta ke dalam latihan rutin Ludyzacho. Bukannya tak suka suara atau perilakunya, tapi karena Lukas, Dylan dan Choki bersikap terlalu baik hanya karena Naira paling cewek di antara mereka Zaki jadi merasa terabaikan. Maka ia sering kali memarahinya untuk hal-hal sepele. Tak heran apabila Naira semakin sebal kepadanya.

Zaki tertawa sendiri mengingat masa-masa itu. Dirinya dulu memang sangat terlalu. Sampai-sampai Lukas tak percaya saat diberitahu bahwa Naira dan Zaki sudah jadian. Pikirnya Naira tak kan mungkin mau menerima Zaki sebagai pacar setelah apa yang ia lakukan selama ini. Lukas hanya tak tahu bahwa di luar studio musik Zaki telah melakukan banyak hal untuk mendapatkan hati cewek itu.

"Oke," akhirnya Zaki memutuskan. Nanti begitu jam istirahat tiba ia akan pergi ke 12 Bahasa 3. Hal yang sudah lama tak dilakukannya. Mungkin dengan alasan bertemu Dylan dan Choki, pelan-pelan ia mulai bisa merajut hubungan lagi dengan Naira. Walau belum sepenuhnya percaya diri tapi ia akan berusaha mendapatkan kembali cintanya.

***

"Kenapa?" Naira menatap waspada Libra yang tiba-tiba saja datang lalu bersandar di mejanya. Jam istirahat masih 5 menit lagi, namun Guru Bahasa Indonesia sudah meninggalkan kelas begitu anak-anak selesai mengumpulkan tugasnya.

"Temenin gue ke kantin."

"Hakh?" Naira memekik kaget. "Lo... lagi ngelindur atau apa?" ia lalu memundurkan punggung sambil menutupi sebagian wajah dengan buku. "Lo kan biasanya ke kantin sendiri. Kalau nggak ya ikut Tomo atau Husni."

Princess Pink's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang