23. Udara Yang Panas

480 88 17
                                    

Ya ampun. Naira merasa wajahnya memanas saat semua orang memandangnya. Tak terkecuali Kimmy. Kini ia mengerti apa yang direncanakan Lian. Rupanya anak itu sempat menguping pembicaraannya dengan Libra waktu masih di kelas. Naira mendesah pelan. Memangnya harus ia membalas kelakuan Zaki dengan cara memanas-manasinya? Tidak. Naira merasa tak perlu melakukan hal seperti itu karena pasti akan membuatnya tak nyaman.

"Ooh, pantesan lo ngajak gue jalan cepet-cepet. Jadi Libra ngajak lo pulang bareng lagi ya, Nai?" namun Salsa malah menambah panas situasi dengan berkata keras-keras seperti itu pada Naira. Ia berbicara persis waktu Zaki dan Kimmy melewati mereka. Jelas sudah apa tujuannya.

"Emang lebih baik lo pulang dianter Libra aja sih daripada ngebis sendirian. Lebih aman," koar Salsa tanpa memberi kesempatan Naira memberi tanggapan. "Takutnya entar lo diganggu cowok-cowok sekolah lain lagi kayak kemarin."

Serta merta Naira memicing anak itu. Kenapa pula Salsa jadi mengarang-ngarang cerita? Benar beberapa waktu lalu Naira diganggu Rafael dan gengnya yang merupakan anak SMA Global, tapi mereka kan tak mengganggunya di saat ia pulang sekolah. Lagipula saat itu ia dan Zaki belum terpisah kata putus. Lebih tepatnya sesaat sebelum mereka putus.

"Sa...."

"Iya, gue ngerti, kok," serobot Salsa sebelum Naira memprotes. "Ya udah. Gue sama Lian duluan, deh. Baik-baik ya sama Libra. Kalau dia mau macem-macem, langsung gampar aja mukanya."

"Loh, loh, loh...!" seru Naira kala Lian tiba-tiba berlari menghampiri lantas mengajak Salsa lekas kabur meninggalkannya. "Hei!" Naira memanggil kedua temannya yang terus berlari menjauh itu sambil tertawa-tawa. "Ah, dasar," Naira celingak-celinguk kemudian menunduk malu sadar sedang jadi perhatian. Ia juga sempat memergoki Zaki berpaling darinya dengan ekspresi tak menyenangkan.

"Makasih, temen-temen yang perhatian," keluh Naira sambil memayungi wajahnya dengan telapak tangan, menghindari tatapan ingin tahu orang-orang. Bagaimanapun sekarang posisinya telah tersudut. Rasanya tak keren ia pulang sendirian sementara tak jauh di depan Zaki bersama Kimmy jalan pulang berduaan.

"Serius lo mau nganterin gue?" tanya Naira begitu Libra melintasinya. Ia langsung melangkah tepat di samping cowok itu, menjadi jalan bersisian.

"Nggak tu," jawab Libra tajam sambil berlalu.

"Lah, gimana bisa dia ngomong kayak gitu?" gerutu Naira, buru-buru mengejar langkahnya. “Tadi di kelas, lo bilang mau nganterin gue. “

"Yang udah nolak siapa?" jawab Libra sinis, tatapannya tetap lurus ke depan.

"Tapi gue udah ditinggal Lian sama Salsa sekarang," Naira meringis seraya mencengkeram tali ransel. "Jadi gue pikir nggak ada salahnya kalau gue bareng lo aja. Nggak apa-apa, kan?"

"Males!" sahut Libra ketus.

"Ya udaah," Naira yang tahu benar watak Libra mengalah. "Kali ini gue yang minta tolong sama lo. Anterin gue pulang ya, Lib?"

"Ogah!" sahut Libra tanpa basa-basi. "Lo cuma mau pakai gue buat manas-manasin mantan pacar lo, kan? Heh, lo pikir gue barang cadangan?"

Tertohok, mulut Naira sampai terkatup seketika. Meskipun terdengar menyakitkan tapi bagaimanapun Libra benar. Tak semestinya ia membawa-bawa orang lain ke dalam urusan pribadinya. Naira tak boleh mengotori hati dan pikirannya dengan perasaan iri, dengki, lebih-lebih balas dendam segala. Ia sendiri yang memutus Zaki karena keberatan dengan persahabatannya dengan Kimmy. Jadi ia tak berhak cemburu lagi karena hubungan sudah berakhir. Ia harus belajar lebih rela agar tak menyakiti diri sendiri.

"Ya udah deh," ucap Naira kemudian. "Gue duluan ya," ia membelok dari koridor dengan wajah lesu, berjalan ke arah lain yang langsung menuju gerbang karena Libra dan Zaki akan sama-sama ke tempat parkir.

Princess Pink's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang