33. Sebuah Ajakan

530 101 16
                                    

Pengakuan Zaki yang spontan sukses membuat Naira terhenyak. Kakinya yang sudah sempat melangkah sampai terhenti.  Naira lalu menengok, memandang Zaki yang kini telah menunduk. Ia tertegun.

"Zak! Zaki!" namun tiba-tiba dari kejauhan Cacha muncul memanggil-manggil Zaki. Mukanya tampak begitu panik. "Tolong lo ikut gue sekarang juga! Lo mesti bantuin Kimmy ke UKS!"

"Apa?" kepala Zaki langsung terangkat. "Emang Kimmy kenapa?" katanya bingung.

"Kimmy pingsan! Gue nggak tahu dia sakit atau gimana. Tapi pas ngobrol sama gue habis dari kantin barusan, tiba-tiba Kimmy pingsan!" jelas Cacha dengan napas naik turun.

"Hah? Terus di mana dia sekarang?" tanya Zaki, kaget bukan kepalang.

"Dia masih di kelas. Tadi anak-anak udah bantuin dia bawa ke kelas tapi nggak ada yang berani ngangkat dia ke UKS. Mereka malah nyariin lo."

"Lho, gimana sih?" Zaki mengerang panik. "Ya udah. Bentar," ucapnya dan segera Cacha berbalik ke arah semula tanpa mempedulikan keberadaan Naira.

Zaki yang sudah selangkah berjalan untuk mengikuti Cacha serta merta memutar badan. "Gue..." ia menatap Naira, membuka mulut untuk berkata-kata. Namun semua perkataan itu seperti tertahan di lidahnya. Ia jelas dilema.

"Gue bisa urus gue sendiri, kok," ucap Naira, tak disangka-sangka. "Daripada peduliin gue, lebih baik lo urus aja keadaan Kimmy. Kayaknya dia lebih butuh perhatian lo daripada gue."

Setelah mengucapkan hal itu Naira beringsut lebih dulu, meninggalkan Zaki termangu. Zaki yang tak mampu membalas apa-apa. Ia lupa jika masalahnya bisa putus dengan Naira bukan hanya soal Libra, tetapi juga menyangkut Kimmy, teman baiknya.

***

"Lo habis ngobrolin apa sama tu kampret?" cegat Libra, yang ternyata mengawasi Naira berbicara dengan Zaki dari depan kelas Bahasa 1 tanpa sepengetahuan mereka.

"Bukan apa-apa," jawab Naira, tak begitu kaget karena sudah biasa diintai Libra.

"Kalian balikan?" tanya Libra lagi, hingga Naira yang sudah berjalan bersisian dengannya melirik aneh.

"Kenapa lo bisa mikir gitu?" ucapnya heran.

Namun  Libra seperti tak mendengar pertanyaan itu. "Bener lo habis balikan sama dia?" katanya, mendesak.

"Nggak," Naira menengok sebentar Zaki di belakang. Cowok itu sudah tak kelihatan. Sepertinya ia telah membelok menuju kelasnya yang berbeda arah dengan jurusan Bahasa.

Segera Naira membuang napas panjang. Wajahnya yang semula tampak serius seketika melunak seperti yang biasa ia tampilkan. Ia bahkan menyentuh dada, seakan-akan menghitung jumlah detak jantungnya.

"Gue bener-bener nggak ngerti sama dia," keluhnya kemudian pada Libra. "Dia itu, kadang-kadang suka bikin gue deg-degan karena sikap perhatiannya," ujarnya, memerhatikan jari-jari tangan yang rupanya agak gemetar. "Tapi kalau udah nyangkut soal Kimmy, rasanya sewaktu-waktu gue bisa langsung diabaikan. Kesel gue sama dia."

Kening Libra berkerut menyaksikan Naira bercerita sambil mengepal-ngepalkan tangan, seperti hendak meninju udara.

"Ah, tapi tetep aja. Tetep aja ending-endingnya bakalan sama kalau gue barengan lagi sama dia," kembali Naira mencurahkan isi hatinya. "Gue tahu dia jujur soal perasaannya, tapi hubungannya sama Kimmy itu yang bikin gue nggak suka. Gue nggak bisa. Nggak bisa kayaknya."

"Oh," Libra yang sudah menahan pandangannya pada Naira sejak lama akhirnya berkomentar. "Jadi bener barusan lo sama dia balikan?"

"Nggak! Gue kan udah bilang nggak dari tadi. Gue sama Arzaki nggak balikan," jawab Naira, mengontrol suaranya yang sempat mengeras tanpa disadari. "Kami nggak balikan. Nggak balikan pokoknya," ia menatap balik Libra, dan mendadak cowok itu membuang muka lantas berjalan meninggalkannya.

Princess Pink's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang