"Masalahnya... kaki Libra agak sakit," lanjut Kelly beberapa detik kemudian. "Tapi bukan masalah besar, sih. Barusan dia udah diperiksa ahli medis yang jaga sini. Katanya nggak ada yang serius. Dua atau tiga hari lagi biru-biru memarnya bakalan hilang. Cuman ya gitu, jalannya sekarang agak pincang."
Tak puas dengan keterangan yang Kelly berikan maka Naira melesatkan diri memasuki ruangan yang dikhususkan untuk Mozaik Day. Namun bukannya melihat Libra, ia justru menemukan Dylan di dalam. Cowok itu sedang ditata rambutnya oleh salah satu perias.
"Hei, Nai!" sapa Dylan melalui cermin.
"Dyl, lo baik-baik aja?" Naira mendekat ke tempat duduknya agar bisa bertatapan langsung dengan anak itu.
"Iya, gue nggak kenapa-napa," jawab Dylan sambil tersenyum. "Lo sendiri gimana? Maaf ya, gara-gara gue ikut pergi lo jadi...."
"Arzaki di mana?" potong Naira, tak memberi kesempatan Dylan selesai berbicara. Pandangannya menyapu seluruh ruangan, mencari-cari sesuatu yang tidak dilihatnya.
"Zaki lagi ke kamar mandi."
"Princess!"
Jawaban Dylan dan seruan itu terdengar hampir bersamaan. Buru-buru Naira menengok ke pintu, begitu pula Dylan. Mereka lalu menyaksikan Zaki, yang dengan muka takjubnya berjalan cepat menghampiri Naira.
"Akhirnya ketemu juga. Hari ini bener-bener... ah, nggak tahu banget, deh." Cowok itu berhenti di depan Naira lantas membuang napas lelah. "Walaupun tadi sempat kaget tapi aku tahu kamu pasti bisa ngatasin situasi ini. Sumpah, kamu keren banget, Princess! Aku sampai nggak bisa kedip pas lihat kamu di panggung sama Keira tadi. Zein dan teman-temannya ternyata boleh juga."
Naira yang diajak bicara Zaki dengan berapi-api justru mengatupkan bibir. Tubuhnya tak bergerak seperti patung. Ia hanya memandangi cowok itu, tak terlihat ada niat untuk menganggapi berbagai pujiannya.
"Princess?" Zaki yang menyadari Naira tak kunjung mengucapkan sesuatu padanya mengernyit. Ia mengamati dengan baik raut cewek itu, dan betapa terkejutnya Zaki saat mengetahui mata Naira sudah berkaca-kaca. "Eh, Princess, aku nggak kenapa-napa, kok. Lihat, nih! Tangan sama kaki aku bisa digerakin semua. Wajah aku tetap ganteng nggak ada noda babak belurnya. Aku sehat wal afiat. Capek berantem emang iya, tapi setelah lihat kamu aku langsung lupa gimana rasanya. Kalau kamu nggak percaya, apa perlu kutunjukin aku masih bisa salto di udara?"
Meskipun Dylan dan dua perias di dalam sudah dibuat tertawa oleh perkataan dan gerak-gerik konyol Zaki, tapi tidak dengan Naira. Cewek itu masih diam memandang Zaki tanpa suara. Agaknya berbagai perasaan tengah berkecamuk dalam hatinya.
"Maaf, aku tahu tadi kamu pasti kuatir banget nungguin kabar dari aku," ucap Zaki kemudian, pengertian. Ia meraih dan menyentuh lembut tangan Naira. Sebuah senyum hangat terpasang di bibirnya. "Tapi syukurlah kamu nggak apa-apa. Kita semua nggak apa-apa."
Naira masih belum menunjukkan tanggapan pada Zaki walau ia tak berontak atas sentuhannya. Namun Zaki yang memahami perasaannya tetap tersenyum.
"Pasti sulit buat kamu nyari jalan keluar sendiri di saat aku sama yang lain nyelesain urusan di luar sana. Tapi yah..., gimanapun aku yakin kamu pasti bakal nemuin cara. Soalnya kamu kan hebat. Kamu ini nggak se-princess kelihatannya. Kamu ini sweety pink yang kuat. Kamu ini ngerock! Kamu ini istimewa."
"Ish, Arzaki...!!!" Naira yang hampir menangis akhirnya berteriak kesal. Perlahan tawanya pun berderai karena kata-kata Zaki terasa begitu menggelikannya. "Nggak usah ngeledek, deh. Dasar nyebelin!" lontarnya seraya melepas tangannya dari genggaman cowok itu. Meski begitu tetap saja mulutnya tak bisa berhenti tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Pink's Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI] Padahal jelas-jelas Naira sudah punya pacar. Pacarnya pun cakep, perhatian, dan personil band terkenal. Mereka juga saling sayang. Tetapi, kakaknya malah menjodoh-jodohkan Naira dengan seorang cowok judes yang merupakan teman sekelasnya. M...