"Libra, lo dari mana? Kok lo bisa ke sini?" seru Naira langsung saja.
Libra yang sudah mematikan mesin motor membuka kaca helmnya. "Kelly bilang lo belum juga sampai rumah," jawabnya, sedetik menyorot Zaki.
"Oh, iya. Gue habis beliin titipan Mbak Kelly, terus sekalian nunggu hujannya reda di sini," jelas Naira segera. "Jadi lo pergi cuma buat nyariin gue karena perintah Mbak Kelly?"
Libra mendengus. "Dari tadi gue masih di sekolah kan, ditahan Pak Alan sampai gue nggak bisa pulang karena hujannya gede."
Naira membulatkan mulut. Ia baru ingat jika karena tak mengumpulkan PR Matematika siang tadi, maka Libra mendapat hukuman dari Pak Alan. Sepulang sekolah ia diharuskan mengerjakan beberapa soal tambahan di ruang guru.
"Mau pulang sama siapa lo?" tanya Libra sambil menghidupkan motor lagi.
"Ehm...," Naira menatap ubin yang ia pijak dengan bingung. Sebentar ia melirik Zaki yang berdiri di sebelahnya, lantas berpindah pada Libra yang sudah siap pergi dengan motornya. Kedua cowok itu sama-sama tak melihat ke arah Naira. Mereka seolah sedang menunggu dengan tegang nama siapa yang akan disebut olehnya.
"Hoi, malah diem! Buruan jawab, keburu malem!" seru Libra tak sabar.
"Gue...."
"Naira biar pulang sama gue," sela Zaki di saat Naira kesulitan berkata-kata. "Lo bisa balik duluan. Gue pastiin Naira selamat sampai rumah," ujarnya sembari menatap Libra dengan percaya diri dan tenang.
Lagi-lagi Libra mendengus. Ia lalu berpaling pada Naira lagi. "Lo mau pulang sama dia?" pojoknya sinis.
Tangan Naira menyibak ragu rambutnya yang menjuntai ke bahu. "Gue... tadi pas di dalem gue udah nerima tawaran Arzaki buat pulang dianterin dia," ujarnya gelisah. "Jadi lo balik duluan aja, Lib. Makasih udah bantu nyariin gue."
Tanpa mengucapkan apa-apa lagi Libra pun segera pergi dari hadapan Zaki dan Naira. Mukanya memang tak semarah waktu Naira menolaknya di depan Holly, tapi Naira tahu cowok itu terlihat kesal bagaimana pun juga. Naira merasa tak enak tapi ia memang sudah terlanjur menerima ajakan Zaki sebelum membayar belanjaannya di kasir.
"Mau pulang sekarang?" tanya Zaki, membangunkan Naira dari lamunannya.
"Oh, ehm, iya. Sekarang aja. Kayaknya bisa hujan lagi kalau nggak buruan," sahut Naira secepatnya. Ia membenarkan letak tali tas di pundaknya lalu bergegas mengikuti Zaki yang sudah beranjak menghampiri motornya di tempat parkir.
***
"Iya, tadi Kelly cemas Naira nggak balik-balik. Hujannya deres banget, mana hari makin sore lagi. Makanya Kelly minta tolong Libra buat nyariin Nai di halte atau sekitar sekolah. Syukurlah kalau ternyata dia ketemu kamu," ucap Hani dengan lega. "Ah, sampai lupa. Masuk sini dulu, Arzaki. Tante buatin teh hangat ya, atau mau kopi?"
"Nggak usah, Tante. Saya mau cepet pulang aja," tolak Zaki sambil tersenyum.
"Loh, serius kamu?"
"Iya. Udah sore banget juga ini. Bunda aku di rumah pasti juga kuatir kalau aku nggak pulang-pulang," jelas Zaki yang diangguki dua kali oleh ibunda Naira.
"Ya udah kalau gitu. Hati-hati di jalan. Tante tinggal masuk dulu ya, lagi masak bubur buat Kelly soalnya."
"Iya, Tante. Makasih," Zaki sekali lagi tersenyum pada Hani yang begitu ramah terhadapnya. Ia masih ingat benar bahwa dulu sebelum dirinya dan Naira berpacaran, wanita paruh baya itu telihat sangat serius. Tatapannya selalu waspada, pun keramahannya seperti hanya untuk formalitas saja. Namun Lukas lalu memberitahu bahwa Hani ternyata memang bersikap seperti itu pada semua teman laki-laki Naira. Tak terkecuali pada Libra yang kini sudah cukup lama dikenalnya. Syukurlah ia berhasil mengambil hati wanita tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Pink's Boyfriend
Fiksi Remaja[SELESAI] Padahal jelas-jelas Naira sudah punya pacar. Pacarnya pun cakep, perhatian, dan personil band terkenal. Mereka juga saling sayang. Tetapi, kakaknya malah menjodoh-jodohkan Naira dengan seorang cowok judes yang merupakan teman sekelasnya. M...