51. Mozaik Day! Mozaik Day!

559 79 36
                                    

Hei, makasih banget buat kalian-kalian yang nggak pernah sungkan ngasih bintang setiap kali baca update. Buat yang rela ninggalin komentar positif juga. Itu semacam mood maker buatku nulis. 😄 (soalnya cuma dari vote dan komentar aku tahu masih ada pembaca yang mengikuti atau juga menyukai cerita ini).

Oke, siap-siap! Mari kita lanjutkan cerita Naira dan kawan-kawan yang sedang dalam situasi genting ini!

Oke, siap-siap! Mari kita lanjutkan cerita Naira dan kawan-kawan yang sedang dalam situasi genting ini!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⭐⭐⭐


"Gila, rame banget nih penontonnya!" decak Disty dengan kagum. Matanya mengedar seluruh arena di mana selain panggung hanya ada pemandangan kepala manusia. Disty bersama Salsa, Lian, dan segerombol anak 12 Bahasa 3 lain telah sampai SMK Bunga Bangsa sejak 10 menit yang lalu. Mereka memang agak terlambat datang ke tempat acara karena menunggu Lian piket kelas lebih dahulu.

"Hei, Hus! Sini! Mau ke mana sih lo? Jangan pisah sama anak-anak sekelas, dong. Kita mesti gabung sebagai sesama pendukung Naira!" seru Salsa waktu melihat Husni hendak menyeret Tomo menerobos sekumpulan cewek SMA Harapan.

"Tuh, kan gue bilang juga apa?" omel Tomo sambil membelokkan arah langkah mereka, melewati sederet cewek berseragam SMA Global. "Harap maklum, Sa. Gebetan Husni yang sekarang kan anak Harapan. Mereka kayaknya janji ketemuan deh di sini."

"Huu cewek aja sih lo!" sorak Disty begitu Husni sampai di hadapannya. "Urusan do'i ditunda dulu bisa kan, Hus? Kita bantuin teman dulu sekarang."

"Bener, entar sehabis acara lo kan bisa ngantar dia pulang atau ngajak jalan sekalian," tambah Salsa, meminta Husni agar mengikuti anak-anak sekelas lain yang sudah jalan lebih dulu. Dipimpin Lian, mereka mencari tempat luang yang lebih dekat dengan panggung.

"Jangan pada ngomel gitu, dong. Orang gue juga cuma mau nyapa dia bentar," balas Husni manyun.

"Tapi ngomong-ngomong ini bener-bener rame, ya," sambil berjalan Tomo memandang sekitar. "Mana sana-sini lihatnya bening-bening pula. Ajak kenalan satu boleh nggak, ya?"

"Lah, ni anak sama aja ternyata," dumal Disty. "Oke, entar gue cariin kenalan gue yang jomblo buat lo, Tom. Tapi sesudah kita nyemangatin Naira. Teman gue di Bunga Bangsa banyak, tenang aja."

"By the way, Bima ke mana sih, Li?" tanya Salsa sambil menatap Lian. Mereka kini telah berhenti dan mengisi satu tempat di depan panggung walau agak berdesakan dengan anak-anak sekolah lain. "Kenapa lo diturunin di depan gerbang terus dia balik lagi sama temen-temen segengnya? Emang mereka nggak mau nonton, ya?"

"Kurang tahu juga gue. Abis Bima kayak buru-buru banget, sih. Dia cuma bilang mau bantuin Arzaki dulu. Entar kalau udah selesai mau nyusul kita ke mari gitu," jelas Lian tanpa menengok. Fokusnya kini ke arah panggung menatap pembawa acara yang sedang menanyai salah satu penampil setelah membawakan sebuah lagu.

"Kok aneh sih? Bukannya Arzaki bentar lagi mau tampil, ya?" ucap Disty heran. Ia mengusap layar ponselnya untuk melihat jam. "Nai bilang mereka bakalan tampil sekitar jam 4. Ini palingan udah tinggal seperempat jam lagi, lho. Belum ada tanda-tanda Bima balik, kan? Lo yakin dia mau pergi nemuin Arzaki?"

Princess Pink's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang